Saat ini dia tidak peduli akan memakan apa di depan pria tampan yang mendadak dia kagumi, ini. Daripada jadi tukang cuci. Uda cantik gini, kere. Ah, ini jauh lebih memalukan daripada makan tempe dan segelas es teh.
Hal itu wajar, sebab selama ini ketika dia dan beberapa kawannya ketika memilih makan di rumah makan atau restoran mereka selalu membayar pesanan masing-masing. Kecuali mereka datang ke warung bakso misalnya, barulah mereka mendaftar secara bergantian karena menu yang dimakan serupa dan harganya sama. Wajar, anak kuliahan tidak sama dengan seseorang yang sudah bekerja.
Samuel menerima daftar menu tersebut dari arah bila dengan muka datar sambil memperhatikan wajah cantik gadis di hadapannya.
Dia membuka catatan mencoba melihat apa yang dipesan oleh gadis itu, dan... Ternyata, dua menu yang dipilih sungguh membuatnya terkejut.
'Astaga... gadis ini," batin Samuel. Kemudian kembali memperhatikan wajah Arabella yang nampak tenang.