"Aku berangkat jam setengah delapan. Harusnya terlambat. Karena, aku ada janji dengan client di sebuah cafe yang cukup jauh dari rumah."
"Lalu, bagaimana? Apakah akhirnya kau membuat klien mau menunggu?" tanya Chaliya sambil menatap wajah suaminya dengan serius.
"Tidak justru sebaliknya. Aku tiba 10 menit lebih awal sebelum dia. Tapi tetap saja intinya aku dan dia sama-sama terlambat," jawab Dicky dengan bangga.
"Bukannya kamu menemui klien dari Singapura tuan Tan, itu bukan? Orang Singapura itu biasanya sangat disiplin Bagaimana mungkin dia bisa terlambat?"
Dicky diam tidak menjawab sengaja membiarkan supaya istrinya terus mengeluarkan komentar dan asuransinya sendiri.
"Maaf, bukan maksudku mengatai kau juga tukang terlambat. Tapi, aku mengerti. Kamu bangun kesiangan Karena kelelahan tadi malam lalu Bagaimana dengan client mu itu?" Chaliya jelas sekali kalau dia nampak berfikir. Mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi.