Chereads / Mi Chico Malo / Chapter 7 - 7

Chapter 7 - 7

Tim sepak bola kami akan mengadakan pertandingan dengan sekolah lain. Dan sudah tiga hari ini, mereka latihan lebih intens daripada biasanya. Termasuk Erick juga. Jadi, setiap hari aku harus menunggunya sampai selesai. Tapi kali ini aku ditemani Bianca,Sharon dan Melanie. Setidaknya aku tidak bosan menunggu sendirian.

"Wow mereka terlihat keren! " Komentar Sharon sambil makan snack popcorn yang dibawanya

"Aku juga akan senang bisa melihat sixpack mereka setiap hari," Kata Bianca

"Oke, jadi kenapa kalian tidak menonton sejak dulu?"

"Ayolah Jennie. Kita akan habis jika ketahuan menonton mereka, " Kata Bianca lagi

Benar juga. Pasti Nialls dan Raymond akan cemburu jika gadis mereka lebih tertarik sixpack laki2 lain.

"Lalu kenapa kalian bisa diperbolehkan ikut menonton?"

"Mereka memohon dengan puppies eyes dan bilang 'kau tidak tahu bagaimana perasaan Jennie harus menunggu sendirian tanpa teman', Nialls dan Raymond mengangguk setuju walaupun hati mereka berkata tidak," Jelas Melanie sambil ikut makan popcorn Sharon

Aku tertawa mendengar jawaban Melanie barusan. Punya pacar tidak bisa se-bebas sepertiku dan Melanie. Aku memang belum punya, tapi berbeda dengan Melanie. Sebenarnya aku tahu kalau Melanie hampir bisa berpacaran. Ada beberapa laki - laki yang mendekatinya. Tapi Melanie sendiri yang menolak mereka mentah - mentah.

Aku melihat sosok Daniel yang berdiri ditengah lapangan. Mata kami bertemu. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya kepadaku. Kenapa dia bisa tau aku ada disini? Maksudku disini banyak sekali yang menonton. Aku iri dengan penglihatan tajamnya.

"OMG ! Daniel melihatmu Jennie! " teriak Sharon

"Iya aku tahu, tapi jangan teriak sperti itu,"

"Jadi hubungan kalian sudah sampai mana? " tanya Bianca

"Kami hanya teman biasa," Jawabku tenang. Aku dan Daniel hanya teman.

"Aku rasa Daniel tertarik denganmu," Kata Melanie

"Aku setuju dengan Melanie. Kau mungkin tidak tahu kalau sebenarnya Daniel itu tidak bisa langsung akrab dengan lawan jenisnya. Atau lebih tepatnya belum ada satupun gadis di sekolah ini yang mampu mengambil hatinya," kata Sharon

"Seperti yang kau katakan, dia itu populer. Aku yakin dia punya banyak teman gadis bahkan dia punya Clara,"

"Gadis bermakeup tebal itu bukan pacar Daniel. Dia hanya mengikuti Daniel kemana pun dan mengaku sebagai pacarnya," Kata Bianca

Apa hanya aku yang selama ini mengira kalau Clara pacar Daniel? queen of kingsley dan the boys. Sudah hal yang biasa kalau mereka berpacaran. Seperti ketika aku masih di Indonesia, hal seperti itu sering terjadi.

Kami berhenti berbicara dan fokus dengan permainan sepak bola. Aku bisa mengamati tim Erick menyerang tim Daniel. Sebelumnya aku tidak tahu kalau Erick termasuk pemain utama di tim. Dia bahkan berperan sebagai striker atau penyerang. Begitu pula dengan Daniel, aku tidak tahu kalau dia seorang kapten.

Erick juga terlihat berbeda saat di lapangan sepak bola. Dia seperti bukan Erick yang kukenal. Di rumah dia terlihat menyebalkan dan disini dia terlihat keren berkharisma. Dari sudut pandangku, aku rasa Erick punya kemampuan lebih dibanding Daniel. Tentu saja aku mendukung tim Erick.

Skor akhir yang diperoleh adalah 3 : 1. Dan yang menang tak lain adalah tim Erick. Aku menjerit senang saat Erick mencetak gol terakhir sebelum permainan selesai. Tim Erick merayakan kemenangannya dengan merangkul Erick. Karena pertandingannya selesai, Bianca dan lainnya juga langsung pulang. Tak lupa Aku berterima kasih dengan mereka karena telah menemaniku.

Kini tinggal aku yang menunggu sendirian sampai sebagian dari tim sepak bola sudah pulang. Aku bisa melihat Peter yang menghampiri Daniel dan Erick. Mungkin lebih baik aku menghampirinya saja daripada menunggu. Sekalian aku juga bisa memberi ucapan selamat pada Erick. Aku mengambil tasku dan berjalan menuju tempat mereka.

Disini hanya satu2 gadis adalah aku. Saat aku berjalan melewati beberapa teman2 Erick, aku bisa melihat tatapan mereka kepadaku. Apa mereka kaget karena ada gadis yang mau turun ke lapangan saat mereka selesai bertanding? Mungkin mereka kaget jika ada gadis yang tidak jijik dengan penampilan kotor dan bau keringat.

"Hei, sexy. Kau mau pergi kemana?" Tanya seorang laki2 berambut hitam kepadaku. Aku melihat warna seragamnya dan mengetahui kalau dia satu tim dengan Daniel. Dia melihatku sambil mengerlingkan sebelah matanya. Aku juga mendengar teman2nya yang duduk bergerombol dengannya sambil bersiul.

Aku berjalan lagi tanpa menghiraukan mereka. Aku menghampiri Erick yang sedang berbicara dengan Daniel dan Peter. Begitu datang, aku langsung memberikan sebuah pelukan kepada Erick. Aku merangkul lehernya dengan kedua lenganku sambil berjinjit.

"Selamat Erick. Aku bangga padamu," Ucapku sambil tersenyum, setelah itu aku melepas pelukanku.

Sekarang aku bisa melihat wajah Erick langsung. Dia hanya terdiam sambil menatap tepat pada kedua mataku. Ada apa? Kenapa dia hanya diam?

"Ehemm." Aku menoleh ke belakang ke arah Peter. Dia tersenyum padaku dan berkata," Orang lain bisa mengira kalian adalah sepasang kekasih."

Aku menatap Peter bingung, dan gantian melihat ke arah Daniel. Dia melihatku dengan ekspresi wajah terkejut. Sebenarnya ada apa? Kemudian aku menyadari kalau aku tadi memeluk Erick.

"Apa karena aku memeluk sepupuku sendiri? Apa itu aneh?"

"Itu salah satunya. Dan belum ada satupun gadis yang mau kesini dan mau memeluk orang yang masih berkeringat," Jelas Peter

"Aku tidak tahu kalau ini dianggap aneh. Dan juga kenapa aku tidak bisa memberikan pelukan pada sepupuku?"

"Tidak ada yang namanya pertemanan antara laki2 dan perempuan. Kalian bukan saudara kandung tetapi hanya sepupu, yah bisa memungkinkan kalian saling suka bukan?"

Pernyataan aneh apa itu. Aku dan Erick sudah mengenal sejak kecil. Aku menganggapnya sebagai kakakku sendiri.

"Jangan bicara yang tidak2 Peter. Kami memang sudah dekat dari kecil. Erick adalah keluargaku. Benar kan, stupid Erick?" Tanyaku kepada Erick yang kini sedang minum air mineral. Dia mengambil tasnya dan menghampiriku sambil memegang ujung kepalaku.

"Berhenti berbicara. Kau mau pulang atau tidak? " Kata Erick

"Tentu saja aku mau pulang. Sampai jumpa besok Peter, Daniel," Kataku pada mereka sebelum berjalan mengikuti Erick. Aku harus berlari kecil karena tidak bisa mengikuti langkah lebar Erick. Dia tidak mengerti penderitaan orang pendek sepertiku.

Kami tiba dirumah jam 6 sore, yah ini cukup terlambat pulang dari biasanya. Bibi Katyln dan Paman Bernett sedang ada acara diluar. Hanya kami berdua dirumah sebesar ini. Jadi,kami langsung menuju kamar masing - masing. Hari ini aku tidak punya teman main karena Wendy menginap dirumah temannya. Besok juga tidak ada tugas, jadi aku bingung mau melakukan apa nanti. Oh ya aku belum pernah jalan2 disekitar rumah Erick. Mungkin aku bisa menemukan ice cream disekitar supermarket disini.

Setelah mandi, aku sibuk mencari pakaian yang cocok untuk jalan jalanku malam ini. Aku memilih mengenakan celana jeans dengan atasan hoodie hitam. Tak lupa aku mengenakan penutup kepalanya untuk menutupi sebagian rambut yang kugerai.

Saat aku akan menuruni tangga kebawah, Erick membuka pintu kamarnya dan menatap tajam kepadaku. Aku seperti seorang pencuri yang tertangkap basah masuk ke dalam rumah.

"Kau mau kemana?"

"Jalan- jalan, " Kataku dengan tenang

"Dengan siapa?"

"Sendirian. Jangan khawatir, aku hanya pergi sebentar dan pulang, "

"Tunggu, aku akan mengambil kunci mobilku, " Kata Erick dengan membalikkan badannya untuk kembali ke kamar. Aku cepat- cepat meraih lengannya.

"Tidak usah, Erick. Aku ingin berjalan sendirian,oke? lebih baik kau beristirahat, "

"Jika kau masih keras kepala, aku akan ikut jalan bersamamu."

Erick menutup pintu kamarnya dan kemudian menggenggam tangan kananku. Aku tidak masalah dia mau menemaniku jalan - jalan. Hanya saja aku kasihan dengan Erick yang tidak bisa istirahat gara2 harus menemaniku.

Kami berjalan kaki melewati beberapa toko. Rumah Erick memang dekat dengan perkotaan, hanya berjarak 100 meter. Ternyata banyak sekali orang yang keluar. Selama kami berjalan Erick menggenggam tanganku tanpa melepasnya sedikitpun. Saat kami berjalan tiba - tiba ada seorang laki2 yang menabrak bahu kananku. Laki - laki itu masih terlihat muda sekitar umur 30 an. Dia sepertinya sedang mabuk, karena dia berjalan tidak beraturan. Aroma alkohol pekatnya menusuk hidungku.

"Hei, perhatikan langkahmu saat berjalan!" Kata Erick dengan marah

Laki2 itu cuma tertawa, "Hai cantik, apa aku menabrakmu barusan?" Katanya sambil mencoba menyentuh lenganku. Tangan Erick langsung berpindah melingkar dipinggangku dan mendorongku mendekat ke dada bidangnya. Erick ingin melindungiku dari laki2 yang sedang mabuk ini.

"Jangan sentuh gadisku atau kau akan merasakan rasanya patah tulang!" Ancam Erick padanya

Aku bisa merasakan pipiku sedikit memerah saat mendengar perkataan Erick. Aku tak habis pikir Erick mau mengatakan hal semacam itu. Walaupun cuma berbohong, Erick mengatakan seolah olah aku benar pacarnya. Dia berhasil membuat irama jantungku lebih cepat dari biasanya. Aku juga baru tahu kalau Erick punya aroma yang bisa memabukkan siapa saja gadis yang berada didekatnya. Siapapun gadis yang jadi pacar Erick akan betah dipelukannya.

Ya ampun, lagi2 aku berpikiran aneh. Aku menyadarkan diriku dengan mengalihkan perhatianku pada laki2 yang mabuk tadi. Dia sekarang sudah pergi dari hadapanku.

"Kau sudah tahu kenapa aku melarangmu pergi sendirian?" Tanya Erick sambil menatapku. Mata biru teduhnya terlihat khawatir melihatku.

"Dia sekarang sudah pergi. Ayo kita lanjut berjalan lagi. Aku ingin membeli ice cream," Kataku sambil tersenyum dan melepas diriku dari pelukannya.

"Kita makan dulu setelah itu baru beli ice cream," Kata Erick sambil menggandengku menuju ke sebuah cafe yang berada berada disebrang jalan.

Seorang wanita muda mendekati meja tempat kami duduk sambil membawa buku pesanan. Wanita itu terlihat masih muda dan cantik. Dia tersenyum padaku.

"Cukup lama kau tidak kemari Erick. Aku bertanya tanya apa kau sudah menemukan cafe favoritmu yg lain, dan sekarang kau membawa gadis cantik, dia pacar barumu? "

" Aku tidak kemari karena sibuk dengan sekolahku. Dia sepupuku, Jennie. "

"Oh ya? Aku Linda, senang berkenalan denganmu Jennie. Erick sering ke cafe ini dan kedua temannya, kau kenal dengan Peter dan Daniel bukan?"

"Senang berkenalan denganmu juga Linda. Aku kenal dengan mereka juga. Jadi bisakah kau memberitahuku menu apa yang paling sering dipesan Erick disini?"

"Dengan senang hati cantik. Erick sering memesan sirloin barbeque steak atau sandwich dan lemon squash. Dan untuk para gadis kami punya menu salad. "

Aku melihat seluruh daftar menunya, dan menemukan spagetti mozarella. Spagetti juga termasuk makanan favoritku. Aku akan memesan dua2 nya

"Aku akan pesan sirloin barbeque steak dan spagetti mozarella ditambah lemon squash."

"Aku mengira kau akan pesan salad dan air putih saja. Kau cukup berbeda dengan gadis lain,Jennie."

"Aku tak kan kenyang jika harus memakan salad saja. Erick kau akan pesan apa?"

"Aku akan memesan sirlon steak juga dan lemon squash." Kata Erick

"Oke silahkan tunggu, pesanan kalian akan segera kami sajikan." Kata linda sambil tersenyum

Aku membalas linda dengan senyuman juga. Stelah linda pergi, aku mengamati Cafe yang sederhana ini tapi sangat nyaman. Entahlah, padahal aku baru pertama kali ke sini. Kami hanya berbincang sampai makanan kami datang. Dan ketika kami pulang aku benar2 membeli sebuah es krim. Aku memakannya sambil berjalan.

"Kau itu sudah besar tapi masih saja seperti anak kecil."

Erick mengarahkan ibu jarinya ke sudut bibirku dan menjilat sisa es krim ditangannya. Ya, aku masih seperti anak kecil jika makan es krim. Ini memang memalukan, tapi aku tidak bisa makan es krim tanpa belepotan.

Aku tidak tahu kenapa Erick bisa berubah kepribadian saat dia disekolah. Erick yang sekarang punya kejutan tak terduga. Mungkin karena perubahan hormon juga sepertinya. Dia terkadang menyebalkan, kadang bersikap serius dan dewasa. Erick adalah Erick. Dia tetap sepupuku selamanya. Aku menikmati jalan - jalan malam ini dengan Erick.