Chereads / Crazy Boyfriend / Chapter 3 - Hari Pertama MPLS

Chapter 3 - Hari Pertama MPLS

Alena's POV

Dengan semangat aku menuruni tangga menuju dapur lengkap dengan pakaian yang jadi syarat MPLS dicalon sekolahku ini, yaitu kemeja putih dan rok hitam. Tidak lupa aku memakai jepitan hadiah dari bang Arsen dan sepatu Puma ku.

Terlihat Bunda dan Mami sibuk menata meja, penghuni meja pun masih sepi. Hanya ada Eyang, bang Arsen dan Vino.

"Bunda, Lena minta selai Hazelnut kemarin dong." ucapku sesaat setelah duduk disamping bang Arsen. Bunda mengangguk lalu memberikan ku toples selai hazelnut.

"Kamu kok semangat banget?"

"Ya harus semangat dong bang, udah mau jadi anak SMA." balasku, bang Arsen tersenyum. Aku melirik Vino yang sibuk dengan Hp nya.

"Cebol, lu beneran pake jam tangan? gak takut dirazia emang?" tanyaku, Vino memandang sinis saat mendengar panggilanku.

"Gak masalah, kalau dirazia punya gue masih banyak. Dan jangan panggil gue ce--"

"Cebol, minggir. Tempat gue tuh." ucapan Vino terpotong karena Kak Putra yang datang lalu mendorong bahunya.

"Apaan sih, gue nyampe duluan."

"Gue abang, tempat gue harus disamping Papi."

"Ta--"

"Berisik."

Aku terkekeh menyaksikan penyiksaan Vino sebagai bungsu, saat bicara akan selalu terpotong. Tadi kak Putra dan sekarang Alex. Alex mengatakan 'berisik' lalu mengambil tempat disampingku.

"Gue ngantuk Na." ucapnya lalu meletakkan kepalanya dibahuku.

"Salah lu sendiri yang begadang namatin anime 1 season." balasku, semalam saat jam menunjukan pukul 12 malam. Aku mendatangi kamar Alex yang berada paling ujung dan tepat disamping kamarku. Penyebabnya adalah suara bising dari televisinya, semalam kembaranku itu menonton Anime dengan volume keras dan membuatku terbangun. Bukannya mengecilkan volume televisinya, dia malah mengajakku nonton juga. Dasar.

"Seru, gantung kalau gak ditamatin."

"Ya udah, jangan ngeluh ke gue kalau lu ngantuk."

"Lu kembaran gue, bantuin kek."

"Bantuin apa?"

"Bilangin ke bang Arsen gue gak usah ikut MPLS."

"Idih, ogah." balasku meniru gaya bicaranya malam itu, saat dia menolak membuatkan ku Mac & Chese.

•••••••••

Kami berlima sudah berada didalam mobil dengan pak Armin sebagai supirnya. Ada bang Arsen yang duduk disamping kemudi, aku dan Alex ditengah, lalu kak Putra dan Vino dibelakang.

"Kegiatan hari ini apa aja Bang?" tanyaku pada bang Arsen yang terlihat sibuk dengan dokumen MPLS, mungkin rangkaian kegiatan 4 hari kedepan.

"Cuma materi sama pendisiplinan aja, setelah itu kerja bakti."

"Lena masuk kelompok mana Bang?"

"Itu ditentuin panitia bidang kelompok tapi abang usahain biar Putra yang pegang kelompok kamu."

"Emang kak Putra panitia bidang kelompok?"

"Iya sayang." seru kak Putra dari arah belakang.

"Dih, genit."

"Gak, ini gue lagi VN sama pacar." Aku bergidik ngeri, entah pacar yang ke berapa yang kak Putra beri VN.

"Gue nyesel punya kakak macem lu." kali ini Vino menyambung.

"Gue juga nyesel punya adek jenis mulut mercon macem lu."

"Berisiik woy." Alex menyaut kesal, wajahnya terlihat lelah dan sedari tadi hanya bersandar dibahuku. Aku menyuruhnya tidur dipahaku dan dengan senang hati Alex menurut.

"Putra, bikin Vino dan Lena jadi anggota kelompok lu. Jangan ambil Alex."

"Kok Alex gak bang?" bukan Alex yang bertanya tapi aku, orangnya sendiri sudah nyeyak tertidur.

"Siswa lain bakal merasa kalian dibedakan kalau kalian bertiga sampai sekelompok, Vino masih lebih waras daripada Alex jadi dia lebih bisa dipercaya. Alex juga gak boleh dikelompoknya Putra, kamu pasti tau gimana kalau Alex sampai ketemu lama dengan Putra." aku terkekeh dengan jawaban bang Arsen. Sedangkan dibelakang kak Putra mendengus kesal dengan Vino yang menertawakannya.

Tidak terasa setengah jam berlalu dan mobil sudah memasuki area SMA Tribakti. Pak Armin memberhentikan mobil didepan lobby utama. Aku menunduk lalu mencoba membangunkan Alex dengan menepuk-nepuk pipinya.

"Bangun, udah nyampe." ucapku. Alex duduk sebentar lalu berjalan keluar mobil sambil menenteng tasnya disalah satu bahu. Setelah kami semua keluar, pak Armin pun pamit pulang.

Jangan ditanya seberapa ramai lobby sekarang. 5 Hartadja bersaudara berjalan didepan mata mereka. Penampilan bang Arsen dan kak Putra yang mencerminkan senior tampan. Lalu aku, Alex, dan Vino yang terlihat berbeda sendiri meskipun memakai pakaian MPLS. Mungkin ini yang disebut kharisma.

Dengan santai kami berlima berjalan masuk, pas sekali dengan bell yang berbunyi tanda kalau seluruh murid dan calon murid harus berbaris dilapangan.

Barisan mulai terbagi antara peserta MPLS dan kakak-kakak senior. Aku berdiri dibagian belakang bersama Alex dan Vino. Vino yang santai namun mendempet dipinggirku, aku tau dia berusaha membatasiku dengan laki-laki disampingnya yang jelas menunjukkan ketertarikan kepadaku. Sedangkan disisi yang lain ada Alex yang masih setia menyender dibahuku tanpa menyadari tatapan penuh minat dari macan-macan betina disekelilingnya.

Diam-diam aku mendesah lirih saat sayup-sayup mendengar bisikan disekelilingku. Mereka ini niat berbisik atau memang sengaja ingin membuatku mendengar?

"Alex gans banget njir, liat langsung lebih bening dari pada di ig."

"Vino pake kacamata gitu gantengnya nambah."

"Itu yang disenderin Alex, Alena bukan sih?"

"Paling anak pungut, mukanya aja beda banget sama Alex. Kembar dari mana coba."

"Sok cantik banget, paling dempul."

"Diem njir, suara lu keras banget."

"Beruntung banget Alena. Udah kaya, cantik, abangnya ganteng-ganteng lagi."

Ya itulah bisik-bisikkan mereka yang sama sekali tidak niat. Sudah terlalu biasa aku mendengar kata-kata seperti itu. Bahkan pernah ada siswi di SMP ku dulu yang sampai mengikutiku seperti stalker karena ingin dekat denganku dan saudara-saudarku. Niatnya gak salah sih, tapi caranya udah kayak psycho.

"Alexander Hartadja." ucap kakak senior dari arah belakang. Aku berbalik begitu pun Vino dan Alex. Kami bertiga menatap penuh tanda tanya kepada kakak senior dihadapan kami. Sepertinya kakak ini cukup famous melihat ada sebagian siswi disekitarku yang menjerit kecil. Padahal masih tampan muka bantal Alex menurutku.

"Ya?" jawab Alex dengan malas.

"Lu masuk kelompok gue." sambungnya, aku mengernyitkan dahi. Bukannya pembagian kelompok belum dimulai, bahkan ketua panitia masih berbicara diatas panggung.

"Bukannya belum mulai?" untungnya Vino mewakili pertanyaanku.

"Buat gue udah mulai. lu ikut gue sekarang." setelah menunjuk Alex, senior itu berlalu pergi entah kemana. Dengan malas Alex mengikutinya setelah menarik ujung rambutku. Dasar Tuman.

"Lu pindah depan gue sekarang." ucap Vino sesaat setelah Alex pergi.

"Kenapa?"

"Udah nurut aja." aku manut dan berpindah berdiri didepannya. Sesaat aku menoleh ke sisi sebelah Vino dan mendapati siswa yang memandangku mesum seperti yang sudah-sudah. Aku sedikit bergidik ngeri, apa benar tidak ada tempat aman untukku ditempat ramai seperti ini?

"Makasih Vin." lirihku.

"Yup." balasnya.

Posisiku tepat dibawah dagunya dan tangannya pun bertengger dikedua bahuku. Aku heran, Vino memang yang paling cebol diantara kami berlima. Tapi masalah tinggi malah aku yang paling cebol.