Pada suatu pagi hari yang cerah di kota bernama Alium dimulailah kisah Arneas dengan bangunan dari Ibunya yang terlihat sudah membuat sarapan
"Arneas, cepat bangun dan sarapan.", bangunan dari seorang Ibu yang terlihat sudah membuat sarapan
"Iyaa, aku sudah bangun *hoaam."
Arneas yang terlihat sedang mengantuk turun dari ranjang dan mulai kedapur kemudian ia segera duduk untuk sarapan,
"*hoaam, Mana sarapannya?"
ucap Arneas yang terlihat benar-benar mengantuk.
"Lihat dirimu, sarapannya ada di dapur sedangkan kamu duduk di sofa ruang keluarga, cepatlah bangun!"
ucap Ibu Arneas terhadap Arneas yang sedang mengantuk.
"Sebaiknya aku mencuci muka dulu."
Arneas segera berdiri dari sofa dan kedapur untuk mencuci muka dan ke kursi dapur untuk sarapan.
"Woah, kenapa sarapannya terlihat mewah begini, apa ada sesuatu?"
terlihat daging yang banyak dan Arneas yang terheran-heran.
"Kita mendapatkan makanan dari kerajaan." kata Ibu Arneas yang sedang mencuci piring.
"Mm, sebenarnya kenapa mereka, keluarga kerajaan selalu mengirimi kita makanan?",
tanya Arneas yang terlihat kebingungan.
"Kau tau kan nak, ayahmu, pemimpin pasukan Knight yang sedang bertugas dimedan perang harus gugur karena tugas dari Raja untuk memata-matai Organisasi kriminal, karena itu Raja Arichel merasa bersalah sebab ayahmu dan raja Arichel adalah sahabat dekat, sejak saat itu beliau selalu merawat kita."
Kata Ibu Arneas yang terlihat sedih, kemudian Ibu arneas duduk dimeja makan untuk sarapan bersama.
Arneas yang melihat wajah Ibunya yang sedih menjadikan dirinya ikut bersedih,
"Sudahlah, ayo kita segera makan sarapannya."
ucap Ibu Arneas yang kembali dari kesedihan,
"Arneas, apa yang ingin kamu lakukan nanti?"
tanya Ibu Arneas, Arneas yang sudah selesai sarapan segera berdiri dan mengatakan
"Latihan pedang, lagipula besok aku akan pergi sebagai Adventure.",
Ibunya kemudian sedikit tersenyum
"Berhati-hatilah jangan sampai terluka, jalan hidupmu masih panjang karena umurmu masih 15 tahun.",
Arneas tersenyum lebar
"Ya! Terimakasih."
Arneas segera pergi dari rumahnya dan segera menuju hutan didekat kotanya, selama perjalanan menuju hutan ia melewati kota yang sangat ramai seperti biasa kemudian ia melihat seorang Magician jalanan yang menunjukan atraksinya kepada anak-anak,
"Seorang magician jalanan, yaaah mereka sangat menyenangkan untuk ditonton."
Arneas berhenti sejenak di toko buah,
"Oh Arneas kau mau membeli apel lagi?"
kata penjual buah yang terlihat akrab dengan Arneas,
"Ya aku mau membeli 5 buah apel."
Arneas terlihat bersemangat saat melihat apel yang ingin dia beli masuk kekantong buah.
"Ini 5 apel, makanlah selagi segar!",
Arneas segera mengambil kantong buah tersebut dan meraih uang dari kantongnya,
"Terimakasih, ini 5 silver."
Arneas segera berlari setelah ia menyerahkan uangnya.
Saat Arneas sampai dihutan dia bergumam,
"Sudah lama sekali aku tidak latihan sejak ayah meninggalkan keluarga.",
dia mencari pohon yang ditandainya untuk menyembunyikan pedangnya
"Kurasa ada disekitar pohon ini."
Arneas pun menemukannya,
"Oh ini dia.",
pedang yang ia curi setelah mengalahkan Goblin dia ambil untuk latihannya walaupun pedangnya jelek dan gampang hancur dia tetap menyimpannya.
"Hmm latihan, latihan, aku menyukainya~."
Arneas bernyanyi dengan lagu yang ia buat secara asal-asalan, saat Arneas sudah merasa jauh dari kotanya dia melihat beberapa slime,
"Serius, hanya Slime?"
Arneas melihat kanan kiri, dia merasakan bahwa ada monster selain slime disekitarnya, secara tidak sadar goblin menabraknya hingga jatuh dan lari secepat mungkin,
"Aww, goblin yang jahat sekali, beraninya dia menabrakku!",
Arneas segera berdiri dan sadar ada yang hilang,
"Ah, etto, sepertinya ada yang hilang."
kemudian dia sadar apel untuk cemilannya hilang,
"Wahh, sialan apelku pasti dicuri oleh goblin itu!"
Arneas segera mengejar goblin itu dengan sekuat tenaganya
"Heyy goblin tampan, kembalikan apelku! Sialan, apel itu untuk kumakan nanti sebagai cemilan."
sambil berlari, Arneas merasa jika dia lari seperti biasa dia tidak akan bisa mengejar goblin itu, dia memutuskan menggunakan skill Sprint nya untuk berlari lebih cepat,
"Sprint! dengan ini aku bisa mengejarmu makhluk hijau!",
Arneas segera menghunuskan pedang ke dada goblin itu,
"Gwakh!"
teriakan goblin yang merasa kesakitan.
Arneas merasakan bahwa dia dipancing untuk mengejar satu goblin ini ke sarangnya,
"Wah wah, seingatku goblin adalah makhluk bodoh tetapi kenapa mereka bisa membuat rencana seperti ini. Sepertinya terdapat sekitar 15 goblin disini, mari selesaikan dengan cepat."
Para goblin dengan cepat langsung mengeroyok Arneas, kemudian Arneas bersiap-siap mengeluarkan skillnya,
"Whirlwind.",
Arneas mengeluarkan satu skillnya yang berputar menggunakan pedangnya dengan cepat, sekejap para goblin yang ingin mengeroyokinya mati.
"Huff, pedang goblin ini sangat pendek, aku tidak nyaman untuk menggunakannya, aku jadi ingin mempunyai pedang sendiri."
Arneas membuang pedang goblin dan segera pergi dari sarang goblin tersebut,
"Sial, gara-gara goblin itu hari menjadi sore, sebaiknya aku segera pulang agar tidak mengkhawatirkan Ibu. Tapi..",
Arneas menengok tempat sekitarnya tanpa henti.
"Aku ada dimana?",
Arneas terkejut bahwa dia tersesat,
"Aku tidak pernah masuk kehutan sedalam ini sih, hmm kurasa aku akan mencari jalan sambil memakan apelku.",
Arneas berjalan entah kemana sambil memakan apelnya dengan santai.
Tiba-tiba dia mendengar jejak kaki didekatnya, sorot mata Arneas menjadi serius, dengan cepat Arneas sembunyi dibalik semak-semak dengan maksud memberi serangan kejutan,
"Palingan itu hanya monster kecil sih.",
tapi tiba-tiba ia mendengar sesuatu seperti sebuah skill sihir,
"Fire blaze.",
semak-semak tempat sembunyi Arneas tiba-tiba terbakar dengan cepat Arneas meloncat dan berguling-guling,
"KAU MAU MEMBAKARKU YA? ASAL KAU TAHU SAJA DAGINGKU TIDAK ENAK!", teriakan Arneas yang terdengar marah.
"Aapa, kukira kau adalah goblin."
kata seorang gadis yang terlihat seumuran dengan Arneas dengan rambut pirang dan mata biru yang indah,
"Hah?! Goblin? Aku sudah membereskan mereka.",
ucap Arneas yang mengusap bajunya yang hampir terbakar gosong,
"Oh, jadi mayat-mayat goblin tadi adalah ulahmu.",
Arneas berdiri dan menanyai gadis tersebut,
"Siapa kau? Dan kenapa seorang gadis sepertimu berada di hutan belantara seperti ini?",
kemudian perempuan tersebut malah menanyai kembali pertanyaan yang Arneas tanyakan,
"Kau sendiri? Perkenalkan dirimu sebelum menanyai orang lain, bukankah itu adalah hal dasar.",
Arneas menyadari bahwa itu adalah hal dasar dan menjawab pertanyaan gadis itu,
"Aku Arneas, aku tinggal di kota Alium, dan aku sedang berlatih pedang karena dihutan ini adalah tempat yang bagus untuk berlatih.",
"Ooh, begitu?"
jawab perempuan itu dengan dinginnya.
"Lalu siapa kau?"
tanya Arneas kembali,
"Sebegitukah kau ingin mengetahui tentangku?",
Arneas yang terlihat pusing mengusap kepalanya,
"Huhh, bukankah tidak sopan jika kau mengabaikan orang yang sudah memperkenalkan namanya sedangkan kau belum, bukankah itu dasar bersosial.",
Perempuan tersebut kemudian terlihat akan memperkenalkan dirinya,
"Ya memang benar, namaku Renia, sama sepertimu aku suka berada di hutan untuk berlatih sihir, dan tidak kusangka aku tinggal dikota yang sama dengan bocah keras kepala sepertimu.",
Arneas terlihat tidak suka dikatakan bahwa dia bocah,
"Apa maksudmu bocah, kau sendiri saja masih bocah, aku sudah remaja!".
"Baiklah, baiklah, sepertinya sudah saatnya kembali, kau tidak ingin kembali?",
tanya gadis yang bernama Renia,
"Aku tersesat.",
jawab Arneas yang terlihat lemas,
"Hahh?! Tersesat? Kau berani sekali keluar kehutan tanpa mengetahui arah jalan pulang.",
Renia yang terlihat terkejut tentang fakta Arneas tersesat,
"Bagaimana lagi, itulah kenyataannya, aku sudah lama tidak berada dihutan untuk latihan, wajar saja jika aku tersesat.",
"Hmph, aku terlihat kasian dengan anak mama yang tersesat sepertimu, ikuti aku jika kau ingin pulang.",
"Silahkan mengejekku sesukamu",
kemudian mereka berdua mulai berjalan untuk pulang kekota, sampainya dikota hari sudah hampir malam.
"Walaupun sikapmu dingin dan arogan tapi terimakasih sudah membantuku.",
Arneas yang selalu diajarkan mengucapkan terima kasih oleh Ibunya jika dia dibantu seseorang mempraktekkannya terhadap Renia,
"Ya, sama-sama.",
Arneas segera pergi meninggalkan Renia dan pulang kerumah, sesampainya didepan rumah dia terheran ada kereta kuda didepan rumahnya
"Apa kita kedatangan tamu?",
Arneas yang baru saja membuka pintu rumah dan masuk kerumahnya dikejutkan oleh seorang paman yang berada di ruang keluarga, terlihat menggunakan baju serba megah.
"Anu, paman siapa?"
Pertanyaan Arneas dijawab Ibunya yang datang dari dapur membawakan makanan yang terlihat begitu lezat,
"Dia adalah raja Arichel, katanya dia datang ingin membicarakan sesuatu.",
"R-r-raja?"
Perkataan Arneas terbata-bata ketika melihat seorang yang paling penting didalam sebuah kerajaan sedang duduk disofa rumahnya.
"Baiklah makanannya sudah siap, ayo duduklah Arn."
Ibunya yang sudah mempersiapkan makan malam dimeja keluarga untuk makan bersama menyuruh Arneas untuk duduk.
"E-eh, k-kita makan b-bersama dengan r-r-raja?"
"Sudahlah cepat duduk."
Arneas dengan groginya duduk disamping Ibunya untuk makan malam
"Jadi kamu yang bernama Arneas, sifatmu sungguh mirip seperti ayahmu setelah pertama kali mengetahui aku adalah anak kerajaan waktu kecil, dia sangat panik dan grogi waktu itu."
Arneas tersadar bahwa Ibunya pernah bilang bahwa ayahnya dan Raja Arichel adalah sahabat dekat
"Masakanmu sungguh lezat Amy!"
"Terimakasih banyak atas pujiannya, raja Arichel"
"Berhentilah mengatakan sesuatu yang membuatku malu, padahal dulu kau dan suamimu biasa memanggilku Rich saat waktu kecil."
"(Bahkan dia mengenal Ibu, selain itu juga sebenarnya Ibu adalah teman paman ini?")
Suasana diruang menjadi canggung untuk Arneas sampai..
"Permisi, maaf ayah aku telat."
Seorang gadis yang dikenal Arneas sebab sifatnya yang dingin masuk keruang keluarga
"A-APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!"
"Oh, ini adalah rumahmu? Sangat tidak bisa dipercaya."
Wajah Renia terlihat terkejut bahwa rumah itu adalah rumah Arneas, tapi Renia tak mempedulikan hal itu
"Oh, kalian berdua sudah saling bertemu?"
"Silahkan duduk Renia, aku sudah dengar tentangmu dari Rich, duduklah dan ayo makan bersama."
"Terimakasih tante."
Arneas yang sangat bingung tentang suasana ini menanyai Ibunya dengan sangat pelan agar tidak didengar oleh dua orang lainnya.
"Ibu kenapa membiarkan anak ini masuk dan duduk untuk makan bersama?"
"Kamu tanya kenapa? Karena dia anak Rich, dia seumuran denganmu, omong-omong sejak kapan kamu mengenalnya?"
Renia yang terlihat menikmati makanannya dengan anggun layaknya seorang putri itu berbicara kepada Ibu Arneas tentang lezatnya makanan yang dibuatnya
"Makanannya sangat lezat tante, bahkan lebih lezat daripada makanan buatan koki kami."
"Benar kan? Ayahmu sudah bilang kalau masakan teman ayah Amy ini sangat lezat."
Dua orang yang sangat menikmati makanan buatan Amy ini sangat aneh dilihat oleh Arneas
"(Wah, orang-orang ini terlalu melebih-lebihkannya.)"
Suasana diruang keluarga pun menjadi hening setelah mereka semua selesai makan, kemudian Rich membicarakan tentang tujuannya kenapa dia disini
"Karena makanannya sudah habis aku akan menjelaskan tujuanku kemari, langsung inti pembicaraan saja Arneas umurmu 15 tahun kan?
"I-iya, benar."
"Kamu tahu kan apa yang bisa dilakukan jika umur seseorang sudah mencapai 15 tahun?"
"Mereka bisa berpetualang sebagai Adventure dengan keinginan mereka sendiri dengan umur yang paling minim 15 tahun."
"Itu berarti sebentar lagi kamu akan pergi untuk berpetualang kan?"
"Benar, rencanaku besok aku akan pergi tapi, darimana paman mengetahuinya?"
Arneas terlihat penasaran darimana paman Rich mengetahui semua itu
"Feeling saja, karena ayahmu dulu juga menjadi seorang Adventure diumurmu yang sama 15 tahun."
"Lalu, ada apa dengan hal itu?"
"Aku punya satu permintaan sebagai teman ayahmu, berpetualanglah bersama anakku Renia?"
Arneas dan Renia terkejut secara bersamaan tentang permintaan paman Rich hingga berteriak
"Apa?!"
"Apa?!"
Arneas dengan cepat menanggapi permintaan paman
"T-tunggu kalau itu paman sepertinya.. Tidak.."
"Itu benar ayah, kenapa aku harus berpetualang bersama Arneas ini?"
Dua anak yang sangat kompak ini menjawab permintaan Rich dengan nada menolak
"Dengarkan aku Renia, kau yang ingin berpetualang sendiri itu membuatku khawatir apalagi kau itu perempuan, lagipula Arneas ini juga ingin berpetualang, lebih baik bersama daripada sendiri. Dan.."
Perkataan Rich terpotong ragu untuk melanjutkannya
"Organisasi kriminal sudah mulai tersebar luas di benua ini, itu sangat membuatku gelisah."
"Organisasi kriminal? Apa itu yang membuat ayah kehilangan nyawanya?"
Arneas dengan cepat menanggapi perkataan Rich tentang organisasi tersebut
"Iya itu benar Arneas, ayahmu kehilangan nyawanya untuk memata-matai organisasi tanpa persiapan yang matang karenaku. Aku sungguh minta maaf."
Suasana diruang itu hening tanpa suara apapun
"Sudah 2 tahun paman menyuruh banyak prajurit untuk memata-matai organisasi tersebut dan hanya nama organisasi itu yang paman tahu, nama organisasi itu adalah Entinen."
"Entinen..."
"Karena itulah ayah, aku ingin berpetualang sebagai Adventure untuk menghancurkan organisasi tersebut."
Renia yang terlihat sangat ingin pergi tetap dilarang oleh ayahnya apapun alasannya
"Ayah tidak akan mengijinkanmu untuk pergi jika kau sendiri."
"Khh."
Renia terlihat kesal dengan ayahnya karena tidak diijinkan untuk pergi meninggalkan kota ini oleh ayahnya,
"(Renia terlihat sangat ingin pergi, kurasa.. Pilihannya dia boleh pergi atau tidak ada padaku.)"
Arneas memikirkannya dengan keras sampai-sampai kepalanya pusing
"Baiklah paman, aku setuju untuk pergi dengan Renia."
Paman terlihat sangat lega karena Renia tidak akan pergi sendiri
"Terimakasih Arneas, sekarang pilihannya ada padamu Renia, bagaimana? Kau mau tidak?"
"B-baiklah, aku akan pergi dengan Arneas, ayah senang?"
"SANGAT SENANG! Dengan begini diputuskan, seorang adventure tidak akan bisa dinyatakan sebagai adventure jika tidak mempunyai emblem, jadi Arneas besok datanglah ke istana untuk mengambil emblemmu."
"B-baik, terimakasih banyak paman (memang emblem itu apa, memangnya seorang adventure harus mempunyainya? untung aku bilang setuju untuk pergi dengan Renia, aku jadi mudah untuk mendapatkan emblem apalah itu.)"
"Baiklah kalau begitu kami pamit untuk pulang, terimakasih atas makanannya Amy itu tadi sangat lezat."
"Sama-sama, terimakasih juga karena datang kemari, aku juga sempat khawatir kalau Arneas akan pergi sendirian."
"Terimakasih atas makanannya Tante."
"Sama-sama Renia, kamu sangat sopan dan cantik, jadilah anakku."
Ayah Renia menjadi tertarik akan omongan Ibu Arneas tentang menjadikan Renia anak dari temannya
"Itu boleh juga, lagipula kalian berdua sudah akrab dan kompak."
"Kalau itu maaf sepertinya tidak akan terjadi."
Renia tanpa ragu mengatakan hal yang tidak akan pernah terjadi menurutnya,
"Berhentilah mengatakan yang tidak mungkin."
Bahkan Arneas mengatakan hal yang serupa dengan Renia.
Keesokan hari
"Arneas cepatlah bangun, bukankah hari ini adalah hari yang penting untukmu?"
Terdengar suara pijakan dilantai atas, Arneas turun dengan penuh semangat untuk menjalani hari pertama sebagai adventure
"Selamat pagi, Ibu!"
"Selamat pagi Arn, sarapanlah terlebih dulu."
"Ya!"
Arneas segera duduk dimeja makan dan makan dengan sangat cepat
"Makanlah dengan pelan, makanannya tidak akan lari kemanapun."
"Tidak, aku akan makan banyak dengan cepat karena ini adalah hari terakhirku untuk makan masakan Ibu. Karena setelah ini aku tidak akan bertemu dengan Ibu dalam waktu yang sangat sangat lama, karena menjadi seorang adventure adalah impianku sejak kecil, menelurusi dunia yang penuh dengan rahasia ini, aku sangat bersemangat!"
"Begitu? Semangatlah anakku!"
"Ya!"
Setelah Arneas selesai makan, Ibunya mengantar Arneas kepintu depan untuk melihat kepergian anaknya yang selama ini dia besarkan,
"Waktu terasa lebih cepat, tak kusangka kamu sudah sebesar ini."
Pandangan seorang Ibu yang bangga memiliki anak dengan tujuan yang besar terlihat dimata Arneas
"Terimakasih banyak karena telah membesarkanku, sampai jumpa."
"Hati-hati dijalan, Ibu akan merasa kesepian tanpamu."
Arneas segera pergi meninggalkan Ibunya dari rumah, dan menuju ke istana dengan cepat
"Woah, istana ini sangat besar, kuharap aku tidak tersesat."
Langkah pertama Arneas dihentikan oleh penjaga istana dengan cepat
"Siapa dirimu? Ada urusan apa kemari?"
"Eh? Tapi aku disuruh kemari oleh paman Rich?"
"Paman? Jadi kau yang bernama Arneas, maafkan kami dan silahkan masuk aku akan mengantarmu ke raja Arichel."
Penjaga langsung meminta maaf dan melepaskan senjata yang ditudung ke Arneas, kemudian penjaga tersebut mengantarkan Arneas kedepan hadapan Raja
"Ooh, Arneas selamat datang, kemarilah aku mempunyai beberapa barang untuk diberikan padamu."
"B-baik."
Arneas segera maju kedepan Raja untuk menerima beberapa barang.
"Pertama aku akan memberimu emblem ini."
"Kertas ini?"
"Itu adalah emblem, emblem itu dibungkus didalam sebuah kertas sihir, tempelkan saja ditangan kirimu, itu akan meresap ketanganmu dan itu akan terus berada ditanganmu dan itu menjadikanmu seorang adventure, biasanya kertas emblem didapat dari guild, tapi khusus untukmu aku sendiri yang memberimu sebuah emblem."
Arneas menempelkan kertas emblem ketangan kirinya dan kertas itu bersinar sekejap, kemudian emblem itu menyatu dengan tangannya
"Terimakasih paman."
"Lalu aku ingin memberimu ini."
Sang Raja membawa pedang yang terlihat gagah untuk diberikan ke Arneas
"Ini?"
"Ini adalah pedang peninggalan ayahmu sebelum meninggal, dia menitipkanku ini untukmu, dia yakin bahwa anaknya akan mengikuti jejaknya maka dari itu dia menitipkanku ini untukmu."
"Terimakasih banyak."
Arneas terlihat senang dia menerima pedang miliknya sendiri
"Kau sudah bertekad untuk ini bukan?"
"Tentu saja, aku sudah siap untuk ini semua!"
"Kalau begitu pergilah, aku sudah menyuruh Renia untuk menunggu di gerbang utama pasti dia sedang menunggumu."
"Terimakasih banyak!"
Arneas segera pergi dari istana dan membawa pedangnya dengan erat karena ia yakin akan banyak tantangan dan monster yang lebih kuat daripada goblin yang biasa ia lawan.
Kemudian ia melihat Renia yang sedang menunggunya sambil membaca buku sihirnya
"Aku sudah menunggumu, kenapa lama sekali?"
"Maaf maaf, baiklah kita berangkat, tujuan pertama kita sebagai adventure adalah, kemana?"
"Aku heran dengan sikapmu yang sok itu."
"Huff sudah kuduga kau menjengkelkan, kuharap aku bisa betah berpetualang bersamamu."
"Tujuan pertama sebaiknya kita pergi kekota terdekat, kota Seris."
Renia menjawab tanpa memperdulikan kata-kata Arneas
"(Aku sangat bersemangat, dunia yang penuh keajaiban ini akan mulai kutelusuri dari petualangan pertamaku ini seperti di buku cerita yang kusukai dan semua kejahatan yang terisi di dunia ini akan kuhilangkan.)"
Dari sinilah petualangan Arneas, dimulai...