Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Elvan tidak henti untuk mengecek kondisi Arvin. Dia memang sangat dibuat khawatir dengan apa yang terjadi pada penyidik itu. Terlebih setelah Arvin mengigau. Makin kacau perasaan Elvan.
Dia belum pernah mengalami hal setragis itu. Juga untuk merindukan orang yang sudah meninggal, Elvan belum pernah merasakannya. Namun jika berhadapan dengan Arvin, rasanya semua menjadi lebih mudah lagi untuk dia rasakan.
Luka yang penyidik itu pendam. Juga kerinduannya yang hanya bisa dia simpan seorang diri. Semuanya mendadak bisa dengan mudah Elvan rasakan.
Mungkin memang tidak akan persis seperti yang penyidik muda itu rasa. Namun itu sudah cukup membuat Elvan kelabakan. Dia tidak suka perasaan itu.
Jujur saja, dia yang selama ini bertingkah kuat. Pun bisa mengatur emosinya dengan sangat baik. Dalam satu kedipan mata malah dibuat berantakan. Hanya dengan tiga kata yang Arvin ucapkan.