"Iya. Tapi, mama tidak menyalahkan dia. Karena, memang sejak awal, mama ini bukanlah istri yang diingkan. Jadi, wajar. Mama cuma berfikir setalah kau lahir, hatinya melunak. Tapi, lagi-lagi itu hanya pikiran mama saja. Semua salah." Elizabeth tertawa getir.
Axel diam tidak bisa dia berkata apa-apa. Tapi, dia tidak bisa menyalahkan mamanya. Bagaimanapun mamanya tidak mau menyerah dengan keadaan. Tetap berjuang sendirian menjaga nama baik dua keluarga tetap bertahan dalam kesakitan demi tidak bercerai yang hanya akan mencoreng nama baik dua keluarga besar sekaligus. Tapi, yang dia heran kan, kenapa sedikit pun hati sang papa tidak terketuk sama sekali.
"Tapi, kenapa papa hatinya tidak terbuka sedikit pun melihat perjuanganmu, Ma? Apakah hatinya sudah terbuat dari batu?"
"Dia hanya tidak mencintai mama saja, Xel. Tapi, dia sangat menyayangi mu. Hanya saja, tidak mau menunjukkan pada mama."
