Seharian penuh Arvin berada di Seven Summer Hotel. Tanpa menghidupkan ponselnya, atau bahkan lebih tepatnya benda itu mati. Entah apa yang merasuki Arvin. Ponsel yang sudah rusak seperti itu harusnya dia buang saja.
Dengan semua harta yang Juro berikan, seharusnya itu bukan hal yang sulit. Bahkan gajinya dalam satu bulan pun sudah cukup untuk membeli ponsel baru. Akan tetapi, sepertinya dia sangat enggan untuk mengganti benda itu.
Padahal, benda yang baterainya sudah rusak itu, bukan hanya akan mempersulit dirinya. Melainkan para rekannya yang lain pun sama. Seperti, di saat genting seperti ini mereka kesulitan untuk menghubunginya. Juga kesulitan untuk memberikan informasi.
Kanit Gerdian sendiri, sudah berulang kali menyuruhnya untuk mengganti benda itu. Namun seolah tak pernah Arvin dengar. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.