"Halo, apakah kau Sinta?" sapa Chaliya dengan ramah.
Ayumi dan suaminya terus mengamati dirinya. Bagaimana cara dirinya menyapa putrinya. Kemudian, terukir senyuman tipis yang menunjukkan kalau mereka terkihat puas, dua pasutri itu saling berpandangan dan mengangguk penuh isyarat. Sebenarnya Chaliya merasa risih, tapi, ia berusaha mengabaikan dan bersikap wajar. Tetap sopan di depan mereka dan ramah pada Sinta.
"Iya, kau bahkan sudah bisa menabak. Memang, hanya aku satu-satunya anak gadis papa dan mama, haha," jawab gadis itu dengan riang. Kemudian, ia meminta dengan santun pada Hengky sang kakak agar geser. Karena, dia ingin duduk bersebalahan dengan Chaliya. "Kak, bisakah kakak duduk di kursi lain? Aku ingin duduk dengan kak Chaliya," ucap gadis itu.
"Baiklah. Makanlah dulu dengan baik. Jangan sambil bicara, oke?" ucap pria itu dengan wibawa dan penuh kasih sayang.
"Baik, kak."