Usai berganti pakaian, Elis kembali bersantai duduk di atas hospital badnya. Banyak hal yang ia obrolkan dengan gadis berusia duapuluh tahun itu. Setelah beberapa menit, Elis jadi menduga kalau Tika diam-diam menyukai Alfa. Karena apapun yang sudah menjadi topik obrolan, gadis itu tidak lepas dari membahas tentang Alfa yang sebenarnya dia adalah majikannya.
Elis diam sambil tersenyum simpul mendengar celotehan Tika yang sedari tadi tiada hentinya memuji kebaikan Alfa. Seperti tiada bosennya.
"Memang, Alfa itu sosok yang gimana, sih Tik?" pancing Elis, ia ingin melihat bagaimana jawaban selanjutnya. Tapi, belum sempat gadis itu menjawab pertanyaannya, pintu sudah terbuka lebar dan masuk seorang pria tampan berdarah campuran mengenakan kemeja lengan panjang warna maroon tanpa dasi, dan sedikit berantakan di bagian kerahnya, dua kancing teratasnya sudah terlepas.
"Selamat siang, Elis. Siapa dia?" sapa Aldo yang baru saja tiba.