Pukul sebelas siang Riyan bersama mamanya dan juga tante Elsa sudah tiba di rumah. Suasana rumah sangat sepi, bersih, dan ruang tamu nampak terlihat luas karena meja dan sofa serta prabot lain di geser, dikumpulkan di sudut ruangan. Karena setiap malamnya, tempat ini, sampai ruang kluarga yang tidak ada pembatasnya digunakan untuk duduk para tamu yang ikut tahlil dan membacakan doa untuk Pak Wisnu.
Mama Elia diam sesaat. Ia berusaha untuk tegar, serta tidak menangis apalagi meratapi kepergian sang suami.
'El, nanti, jika aku mati, Aku cinta sama kamu. Jangan pernah kamu terlalu bersedih apalagi sampai terlalu lama larut di dalamnya. Kita masih memiliki Riyan yang perlu dijaga dan dirawat. Cassingnya saja dia sudah dewasa, tapi tidakkab menyadari kalau dia itu anak kita. Sedewasa apapun dia, ya tetap saja dia itu adalah anak-anak. Tolong jaga dia baik-baik. Temani dia sampai menemukan sosok yang benar-benar tulus mencintai dan mau menerima dia apa adanya.'