"Berjanjilah bahwa kau akan kembali kepadaku."
"Aku tidak akan berjanji, karena aku pasti kembali."
Dua remaja itu saling mengaitkan jari kelingking mereka dan saling tersenyum. Tampak wajah dari satu anak remaja yang lebih pendek itu terlihat bekas air mata.
"Sudah waktunya kau harus masuk. Nanti kau akan dimarahi."
"Biarkan saja. Aku tidak tahu kapan kita akan bertemu lagi. Aku juga tidak bisa mengantarmu ke bandara besok. Dalam waktu yang singkat ini…"
Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, anak remaja yang lebih jangkung telah mencium keningnya sambil tersenyum. Beberapa detik kemudian, dia menjauhkan bibirnya dari keningnya dan mengelus lembut pipi kanannya.
"Lihatlah pipimu yang sudah memerah ini."
Tidak heran, Jepang telah memasuki bulan dua belas dan perkiraan BMKG, salju tidak lama lagi akan turun menutupi seluruh Jepang.
"Kau selalu saja melakukan itu saat pipiku mulai memerah. Jangan-jangan kau akan melakukan hal yang sama pada wanita lain yang akan kau kenal di Amerika."
"Hah!" Remaja jangkung itu tergelak."Kau terlihat seperti cewek cemburu!"
Cewek itu segera memukul pelan bahu remaja jangkung itu."Jangan salahkan aku kalau aku juga akan memukul bahu pria lain."
Cowok itu segera memegang kedua pergelangan tangan cewek yang memukulnya dan menatapnya dengan serius."Aku tidak akan membiarkan kedua tanganmu ini untuk memukul pria lain selain diriku."
Cewek itu segera terdiam dengan wajah yang perlahan-lahan mulai memanas."Apaan sih…"
Suasana tiba-tiba menjadi hening dan keduanya tampak tidak mempermasalahkan keheningan itu. Mereka berdua telah sama-sama nyaman dengan keberadaan masing-masing. Cewek itu segera menepis kedua tangan cowok yang memegang kedua pergelangan tangannya dan merogok isi tasnya.
"Kau sedang mencari apa, Yen-Chan?"
"Diamlah sebentar, Senra-Kun."
Cowok yang bernama Senra segera diam dan menatap penuh penasaran pada Yen-Chan yang terus merogoh isi tasnya.
"Sepertinya tasmu banyak sampah, ya?"
Yen segera berhenti merogoh dan menatap tajam Senra."Kau benar-benar tidak bisa diam, ya? Aku tidak akan memberikan hadiah kenanganmu kalau begitu."
Senra segera membentuk tangan yang mengunci di depan mulutnya dan berpura-pura membuang kuncinya. Yen tersenyum puas dan mengulurkan kedua tangannya kearah Senra dengan tersenyum lebar tanpa memperdulikan tasnya yang terjatuh di saat yang sama.
"Untukmu!"
Senra hanya menatap diam benda yang ada di kedua tangan Yen.
"Senra-kun?"
"Kau… yakin memberikan ini padaku?"
Yen tersenyum tipis dan mengangguk."Iya."
"Tapi…" Senra berusaha beralasan.
"Tidak ada alasan untuk menolak." Potong Yen."Aku ingin kau memiliki ini."
"Tapi ini…" Senra berusaha untuk beralasan.
"Aku sudah bilang tidak ada alasan untuk menolak." Sergah Yen."Kalau kau berusaha beralasan lagi, berarti kau tidak ingin kembali lagi padaku."
Senra hanya menghela napas dan mengambil benda itu.
"Baiklah." Dia memegang erat benda itu."Baiklah." Ucapnya lagi."Aku akan menjaga benda ini dengan baik, sampai dia akan kembali lagi ke tanganmu."
Senyum di wajah Yen mulai mengembang lagi."Begitu dong!"
Senra juga ikut tersenyum.
"Aku akan meninggalkan Jepang besok. Kau tidak perlu mengantarku. Selain aku tidak ingin melihatmu menangis…" Senra terdiam sambil mengelus bagian mata kanan Yen."…aku juga tidak ingin membatalkan niatku ke Amerika karena melihatmu melambai di bandara sambil melihatku pergi…"
Yen terdiam sesaat dan berusaha bercanda."Kalau begitu aku harus ke sana, karena aku tidak ingin kau pergi."
Keduanya saling menatap.
"Maafkan aku."
Yen hanya menggeleng."Aku tidak apa-apa. Sungguh." Yen memegang tangan Senra yang mengelus matanya tadi dan menutup kedua matanya, berusaha mengingat betapa hangat tangan anak remaja yang akan beranjak dewasa ini.
Mereka tidak akan bertemu selama 3 tahun ataupun lebih, tergantung dari pendidikan yang akan ditempuh oleh Senra. Ini adalah pertama kalinya mereka akan berjauhan dari satu sama yang lain. Selama ini, mereka selalu bersama. Lebih tepatnya, Senra yang selalu bersama Yen.
Yen akhirnya membuka kedua matanya dan menatap lurus ke mata Senra.
"Aku tidak peduli bagaimana caranya. Kau harus kembali lagi kesini dalam waktu 3 tahun. 4 tahun adalah maksimal. Aku tidak akan mentoleransi lebih dari itu."
Ujung bibir Senra segera terangkat.
"Siap!"
***