Sementara Axel hanya diam memandang dirinya yang terus-menerus tertawa. Tak tahu, harus berkata apa. Dia hanya diam dan terus menunggu sampai ia berhenti dengan sendirinya.
Merasa diperhatikan, Chaliya pun berusaha keras untuk berhenti tertawa. Lalu memandang ke arah Axel. "I'am sory," ucapnya.
"Maaf untuk, apa?" tanya pria itu.
"Lupakan saja. Ya sudah, ayo kita keluar dari mobil," jawab wanita itu. Bergegas melepas sabuk pengamannya. Namun, saat ia membuka pintu, ternyata Axel dengan sengaja menguncinya.
"Jangan buru-buru. Masih tersisa duapuluh menit. Kau bukan OB, kenapa harus tergesa-gesa?" ledek Axel sambil tertawa garing memandang Chaliya.
"Kan, kita sudah sampai kantor. Ngapain harus berlama-lama di mobil, Pak?"
"Apa? Pak? Memang aku ini bapakmu? Panggil aku Axel!"
"Baiklah, Xel!"
"Sini!" ucap Axel sambil menarik tubuh Chaliya ke dalam dekapannya. "Kau harus ingat, kalau kau sekarang adalah wanitaku. Jadi, tidak boleh macam-macam, oke?"
