"Baik, Ma," jawab Lina sambil tersenyum. Sambil menggendong putra nya, ia melihat ke arah jam dinding yang terpasang di ruang tengah. Waktu sudah menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit petang. Tapi suaminya masih juga belum datang. Karena biasanya dia tiba di rumah ketika Iya dan bibi masih sibuk menyiapkan makanan di meja makan. Lalu kenapa hari ini sampai tiba waktu makan malam dia masih juga belum datang?
'Ah, mungkin dia terjebak macet. Bukan Jakarta kan namanya apabila tidak ada macet?' gumam Lina dalam hati hanya sekedar untuk menghibur diri sendiri.
Karena suaminya belum datang, dan dia berpikir untuk makan bersama suaminya saja nanti ketika sudah tiba, jadi bila memutuskan untuk menyuapi putranya saja lebih dulu. Sambil berharap setelah putranya selesai makan suaminya sudah tiba.
"Biar tuan kecil saya saja yang menyuapinya, Nyonya," ucap Susi, meminta piring Rajata dari tangan majikannya.