TAHAP REVISI!!!
BAB AKAN DI HAPUS SEMENTARA! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANAN NYA!
Aletha sekarang tidak mamakai ponsel lagi, ponselnya sudah hancur. Membeli yang baru? Aletha tidak mau, sepertinya Aletha tidak akan menggunakan ponsel lagi.
Aletha sudah memutuskan akan memperjuangkan Sean, tidak peduli jika memang Sean telah mempermainkannya atau Sean punya dendam padanya. Aletha harus mendapatkan Seannya kembali.
Aletha kembali kebutik sekarang, Aletha sengaja mengundang Crystal untuk datang kebutiknya, sudah Aletha putuskan untuk memberi tahu Crystal kalau dirinya sudah menikah dengan Sean, bukankah alasan itu sudah cukup untuk membuat Crystal pergi diantara mereka.
"kebetulan sekali, kau memang ingin bertemu denganmu" ujar Crystal langsung menyelonong masuk kedalam kantor Aletha. Aletha tidak heran lagi setelah mengetahui sifat asli Crystal, Aletha jadi bisa saja dengan Crystal yang tidak mempunyai sopan santun.
"jadi apa yang ingin kau sampaikan padaku? Kalau memang kebetulan?' tanya Aletha bangkit dari duduknya dan duduk disofa didepan Crystal.
"bukannya kau yang lebih dulu ingin berbicara padaku?" tanya Crystal balik.
"omong-omong aku sangat suka dengan sikap percaya dirimu An, kau mengatakan Sean tidak akan datang kepesta ulang tahunku. Tapi, Sean datang dengan sendirinya. Sepertinya kau memang pandai membual" lanjut Crystal membuat Aletha tanpa sadar mengepalkan kedua tangannya.
"aku sudah menikah dengan Sean!" ujar Aletha membuat Crystal langsung menoleh pada Aletha. Crystal menatap Aletha dan mengangkat senyum evilnya.
"tentu saja aku tahu, sebelum aku menawarkan perjodohan ku dengan Sean aku mencari masa lalunya dan itu kau!" jawab Crystal memeriksa ekpresi Aletha, sedang kan Aletha sekarang mengerutkan keningnya. Dia sudah tahu?
"kau sudah tahu?"
"benar sekali, kau tenang saja. Aku kemari memberimu kabar baik. Kami akan bertunangan minggu depan. Pengumumannya dihari ulang tahunku. Kau tahu, Sean sendiri yang memberi tahu semua orang kalau aku adalah satu-satunya wanita yang dia cintai" jawab Crystal sambil memberikan undangan pertunangannya dengan Sean.
Aletha langsung mengambil undangan itu dan memeriksanya, benar atau tidak. Tanpa sadar mata Aletha memanas, benar saja itu undangan pertunangan Sean dan Crytstal. Aletha mengangkat kepalanya menatap langit-langit karena ia tidak mau air matanya turun dihadapan Crystal.
"kami akan segera menikah setelah perceraian kalian sudah selesai" sambung Crystal membuat Aletha mengepalkan kedua tangannya. Bercerai? Apa mungkin ia dan Sean akan bercerai? Ternyata cinta bisa berubah, benar. Bukan salah siapa-siapa, ini sudah takdir. Tapi, bukannya untuk takdirnya Aletha bisa merubahnya.
"kita lihat saja nanti, apa kalian akan benar-benar menikah atau tidak!" ujar Aletha berusaha menetralkan suaranya agar tidak bergetar sama sekali. Ia tidak boleh lemah, Aletha harus tampak kuat agar Crystal tidak meremehkan dirinya.
"baiklah, lihat saja kau akan menangis darah ketika melihat aku dan Sean menikah"
"aku tunggu itu terjadi! Kalian baru akan bertunangan. Yang menikah saja bisa bercerai apalagi yang masih calon tunangan" ujar Aletha membuat senyum Crystal lenyap.
"seperti biasa kau sangat percaya diri sekali" komentar Crystal membuat Aletha mengembangkan senyumnya.
"tentu saja, aku Aletha dengan percaya diri yang tinggi"
"hati-hati, percaya dirimu tidak akan membantumu untuk kedapannya"
"baiklah, kau tahu pintu keluar kan?" jawab Aletha mempersilahkan Crystal untuk pergi dari butiknya.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya. Big love, from me.
$$$$$$$$$$$
Sean tidak menemukan Aletha didalam apartemennya, Sean mengacak rambutnya gusar karena ponsel Aletha sama sekali tidak bisa dihubungi. Gps yang Sean pasang dimobil Aletha pun hanya terlacak diparkiran gedung. Entah Aletha pergi dengan apa yang pasti Aletha meninggalkan mobilnya. Dirumah orang tau Aletha pun Sean tidak menemukan jejak Aletha disana.
Sedangkan dikantor polisi Aletha menemui pamannya yang bertugas sebagai dektektif. Aletha dan pamannya berada diruang latihan. Aletha melatih tembakannya, semenjak tidak masuk akademi polisi Aletha jadi kaku menembak dan kini Aletha rindu dengan pelajara menembak.
Aletha berhasil menembak target dengan sempurna hingga mendapatkan tepuk tangan dari pamannya dan juga Josua teman satu angkatannya yang sekarang sudah jadi dektektif dibawa awasan pamannya.
"katanya sudah lama tidak menembak, tapi tembakan mu masih seperti biasa Leth. Sempurna" ujar Josua menepuk punggung Aletha.
"itu karena insting menembak Letha masih sama seperti dulu" jawab pamannya membuat Aletha menerbitkan senyumnya.
"paman" panggil Aletha membuat pamannya langsung menganggukan kepalanya.
"iya"
"Letha lapar, hehe"
Paman Aletha dan Josua hanya geleng-geleng kepala, ini lagii kebiasaan Aletha yang tidak hilang. Selalu merasa lapar.
"mau makan apa?"
"pizza!"
"pizza!"
Teriak Aletha dan Josua secara bersamaan, sudah Josua duga pasti Aletha ingin makan pizza.
"jadi alasanmu datang kemari hanya ingin paman traktir makan pizza?" tanya paman Aletha membuat Aletha menyengir kuda.
"dasar" komentar paman Aletha sambil mengelus sayang kepala Aletha.
Alasan Aletha memang merindukan pamannya dan teraktiran pizza, tapi alasan lain Aletha datang adalah Aletha sedang patah hati. Jadilah Aletha ingin menembak menumpahkan kekesalannya.
Aletha diantar pulang oleh Josua jam 11 malam, tentu saja setelah makan pizza Aletha kembali menembak hingga mengharuskan Josua untuk mengawasi Aletha karena pamannya ada pekerjaan penting.
"terima kasih, Jo" ujar Aletha turun dari mobil Josua, Josua menganggukan kepalanya.
"sama-sama, lain kali kau harus tahu waktu jika ingin berlatih" ujar Josua membuat Aletha menyengir kuda.
"kau, seperti baru mengenalku saja""
"aku pergi"
"hati-hati, bye"
"bye"
Sean melihat Aletha pulang diantar oleh pria lain yang Sean kenal adalah teman Aletha sewaktu masih diakademi polisi.
Sean mengepalkan kedua tangannya ketika Aletha, wanitanya tersenyum pada Josua itu.
"dari mana saja kau!" ujar Sean agak meninggikan suaranya, Aletha yang baru saja membuka pintu terkejut karena mendengar suara Sean.
"kau kenapa kemari?" tanya Aletha melewati Sean begitu saja. Sean memegang tangan Aletha menahan Aletha yang hendak masuk kamar.
"katakan kau dari mana, Letha?" tanya Sean menekan suaranya, Aletha melepaskan tangan nya dari Sean.
"memangnya apa urusanmu! Bukahkan kau mau menikah dengan wanita itu! Jadi stop, sok peduli! Pergi dari sini aku tidak mau melihat wajahmu"
"kalian akan segera menikah, tolong jangan seperti mengharapkan aku tapi sebenarnya tidak"
"aku tidak akan bertunangan jika kau mengatakan kau mencintaiku!" ujar Sean membuat Aletha terdiam, Aletha ingin menjawab Sean tapi bibirnya terasa keluh.
"katakan! Kau mencintaiku Letha!"
"tidak bisa kan! kau tidak mencintaiku sama sekali!" ujar Sean lagi lalu pergi dari apartemen Aletha dengan kekesalan.
'aku mencintaimu sangat banyak' ujar Aletha pada dirinya sendiri setelah Sean pergi.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya. Big love, from me.
To be continue,
aku mencintaimu sangat banyak' ujar Aletha pada dirinya sendiri setelah Sean pergi.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya. Big love, from me.
To be continueaku mencintaimu sangat banyak' ujar Aletha pada dirinya sendiri setelah Sean pergi.
Jangan lupa like n komen dan bila perluh tolong dukung karya ini dengan memberikan koin/ poin. Terima kasih sebelumnya. Big love, from me.
To be continue,,