Studio B, Fashion Blast
Arissa sedang mengamati hasil foto-fotonya di dalam kamera ketika seseorang menepuk punggungnya dari belakang. Otomatis, kepala Arissa langsung menoleh dan ia melihat Sandra sedang tersenyum manis sekali ke arahnya.
"Oh, Sandra ya? Kenapa?" tanya Arissa ramah.
"Ngga apa-apa, Kak. Cuma aku lagi disuru bantuin temen untuk jadi model baju-bajunya dia hari ini. Kebetulan dia kuliah jurusan fashion dan kemungkinan dia mau buka line clothing sendiri bulan depannya. Aku udah bawa sebagian baju-baju yang harus dibantu foto sekarang. Kalau hari ini kakak sibuk ga?" kata Sandra sambil menjelaskan dengan nada suara semanis mungkin.
"Oh, jadi maksudmu, aku bantu memfoto kamu dengan baju-baju sample itu kan?" tanya Arissa untuk mengkonfirmasi berita yang baru saja didengarnya.
"Iya, betul sekali, Kak. Kalau kakak sendiri hari ini ada waktu ga? Paling sebentar saja sih. Kebetulan yang aku bawa cuma sekitar 10 baju aja.." terang Sandra sambil menunjukkan paper bag berukuran besar yang digenggam oleh sebelah tangannya.
Arissa tampak berpikir sebentar dan melihat ke arah jam tangannya. Pukul 11.20. Sebentar lagi Cristan akan datang untuk mengajaknya makan siang bersama. Hmm…
"Bisa ya, Kak? Pleaseee… cuma sebentar aja koq…" pinta Sandra dengan mata puppy eyes yang sangat memelas.
Arissa mengangguk singkat dan langsung menenteng kameranya. "Ok, kamu mau difoto di mana?"
Senyum di wajah Sandra langsung merekah. Lebar sekali.
...............................
Vika baru saja sampai di kantor ketika tiba-tiba perutnya bergemuruh mendadak karena lapar. Ya, ia cukup sibuk pagi itu sehingga lupa sarapan dan sekarangnya perutnya protes untuk minta diisi makanan. Wajah Vika cemberut tapi tetap saja ia harus makan toh?
Ehmm… tapi makan siang sendirian kan tidak enak ya?
Kening Vika lalu berkerut. Tanda kalau ia sedang berpikir keras tentang sesuatu. Hmm… Jojo harus menunggui dan styling beberapa model junior hari ini. Cristan sedang berada di Universitas Rotteo untuk mengurus administrasi kuliahnya. Pilihan terakhirnya tinggal…. Arissa! Yah, ia ingat! Harusnya hari ini Arissa sudah menyelesaikan sesi pemotretannya jadi ia bisa menemani Vika makan.
Dengan bersenandung riang, Vika lalu berjalan menuju kea rah Studio B sambil memutari taman belakang kantor. Tapi kemudian langkahnya mendadak terhenti ketika ia melihat kea rah sepasang sosok yang sangat familiar dengannya tengah melakukan sebuah sesi pemotretan. Vika lalu bersembunyi di balik dinding sambil matanya terus mengawasi kedua gadis tersebut dengan tatapan ingin tahu.
Sandra sedang berpose dengan cantiknya di hadapan Arissa yang sibuk mengambil foto-fotonya dari berbagai angle yang berbeda. Sebagai seorang model, setiap pose yang Sandra tampilkan sangat pas dan enak dilihat mata. Setelah mencoba kurang lebih 7 pakaian dengan berbagai variasi model, Arissa memberi tanda untuk berhenti dulu pada Sandra dan ia lalu mengecek setiap hasil fotonya di dalam kameranya dengan hati-hati.
Saat itulah, Sandra memberi tanda pada 3 orang pria bertubuh tegap berbaju hitam yang sudah menunggu kehadiran mereka berdua dari tadi. Ketiga pria itu lalu berjalan mengendap-ngendap tanpa suara di belakang Arissa yang masih sibuk dengan kameranya. Salah satu dari mereka membawa karung kecil sementra yang satu lagi membawa sebuah lap bersih dengan botol kaca yang sudah kosong. Dengan secepat kilat, mereka langsung menyergap Arissa dari belakang dan menyumpal mulut serta hidungnya dengan lap bersih yang sudah mereka siapkan dari tadi.
Mendapat sergapan mendadak, Arissa mencoba berontak dengan sekuat tenaganya. Sayang, tenaganya kalah kuat. Setelah kurang lebih 10 menit, Arissa meronta-ronta tanpa hasil, efek obat kloforom tersebut lalu mulai menunjukkan hasilnya. Tenaganya mulai pelan-pelan berkurang dan sedikit demi sedikit mata Arissa mulai tertutup. Tubuhnya terasa lemas sekali sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah saat tubuhnya dibawa paksa oleh ketiga pria tersebut.
Melihat rencananya sudah setengah berhasil, Sandra menyunggingkan senyum iblisnya.
"Byeee, Kak Arissa. Selamat bersenang-senang….hihihihi…"
Tanpa rasa bersalah, Sandra membereskan semua baju-baju yang tadi dipakainya dan langsung masuk ke dalam gedung kantor.
.....................….
Mata Vika melotot lebar saat melihat semua kejadian tersebut di depan matanya. Kengerian menguasai hatinya sementara tubuhnya gemetaran kerena rasa takut. Ia jelas-jelas bingung harus bagaimana. Tidak mungkin ia bisa melawan tiga pria bertubuh tegap tadi sendirian dan ia juga tidak tahu kemana mereka akan membawa Arissa!
"Astaga!! Bagaimana iniiii??" ucapnya paniK pada diri sendiri.
Lalu, mendadak ia terpikir sesuatu.
Entah mendadak ada kekuatan dari mana, Vika langsung memaksa dirinya berlari kea rah para pria tadi yang menculik paksa Arissa!
............................
Vika melihat sekelebat kalau tubuh Arissa dimasukkan ke dalam sebuah mobil van hitam dan seketika itu juga, tubuh besarnya langsung menghadang sebuah mobil taxi yang sedang meluncur di jalan raya dengan kecepatan cukup tinggi ke arahnya.
Melihat ada seorang wanita gendut yang tiba-tiba berdiri di tengah jalan, supir taksi tersebut langsung mengerem mendadak. Sementara penumpang taksi tersebut yang sedang menelepon, langsung terlompat ke depan karena aksi kejutan sopir taksi tersebut.
CKITTTTTTTTTT!!!!
Melihat kalau mobil taksi tersebut sudah berhenti di hadapannya, Vika langsung berlari dan mengusir paksa penumpang yang sudah ada di dalam mobil terlebih dahulu. Tanpa sungkan, ia langsung masuk menggantikan penumpang sebelumnya dan dengan suaranya yang cempreng, Vika langsung memberikan perintah.
"MOBIL VAN HITAM DEPAN, PAK! NOMOR POLISI XV 67…. NO! IKUTI CEPAT! JANGAN SAMPAI KETINGGALAN!! INI MASALAH HIDUP DAN MATI!!"
Sopir taksi yang tadinya mau protes, begitu melihat sikap Vika yang sangat terburu-buru dengan nafas tersengal-sengal, mau tidak mau terbawa suasana juga dan langsung mengebut untuk mengejar mobil van hitam tersebut.
Di tengah jalan raya yang cukup padat, adegan kejar-kejaran 2 buah mobil tersebut terlihat sangat menegangkan. Persis di film Fast & Furious. Mobil van hitam tahu kalau mereka sedang diikuti dan terus mempercepat laju kendaraannya melewati mobil-mobil lain dengan kecepatan tinggi. Sementara si supir taksi juga tak mau kalah. Ia terus mengejar mobil van hitam itu dengan kecepatan yang hampir sama. Ditekannya pedal gas sampai maksimal dan diikutinya mobil tersebut dengan tukikan-tukikan tajam untuk menyalip mobil-mobil lain yang ada di jalan raya. Dan, sampai sejauh ini, hebatnya, mobil taxi tersebut sama sekali tidak kehilangan jejak mobil van hitam itu. Malah jarak diantara kedua mobil tersebut semakin menyempit.
Hanya Vika saja yang merasa sengsara karena tubuh besarnya terbanting-banting dengan dahsyat di dalam mobil taxi. Belum lagi ketika taxi harus ikut menukik tajam beberapa kali dengan kecepatan tinggi. Muka Vika sudah berubah warna. Dari merah, putih karena ngeri, sampai sekarang hijau karena merasa sangat pusing dan mual di perutnya.
Ia benar-benar ingin muntah sekarang!
Tapi ia harus tahan! Demi Arissa!
Vika menahan mulutnya sekuat tenaga dengan kedua tangannya sampai akhirnya tiba-tiba mobil tersebut berhenti mendadak di dekat sebuah hotel besar. Hotel Royale.
"Neng, mobil hitamnya masuk ke hotel situ…" kata supir taksi sambil memamerkan gigi ompongnya kepada Vika.
Vika hanya mengangguk-angguk sambil memberikan uang ongkos kepada supir tersebut.
"Makasih banyak, Neng. Maaf ya tadi ngebut soalnya takut mobilnya hilang. Jadi bapak injek aja pedal gasnya keras-keras. Neng ga apa-apa? Oia, bapak juga dulu cita-citanya jadi pembalap. Tau aja nih, Neng. Bapak senang banget loh, Neng. Tadi beneran seru. Kayak di filem-filem gitu…"
Supir taksi tersebut terus berceloteh sambil menerima uang dari tangan Vika tapi Vika sudah menghilang entah ke mana.
..............................….
Di dalam area parkir luar hotel, Vika sedang muntah-muntah dengan hebatnya. Semua isi perutnya keluar tanpa tertahan lagi.
"Huekkkkkk…huekkk…dasar, supir sialan…..huekkkkk"
"Hue hadi mabok... huekkkk… haduhh…huekkk…"
Tangan Vika sibuk menekan sebuah nomor di sana dan masih tetap mengeluarkan muntahannya, Vika menunggu seseorang di ujung saja untuk mengangkat teleponnya.
"Huekkkkkkkk…"
..................................
Universitas Rotteo, Kota Sierra
Cristan sudah menyelesaikan urusan administrasinya dan sedang bersiap keluar kampus ketika telepon genggamnya berbunyi. Ada tulisan "Vika" di layarnya.
"Halo, Vik…" jawab Cristan bingung. Kenapa Vika meneleponnya tiba-tiba?
"Cristan…huekkkkkk… cepet…huekkkk… ke sini…huekkk.."
"Hotel Royale….huekkk…"
Mendengar suara Vika yang sedang muntah-muntah di ujung sana, kening Cristan berkerut.
"Kamu ga papa? Hamil, Vik? Sama siapa?"
"RISSA DICULIK, BEG********* !!!!" teriak Vika sewot atas tuduhan konyol Cristan.
"Hotel Royale, sekarang!! Gw tunggu elu!!!"
Vika menutup teleponnya dan nafasnya terengah-engah. Tubuhnya terasa lemas tapi ia juga merasa lebih baik.
...........................
Badan Cristan menegang.
Aura pembunuh langsung keluar dari tubuhnya. Matanya menyipit tajam.
Dengan satu gesekan tombol di telepon genggamnya, Cristan memberikan perintah.
"Mark, siagakan The Troops. Kita ke Hotel Royale sekarang…"
Menculik Arissa?
CARI MATI!