Elis dan Riyan pun makan bersama di tempat biasa mereka gunakan. Di teras antara kamar kosnya dan kamar kos mbak Tini. Keduanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing hanya bermusikan suara sendok dan garpu yang saling bergesekan dengan piring.
"Lis, kamu kok diam saja, sih? Kenapa? Masakanku tidak enak, ya?" tanya Riyan, berusaha memecah kesunyian.
"Oh, tidak. Tentu saja ini sangat enak sekali," jawab Elis sambil tertawa. Tapi, tanpa Riyan sadari, dari ujung netra gadis tersebut menetes buliran bening.
"Tapi, kamu kelihatannya tidak bernafsu gitu, makannya?" Sebenarnya Riyan cukup pede, masakannya itu enak. Tapi, dia tidak yakin kalau Elis sedang baik-baik saja.
"Tidak, ini sangat enak sekali. Kau belajar masak di mana?" tanya Elis. Ketika Riyan lengah dengan cepat gadis itu menghapus air matanya.