Tidak menunggu lama, sekitar setengah jam lebihn sedikit Arabella dan juga ibunya tiba di rumah sakit. Livia langsung mendekati Chaliya yang tertunduk di kursi depan ruang administrasi sambil menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.
"Chaliya, apapun yang terjadi pada Andra, ercayalah ini adalah takdir. Dia juga berpesan padamu, kan untuk tidak dendam, benci menyalahkan orang lain apalagi dirimu sendiri?" ucap Livia dengan lembut dan bijak sana sambil mengusap lembut punggung gadis itu yang bergetar karena menangis.
Chaliya diam tidak menjawab. Bahkan, mendengar bagaimana cara bicara tante Livia seolah dia juga sudah merelakan jika putranya hendak pergi untuk selama-lamanya. Kini di dalam benaknya terus terbayang kejadian di mana Andra melindungi dirinya dari serangan Wulan. Dia tersenyum, bahkan masih sempat menggodanya. Padahal, dirinya sudah terluka parah dari pisau yang telah menancap dalam di punggungnya.