"Apakah kau menyesal, telah menghamiliku, Xel?" tanya Lina lirih dengan wajah tertunduk menyembunyikan air matanya yang mulai menets.
"Tentu saja. aku ini juga inginkan seorang anak. tapi, ya harus terlahir dari wanita yang benar-benar aku cintai. Bukan pada wanita yang aku nikahi karena pelampiasan, atau pilihan dari mamaku saja!"
"Cukup, Xel! Aku tahu diri. Aku tahu jika aku ini bukanlah wanita yang kau inginkan. Aku tahu, satu-satunya wanita yang ada di dalam hatimu hanyalah Chaliya saja, kan?" ucap Lina. Sambil terisak.
Axel memandang Lina. Mata wanita itu memerah bahkan juga seluruh wajanya. Sakit hati terlihat jelas di raut wajahnya yang emmandang dirinya dengan kecewa dan air mata yang berderai. Axel sadar, apa yang baru saja dia katakana. Kata-kata itu, tidak benar-benar dari hatinya. Ia hanya mengatakan karena enggan mengakui perasaannya pada Lina saja. Tapi, memang faktanya di hatinya masih ada nama Chaliya.