Indonesia, 12:56 -
BUGH!
Pukulan keras dari Tomi berhasil melayang tepat pada kepala Putra, membuat Putra hampir saja menelan bulat-bulat bakso yang berada di dalam mulutnya.
"Itu mulut lo yang bau jigong nggak bisa dikontrol, kah?!" heran Tomi.
Putra mengangkat alis kanan nya dengan tinggi saat mendengarkan penuturan dari Tomi.
"Itu mata lo katarak atau lagi buta, kah?!" tanya Tomi lagi dengan nada suara yang terdengar sedikit meninggi.
"Anjir! Gue lagi minta pendapat sama lo, Bego! Kenapa lo malah memukul kepala gue sambil nanya gue buta apa katarak! Mana bilang kalau mulut gue bau jigong!" heran Putra.
"Lo sebenarnya niat jawab pertanyaan gue atau enggak, sih!" heran Putra lagi.
"Justru gue bilang kayak gitu karena gue beneran nggak jawab pertanyaan lo, Bego! Masa lo suka sama si buluk itu, sih?!" seru Tomi yang tidak habis pikir dengan pandangan mata sahabatnya itu.
"Lo lihat sendiri kalau dia sering kena body shaming karena muka dia, kan?! Bukan cuma gara-gara muka dia sampai dia sering kena body shaming atau di bully. Itu badan sama fashionnya juga bikin dia jadi makanan dan target enaknya para pembully," lanjut Tomi dengan serius sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gue cuma berandai-andai doang, Tom! Gue bilang kayak gini bukan berarti gue beneran suka sama si buluk, yah! Amit-amit banget gue jatuh cinta sama cewek kayak dia!" kesal Putra sambil bergidik ngeri dan menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat. Dia menganggap kalau jatuh cinta kepada Snow merupakan mimpi buruk yang dia harapkan tidak menjadi hal yang nyata.
"Habisnya, pertanyaan lo itu nggak berfaedah, Anjir!" kesal Tomi sambil mencubit dengan Putra beberapa detik karena merasa gemas dengan pertanyaan sahabatnya itu.
Putra meringis pelan saat mendapatkan cubitan itu dari Tomi, lalu dia melanjutkan aktivitasnya untuk kembali menyantap bakso yang tadinya dia pesan.
"Karena lo baru aja bahas masalah cowok yang suka sama si buluk. Menurut lo dia bakalan nikah nggak, sih?" tanya Tomi random sambil terus mengunyah bubur ayam yang tadinya dipesan oleh Aldean.
"Semua orang pasti bakalan nikah lah, Bego! Kan, semua orang itu punya jodoh sendiri dan mana ada orang yang hidup tanpa ada jodohnya, kecuali kalau jodoh nya belum lahir atau udah mati," jawab Putra dengan asal tanpa menatap Tomi sedikitpun.
"Gue lagi seriusan nanya sama lo!" kesal Tomi.
"Gue pernah baca cerita di salah satu novel kalau ada cewek buluk yang tiba-tiba jadi cantik karena mau balas dendam. Gimana kalau si buluk itu juga kayak gitu?" tanya Tomi dan sekarang makanannya tidak lagi penting karena pembahasan mereka kali ini sepertinya menarik sekali.
"Lihat aja contoh kecilnya sama film Disney Cinderella," jawab Putra dengan malas karena sahabatnya itu terlalu jauh untuk mencari perbedaan.
"Hum ... Kira-kira hampir mirip sama Cinderela kisahnya, sih. Gimana kalau si buluk tiba-tiba jadi cantik dan buat kita semua jadi nyesel karena udah bully dia?" tanya Tomi dan sekarang wajahnya tampak terlihat begitu takut membuat Putra langsung tertawa dengan keras.
"Iya kali si buluk bisa jadi cantik kayak gitu! Cinderella pada hakikatnya nya punya wajah yang cantik, cuma cantiknya dia makin nambah pas jam dua belas malam. Habis itu dia kembali jadi cantik mirip Song Hye Kyo," jawab Putra dan langsung mendapatkan pukulan tepat pada kepalanya dari Tomi.
"Bisa nggak biar nggak masukin nama-nama artis Korea itu?! Gue kalau dengar nama orang artis Korea langsung ingat mantan pacar gue," ujar Tomi.
Putra yang mendengarkan itu langsung menatap Tomi dengan sangat serius.
"Lo tahu sama Lalisa Manoban Blackpink, kan?" tanya Tomi.
Putra pasti menganggukkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban. Memangnya, siapa yang tidak kenal dengan Lalisa Manoban yang merupakan rapper girl group Korea Selatan terkenal itu.
"Gue gagal move on sama dia," lanjut Tomi sambil memasang ekspresi wajah yang benar-benar sedih.
Putra yang mendengarkan itu langsung melempar sendok yang tadinya dia gunakan untuk menyeruput kuah bakso nya tepat pada kepala Tomi.
"Lisa Blackpink aja nggak tahu kalau lo itu sebenarnya udah hidup jadi beban keluarga lo selama tujuh belas tahun!" sinis Putra.
Tomi yang mendengarkan itu hanya tertawa dengan begitu deras sambil memegang perutnya yang terasa sakit karena dia tertawa terbahak-bahak.
***
"Lo lihat Snow?" tanya Ryan pada seorang murid yang baru saja lewat di sampingnya.
"Cewek buluk itu?" jawab murid itu yang malah kembali bertanya kepada Ryan.
Ryan hanya berdeham dengan begitu malas sebagai jawaban sambil menganggukkan kepalanya dengan singkat.
"Gue tadi ngelihat si burik diangkat sama si Bayu ke ruang kesehatan sekolah. Si burik kayaknya tadi lagi pingsan pas diangkat sama si Bayu," jelasnya sambil menunjuk ruang kesehatan dengan menggunakan dagunya.
Ryan yang mendengarkan itu sedikit membulatkan matanya dengan lebar, lalu dia berlari dengan cepat menuju ruang kesehatan tanpa menjawab ucapan murid itu.
"Anjir! Bukannya bilang terima kasih sama gue, dia malah langsung lari gitu aja tanpa ada tanda terima kasih sama gue!" kesal murid itu sambil menatap kepergian Ryan dengan sangat kesal.
Baru saja Ryan ingin berjalan masuk ke ruang kesehatan itu, langkah kakinya langsung terhenti saat melihat dua orang pria yang tengah berdebat di dalam sana.
"Lo apain Snow sampai dia tiba-tiba pingsan dan nggak sadar kayak gini?!" tanya Anggara dengan marah sambil menatap Bayu dengan tatapan yang sangat tajam.
"Ck! Gue udah bilang kalau bukan gue yang ngelakuin ini sama dia. Dia sendiri yang tiba-tiba ngelindungin gue dari Debara dan pukulan Debara langsung kena sama perut dia!" jawab Bayu dengan tegas karena dia paling benci bila dia dituduh dengan hal yang tidak tidak seperti ini.
Ryan sedikit membulatkan matanya dengan lebar saat mendengarkan penuturan dari Bayu.
Kedua bola mata Ryan dengan refleks menatap tepat pada perut Snow.
"Artinya lo tetap jadi biang masalah di sini sampai dia kena imbasnya! Dia nggak bakalan kayak gini kalau bukan lo yang ditolongin sama dia! Harusnya lo terima kasih dan jangan gini!" seru Anggara dengan sangat emosi.
Ryan yang melihat perdebatan itu ingin menghampiri Anggara dan juga Bayu, tetapi dia mengurungkan niatnya karena tiba-tiba seseorang menahan ujung bajunya dari belakang.
Ryan membalikkan badannya dan hampir memarahi orang itu, tetapi dia mengurungkan niatnya untuk memarahi orang itu saat melihat siapa orang yang menahan ujung bajunya itu.
"Ngapain lo ada di sini?" tanya Aldean sambil mengangkat alis kanan nya dengan sangat tinggi dan menatap Ryan dengan tatapan yang penuh intimidasi.