Udara dingin menyapa kami yang masih betah berada di ranjang, rasanya mata ku enggan untuk terbuka, namun saat jemari istri ku menyentuh pipi ku dengan lembut, aku mulai tersadar bahwa aku harus segera bangun.
"Jam berapa?" ucap ku.
"Jam 8 di luar sedang gerimis, tadi sekertaris mu telpon, dia bilang ada meating jam 10 nanti dengan tuan Hartono."
"Baiklah, aku akan meating di luar, aku akan mengajaknya ke cafe, kau bersiaplah kita berangkat bersama." Ucap ku seraya membuka selimut.
Aku bergegas mandi dan berpakaian, hari ini akan menjadi hari yang baik untuk ku, meating untuk memenangkan tender ditemani oleh istri ku adalah hal yang langka bukan?
Aku menuju meja makan, ternyata sudah ada Xafie yang belum pulang juga, mami dan si pengganggu itu.
Istri ku datang dengan dress yang ku berikan semalam, ahhh cantik sekali.
Aku sengaja memamerkan kemesraan ku di depan mereka, mami terlihat senang namun Regina? jangan di tanya wajahnya merah padam.
"Hello sayang, hari ini aku minta dua ciuman karena semalam kau menyiksaku." ucap ku ambigu.
Dia membalik badannya dan menghadap ku.
"Dua kali baiklah." dia mengecup pipi kanan dan kiri ku.
"Tapi itu kesalahan mu Sayang kau tidak makan siang dan makan malam saat semua orang makan." ucapnya yang akan membahas kembali masalah kemarin.
Aku duduk di meja makan, dan menyapa Xafie dan mami.
"Pagi mami, Xafie bagaimana mainan mu?"
"Semuanya sudah ku kemas, dan lusa aku akan kembali ke rumah."
"Benarkah?" tanya mami antusias.
"Benar Oma.."
Mayra menuangkan makanan di piring ku dengan begitu rapih, aku juga tidak sabar untuk menyantapnya.
"Kau mau minum apa?" tanyanya.
"Air putih saja." Dia juga menuangkan minuman di dalam gelas ku.
"Mayra? kamu sudah berapa lama sebenarnya mengenal Zofran?" Regina mulai bertanya yang bukan wilayahnya.
"Kenapa?" jawab Mayra.
"Tidak, jika kau mengenal suami mu, seharusnya kau tau Zofran tidak suka dengan polong polongan." Ujarnya seakan tau semua tentang ku.
"Kau tidak suka?" tanya Mayra pada ku.
Aku tersenyum dan mengecup tangannya.
"Apapun yang kau buat aku akan dengan senang hati memakannya, Mayra semua hal bisa berubah, termasuk hati dan pola pikir kita. Mungkin dulu aku tidak suka polong polongan, dan aku juga tidak suka dengan mu, tapi sekarang kenapa aku tidak pernah bisa berada jauh dari mu."
Mayra tersenyum dan meninggalkan kami yang sedang sarapan, dia harus mengurus hal lain di dapur.
"Mami, hari ini aku akan berbelanja kebutuhan bulanan, mungkin nanti aku akan terlambat pulang, dan nanti mami jangan sampai telat minum obat ya..."
"Mayra menyiapkan obat mami dan beberapa suplemen yang harus di minumnya saat ini.
"Terimakasih sayang." ucap mami tulus.
Jujur saja aku bahagia saat ini, saat Regina kembali, sudah tidak ada luka lagi dalam hati ku malah terganti dengan hadirnya Mayra yang membuat hidup ku lebih berarti.
Kami berada di Cafe siang ini tuan Hartono juga sudah menunggu kami, aku memperkenalkan Mayra padanya dia nampak terkejut.
"Bukankah nyonya Regina adalah istri mu?"
"Tidak tuan, Regina adalah istri dari sepupu ku, dan ini istri ku Elmayra." Ucap ku tegas dan penuh penekanan.
"Senang bertemu dengan anda nyonya, kau tampak cantik dan bersemangat."
"Semua berkat suami ku tuan Hartono, saya permisi ke belakang untuk menyiapkan semuanya." Mayra berpamitan dan aku mengecup pipinya.
Aku memulai rapat dan perjanjian bisnis kami kedepannya, sampai menemukan sebuah kesepakatan, setelah itu aku kembali ke kantor dan menuntaskan semua pekerjaan ku.