Arissa membuka matanya pelan-pelan. Rasa pening yang hebat menyengat kepalanya seketika itu juga, tapi dipaksanya tubuhnya untuk bangun. Pandangannya buram dan tubuhnya limbung saat tangannya memegang belakang kepalanya serta memijitnya sebentar untuk menghilangkan rasa sakitnya. Ia juga lalu meraba tubuhnya. Syukurlah, pakaiannya masih lengkap.
Di mana ini?
Pelan-pelan pandangannya semakin jelas dan ia mulai bisa mengamati keadaan sekelilingnya. Ia jelas-jelas sudah bukan berada di kantor Fashion Blast lagi tapi di sebuah kamar hotel yang sangat mewah. Kamar ini luas sekali. Mungkin berukuran sekitar 80 meter persegi. Ada Jacuzzi dan 1 set sofa juga di dalamnya. Kasur yang ditidurinya juga berukuran besar sekali. Mungkin king size.
Kepala Arissa masih terasa berputar-putar tapi tidak terlalu parah seperti sebelumnya. Seluruh badannya juga terasa pegal. Seperti habis digebuki orang sekampung. Arissa bangkit berdiri dan melihat bahwa ada beberapa peralatan aneh yang ditaruh di dalam kamar itu juga. Sebuah salib kayu berbentuk huruf X dengan kuncian untuk mengikat tangan dan kaki. Ada juga beberapa cambuk dengan berbagai material dari kulit sampai bulu angsa. Lalu, beberapa topeng setengah muka berwarna hitam dan silver. Tidak lupa, ada 1 set pakaian lingerie dengan desain yang sangat provokatif di sampingnya. Astaga!
Arissa menutup mulutnya. Sebuah firasat buruk melintas di otaknya.
Dia di hotel. Sendirian.
Lalu semua peralatan ini…..
Lalu baju lingerie ini…
Astaga!! Tidak!! Ia harus keluar secepatnya sekarang!!
Arissa cepat-cepat mencari telepon untuk memanggil resepsionis tapi begitu tangannya berhasil memegang gagang telepon, tiba-tiba pintu kamar langsung terbuka lebar!
Mata Arissa melotot ngeri!
.....................
Empat orang pria berusia setengah baya memasuki ruangan sambil bersiul –siul riang sementara lemak-lemak di tubuh mereka ikut bergoyang setiap kali mereka berjalan. Dengan cepat, begitu orang terakhir memasuki ruangan kamar, ia langsung menutup pintu dan menguncinya. Tak lupa, ia juga menggantungkan tanda "DO NOT DISTRUB" di gagang pintu luar.
Melihat Arissa yang berada di dalam dengan wajah ngeri, keempat orang tersebut langsung tersenyum senang. Sinar mata mereka berkilat penuh nafsu saat melihat kecantikan gadis yang ada di hadapan mereka. Sementara tubuh Arissa mulai menggigil ketakutan.
"Jean benar-benar pintar kali ini, Jim. Gadis ini memang sangat cantik…"
Pria yang disebut Jimmy tadi tak kalah bernafsunya saat melihat Arissa. Ia juga salah satu "player" yang doyan untuk mencicipi tubuh wanita dan menurut pengamatan visualnya dari hasil pengalamannya, lekuk tubuh Arissa sangatkan menggiurkan. Payudaranya tidak terlalu besar tapi rasanya pas untuk digenggam dan dimainkan dengan kedua tangannya, belum lagi bentuk pantatnya yang bulat dan tercetak jelas dari celana jeans biru yng dikenakannya sekarang. Duh, Jimmy merasa kalau "junior"nya sudah menegang sekarang.
Sementara dua pria lagi malah sudah sibuk melucuti baju mereka masing-masing dan hanya tinggal mengenakan celana dalam saja yang tersisa. Bentuk tubuh mereka yang besar dengan perut seperti wanita hamil benar-benar menjijikkan di mata Arissa. Tapi mereka semua tak peduli akan hal itu.
Yang terpenting adalah hari ini mereka bisa bersenang-senang dengannya.
"Ma… mau apa kalian?" tanyanya ngeri. Tubuhnya terasa kaku karena rasa takut.
"Ayo, sayangku…sini mendekat sama Papa Eko…" kata satu pria lagi sambil berjalan mendekati Arissa yang masih terdiam kaku dan memegang gagang telepon. Tapi sebelum pria tersebut bisa menangkap tubuhnya, Arissa berhasil berkelit dan menghindar dari tangkapan bandot tua tersebut.
Gerak refleksnya sangat cepat dan tubuhnya sudah berada di sisi ruangan sebelah kiri. Matanya menunjukkan kewaspadaan tingkat tinggi tapi seluruh tubuhnya sudah bersiaga penuh. Ruangan ini cukup luas dan Arissa tidak akan segan-segan untuk bermain "kucing mengejar tikus" untuk menghabiskan stamina mereka dan membiarkan tangan kotor mereka menyentuh tubuhnya.
"Wohooooo….. nona kecil mau bermain dengan paman yaa…."
Wajah keempat pria itu tersenyum cabul sambil menjilat bibir mereka sendiri. Hmm… membayangkan gadis secantik ini dan menindih tubuh semolek ini di bawah tubuh mereka sendiri. Serta suara erangan dan desahan yang keluar saat kejantanan mereka memompa liang kewanitaan gadis ini….. rasanyaa….
Tubuh Arissa masih bersiaga penuh tapi melihat keempat pria tersebut mulai berpencar untuk menangkap tubuhnya, otaknya langsung berpikir keras.
Pikir! Arissa! Tenang! Kau tidak boleh panik!
Bagaimana? Bagaimana ini?
Tetap saja ketakutan merayapi hatinya pelan-pelan.
Ingatannya mulai kembali ke masa 16 tahun silam dimana ia diperkosa berulang kali oleh bajingan tua tersebut. Arissa tidak akan pernah melupakan saat-saat tersebut. Rasa perih dan sakit yang dialaminya. Lalu, pandangan dan tawa cabul dari pria tersebut ke arah dirinya yang sama sekali tak berdaya.
Kini, mata dan tawa yang sama kembali berulang padanya. Bukan hanya satu. Tapi empat!
Ia harus kabur dari sini! SEKARANG!
Seorang pria tiba-tiba sudah berada di dekatnya dan bermaksud untuk memeluk tubuhnya ketika Arissa langsung jongkok ke bawah lalu cepat-cepat lari ke depan sambil menundukkan kepalanya.
Matanya hanya tertuju pada satu arah! PINTU KELUAR!
Tapi mendadak salah satu dari keempat pria itu sudah berada di depan dan memblokir jalannya. Langkah Arissa terhenti dan ia berjalan mundur ke belakang ketika tiba-tiba sebuah tangan memeluk pinggangnya dari belakang.
"Kenaaaaaa…hahahahaha!!!!"
Salah satu dari keempat pria itu berhasil menangkapnya dan perlahan menyeretnya kea rah kasur. Tubuh Arissa meronta-ronta dan berteriak histeris supaya pria tersebut melepaskan dirinya. Percuma. Sia-sia saja.
"Heh! Bantuin! Tenaganya kuat banget nih…" kata pria yang tengah memeluk pinggang Arissa yang tengah berjuang untuk melepaskan dirinya sekuat tenaga. Tenaganya mulai habis dan nafasnya ngos-ngosan.
Ketiga pria lainnya langsung membantu teman mereka. Yang satu memegang tangan kiri Arissa, yang satu lagi menahan tangan kanannya sementara pria ketiga mengangkat kedua kaki Arissa yang tengah menendang-nendang dengan kekuatan penuh.
"Wah..wah…barang bagus ini… tenaganya wow!! Aku harus kasih bonus besar buat Jean nih…"
Jean adalah nama mucikari sekaligus makeup artist Sandra yang bertugas untuk mencarikan "mainan" untuk para pria cabul ini dan mereka sudah seringkali memakai jasanya.
"Lepas!!! BAJINGAN!!! LEPASKAN AKU!!!"
Tenaga pria yang memeluk pinggangnya habis. Pegangannya atas pinggang Arissa mengendur. Seketika itu juga, Arissa langsung melayangkan tinjunya kea rah salah satu pria di sebelah kirinya.
DUAKKK!!!!
Sudut bibir pria itu berdarah.
Sekali lagi, Arissa hendak berlari ke arah pintu, tapi kemudian seseorang menjambak rambutnya keras-keras.
"ARRGHHHHHHH!!!"
Arissa berteriak nyeri sembari mundur ke belakang karena tarikan tersebut.
Begitu jambakan rambutnya dilepas, sebuah bogem mentah tiba-tiba dilayangkan ke wajahnya.
DUAKKKKK!!!!
Tubuh jangkung Arissa langsung terpental beberapa meter karena pukulan tersebut. Rasa nyeri yang hebat langsung menyengat wajahnya. Belum selesai sampai di sana, seseorang langsung menendang perutnya sekuat tenaga.
DUAKKKK!!!
Rasa sakit menyambar tubuhnya sekali lagi. Kali ini, Arissa bahkan tidak bisa bernafas. Seluruh udara serasa disedot keluar dari paru-parunya.
"Akhhhh….akhh…"
Arissa menyeringai nyeri tanpa suara. Ia merasa begitu lumpuh dan tak berdaya sembari memegangi perutnya. Wajahnya masih terasa berdenyut-denyut karena efek pukulan tadi.
"PELACUR!!!!! JALANG!!!! BERANI-BERANINYA KAU MEMUKUL WAJAHKU …HEH!!!"
Rupanya yang menampar dan menendangnya adalah pria yang tadi ditinju oleh Arissa. Matanya memerah karena marah dan ia bersiap untuk melayangkan tendangan berikutnya ketika semua teman-temannya langsung menahan tubuhnya.
"Eittttsss…Bob, ntar mainan kita rusak… jangan donk! Junior gue ntar kasian. Udah tegang nih…"kata salah satu pria yang disebut Eko tersebut sambil menunjuk kea rah kejantanannya yang sudah menegang dari tadi.
Pria yang disebut Bob itu lalu mundur selangkah dengan wajah kesal sementara teman-temannya menyeret paksa Arissa yang sudah lemas ke arah kasur.
Inikah akhirnya?
Kedua mata Arissa memerah dan air matanya mulai mengalir deras sementara tubuhnya direntangkan di atas kasur. Para bandot tua itu mulai melucuti pakaiannya satu persatu. Tubuh mulusnya mulai terekspos. Kulitnya yang bersih seputih giok mulai diraba dan digerayangi pelan oleh tangan-tangan bejat tersebut.
"Ckckckckc…. Bener-bener nih…. Mulusssssss..... cantikkkkk…"
Tubuh Arissa hanya tinggal mengenakan bra dan celana dalam saja.
"Wangiiiii banget tubuhnya...."
Seorang pria mengendus-ngendus tubuh Arissa dan menciuminya dengan penuh nafsu. Sesekali ia juga menjilati leher dan kuping Arissa. Sementara yang lain menahan kedua tangan dan kakinya.
Ughhh….Arissa merasa jijik. Ia muak. Tapi ia bisa apa?
Lalu, dengan satu tarikan keras, branya dirobek paksa sehingga menampilkan pemandangan kedua gunung kembarnya yang terekspos sempurna tanpa benang sehelai pun.
Mata keempat pria tersebut semakin birahi saat melihat pemandangan tersebut. Tubuh Arissa sangat mulus dan sintal. Lekuk tubuhnya sempurna dengan perut rata dan kedua payudaranya yang tersembul dengan ukuran yang pas. Tidak terlalu besar atau kecil. Sementara wajah simetrisnya sangat cantik dengan rambut berwarna coklat madu.
Arissa menutup matanya. Habis sudah… pikirnya.
Bayangan orang-orang yang dicintainya melintas di depan matanya. Suster Hua, Kak Jose, Jacob, Anne, Jojo, Vika, anak-anak panti….
Lalu terakhir, Cristan…
"Maafkan aku, Bu… aku tidak bisa memenuhi janji sama ibu… maaf…."
"Cristan….. tolong…."
Bibir Arissa berkomat kamit lirih tanpa suara ketika salah satu pria tersebut segera melepas celana dalamnya dengan penuh nafsu. Tatapan cabulnya tak bisa lepas dari tubuh Arissa yang sudah hampir telanjang. Kejantanannya sudah tegak menjulang.
"Gua duluan!!!!"
Lalu, tepat seketika itu juga …