Alena's POV
Pembagian kelompok sudah selesai. Seperti ucapan bang Arsen dimobil tadi pagi. Kak Putra jadi ketua kelompokku dengan aku dan Vino menjadi salah satu anggotanya. Total anggota kelompokku ada 6, tiga laki-laki dan sisanya perempuan termasuk aku dan Vino tentunya.
Kegiatan pertama kami setelah perkenalan, adalah pemberian materi. Tempat kegiatannya pun terserah ketua kelompok itu masing-masing. Kelompok lain sudah mengambil perpustakaan, taman, cafetaria, lapangan indoor, dan aula.
"Kita pemberian materinya dimana nih kak?" tanya salah satu siswi anggota kelompokku. Kak Putra nampak berfikir.
"Dihati kamu aja gimana?" dasar, gombalan jayusnya mulai keluar.
"Serius Kak." tegurku pelan.
"Yaudah di Rooftop aja, kayaknya belum ada kelompok yang ambil tempat disana. Di rooftop juga ada beberapa Gazebo, jadi cocok lah buat kegiatan pemberian materi ini." ucap Kak Putra. Kami semua mengangguk, pilihan Kak Putra tidak buruk apalagi katanya ada Gazebo disana.
"Na, bawa bolpoin gak?" Vino berucap setelah sedari tadi diam disampingku. Kami semua tengah berjalan menuju rooftop sekolah.
"Bawa, kenapa? Mau minjem?"
"Iya, punya gue hilang."
"Bukan hilang, emang dari rumah gak lu bawa."
"Iya ratu." aku terkekeh pelan lalu merogoh kantong disamping ranselku dan memberinya salah satu bolpoin ku.
Perjalanan kami ke rooftop cukup jauh, mengingat luasnya area SMA Tribakti. Setelah menaiki tangga, terdapat pintu yang terhubung langsung dengan rooftop. Saat kami semua sampai diarea itu, aku berdecak kagum.
Bagaimana tidak, beberapa gazebo tersusun rapi diarea kanan rooftop. Ada juga taman bunga kecil dibagian tengahnya. Apalagi dibagian sudut kiri ada mesin penjual minuman otomatis seperti yang ada didalam anime jepang saja.
"Ini beneran rooftop? Sekolah elit emang beda."
Aku mengangguk membenarkan ucapan salah satu anggota kelompokku itu, rooftop ini terlalu bagus untuk standar SMA-SMA biasa.
Yang tidak aku sadari adalah, ada kelompok lain yang sudah mengambil tempat disalah satu gazebo. Setelah ku perhatikan ada Alex disana, sedang bersandar disalah satu tiang gazebo lengkap dengan wajah lelahnya.
"Udah ada kelompok yang duluan tuh." ucap salah satu anggota kelompokku.
"Gak masalah, gazebonya masih banyak." balas kak Putra, akhirnya kami mengambil tempat digazebo samping kelompok Alex.
Kak Putra mulai memberikan materi seperti sejarah SMA Tribakti, macam-macam kegiatan extra, aturan, dan macam-macam evant.
Saat Vino dan anggota kelompokku yang lain tengah fokus mendengarkan cerita kak Putra, aku malah beralih fokus ke kelompok Alex. Ketua kelompok mereka yang sempat bertemu denganku dibarisan tadi sama sekali tidak kelihatan, bahkan Alex bisa leluasa tertidur sambil duduk didalam gazebo. Senior laki-laki itu sama sekali tidak bertanggung jawab, bagaimana bisa laki-laki malas itu menjadi panitia MPLS.
Aku merasa kantung kemihku full dan minta dikeluarkan, karena itu aku mengangkat tangan dan meminta izin kak Putra untuk ke toilet.
"Gue temenin." ucap Vino, aku mendelik karena ucapannya didengar anggota kelompok yang lain.
"Gak usah, gue bukan anak kecil yang perlu ditemenin Vin."
"Emang lu tau toiletnya dimana?"
"Tau kok."
Setelah itu aku bangkit dan berjalan menuruni tangga, disetiap lantai sekolah ini pasti punya toilet. Dan sekarang aku berada di lantai 4, ada beberapa siswa siswi yang berkeliaran dikoridor. Rata-rata anak kelas 12 dan semua melihatku.
"Alena!" aku menoleh ke belakang dan mengernyitkan dahi. Sial, kenapa dari sekian banyak orang aku harus ketemu dia.
"Akhirnya bisa ketemu, please aku minta kita balikan." tanpa sadar aku bergidik ngeri, dia Aldo mantan pacarku sebelum dipaksa putus oleh Alex. Saat itu aku kelas 2 SMP dan Aldo kelas 1 SMA. Dia mengajakku pacaran dan aku hanya mengangguk malas karena saat itu dengan tidak tau malunya memaksaku menjadi pacarnya di gerbang sekolah. Sebab terlalu malas meladeninya, dengan terpaksa ku iyakan dan dianggapnya serius. Alex bahkan turun tangan untuk memberinya bogem karena keras kepala tidak ingin ku putuskan.
"Lu tau Do, kita gak beneran pacaran. Gak usah ganggu gue lagi please."
"Kita mulai dari awal lagi, kali ini gue serius ngajak lu pacaran."
"Gak, gue gak mau. Jangan maksa."
"Please kasih gue kesempatan."
"Sorry Do."
Buru-buru aku lari dari hadapannya dan bisa ditebak kalau Aldo masih berusaha mengikutiku, untung saja dibagian ujung koridor ada pembelokkan yang mengarah ke toilet. Tanpa melihat tanda dipintu toilet, aku buru-buru masuk dan menutup rapat pintunya dari dalam.
Duk Duk Duk
"Alena, gue tau lu didalam. Please kasih gue kesempatan jadi pacar lu."
"Gila nih orang." batinku.
"Lu Alena kan?" suara dari belakang membuatku terkejut, dia senior ketua kelompok Alex. Si senior pemalas.
"Please tolongin gue." ucapku.
Dan entah dari pikiran setan mana yang membuatku berani menarik tangan senior itu ke sudut toilet, menarik lehernya agar mukaku tidak terlihat dan mencium tepat dibibirnya. Bertepatan saat itu juga, pintu toilet terbuka dan Aldo masuk.
"Aah Sorry." mungkin karena canggung melihat adegan didepannya dia pun keluar dan menutup kembali pintu.
Aku melepas ciumanku beserta lingkaran tanganku lalu mendorong pelan dada senior itu.
"So-sorry, gue terpaksa supaya berandalan itu gak ganggu gue lagi." ucapku, jujur takut karena sudah berani mencium orang lain. Apalagi senior didepanku ini hanya terdiam setelah kejadian barusan.
"Lu ma-marah?"
"Gak. gue sama sekali gak marah."
Dan ya, setelah melihat smirk yang terpatri diwajahnya aku mulai berfikir mungkin kehidupan SMA ku tidak akan membosankan seperti yang ku kira.