Dibawah terik matahari yang panas, terlihat satu orang yang berjalan lemas dengan wajah yang lesu, itu adalah Arneas yang kehausan
"Heii, yang disini kehausan kau tau?"
"Itu salahmu karena tidak membawa persiapan."
"HABISNYA! Kau tidak bilang kalau kota terdekat yang kau maksud itu sebenarnya jauh dari kota kita."
Arneas yang terlihat tidak terima dengan pernyataan tersebut terlihat marah-marah dengan kesalahan yang dia buat sendiri,
"Apa masih jauh perjalanannya?"
"Tidak, harusnya sebentar lagi sampai."
Dengan wajah lesu yang kehausan, Arneas tetap berjalan lemas kekota tujuannya, dan dari belakang mereka terdapat kereta kuda pembawa barang yang memiliki peneduh untuk barangnya yang dikendarai seorang paman yang berhenti saat melewati mereka berdua
"Hei kalian, kalian mau pergi kekota seris?"
"I-iya."
Arneas menjawab dengan curiga dan memegang pedangnya dengan diam-diam jika kereta kuda tersebut adalah jebakan bandit
"Ayo naiklah, akan kuberi tumpangan, kalian terlihat lelah aku jadi kasihan, aku juga punya minuman."
"Benarkaah? Akan kuterima tawaran paman."
Arneas dengan cepat kilat menaiki kereta kuda dan menyuruh Renia untuk naik
"Dasar, tingkahmu seperti anak kecil."
Paman yang mengendarai kereta kuda tersebut segera memberi isyarat kuda untuk berangkat, dan Arneas yang kehausan segera meminum minuman yang diberikan oleh paman tersebut sedangkan Renia hanya terlihat diam membaca bukunya. Sampainya mereka didepan gerbang mereka dihentikan oleh seorang penjaga kota
"Berhenti! Apa tujuan kalian datang kemari."
"Saya hanya mengantarkan barang-barang."
"Dan yang didalam, apa tujuan kalian?"
"Hanya berpetualang dari kota satu kekota lainnya."
Dan Arneas dan Renia segera memperlihatkan emblem ditangan kiri mereka sebagai identitas Adventure
"Oh, baiklah, silahkan melanjutkan untuk masuk kedalam kota, jangan membuat kekacauan."
"Terimakasih."
Sesampainya mereka dikota Arneas dan Renia segera turun dari kereta kuda dan berterima kasih kepada paman yang baik itu
"Selanjutnya, kita kemana?"
"Hmm, mungkin kita harus menyewa penginapan terlebih dahulu."
"Begitu, baiklah."
Mereka berdua kemudian melihat penginapan yang bernama Rabbit dan segera masuk untuk menyewa kamar, dan setelah memasuki penginapan, terdengar suara selamat datang oleh staff penginapan tersebut
"Selamat datang di penginapan Rabbit, ingin menyewa kamar?"
"Iya, tolong dua kamar satu tempat tidur untuk 2 hari."
"Baik, totalnya 2 gold."
"H-hei, dua kamar?"
"Tentu saja, kau pikir aku akan tidur denganmu? Apa kau seorang mesum?"
"Tidak, tapi bukankah akan mahal jika menyewa dua kamar, aku tidak apa-apa jika kita berbagi kamar lagipula kita akan berpetualang bersama, sebaiknya kau hemat dalam pengeluaran uang karena petualangan kita akan panjang."
"Bagaimana jadinya pelanggan terhormat?"
Renia terlihat berpikir dengan omongan Arneas yang benar tentang pengeluaran uang yang hemat
"B-baiklah satu kamar dengan dua tempat tidur, tolong."
Dengan wajah yang menunduk Renia mengatakan hal tersebut
"Baik totalnya 1 gold, terimakasih banyak, ini kuncinya."
"(Tidak biasanya dia menuruti omonganku.)"
Mereka berdua segera naik kelantai atas untuk menuju kamarnya dan istirahat, setelah kamar mereka, Arneas membuka jendela dan terlihat pemandangan kota yang indah dari jendela kamar
"Hmm, pemandangan yang bagus, kurasa kita beruntung mendapatkan kamar ini."
"Ucapanmu benar."
Arneas segera menyandarkan pedangnya ke tembok dan melompat kekasur bagian kiri seperti anak kecil, dan Renia pergi duduk ditempat tidur bagian kanan ruangan
"Aku hanya memperingatimu, jika kau berbuat yang aneh-aneh aku akan membakarmu hidup-hidup."
"T-tidak akan (menakutkan)."
"Dan aku lupa satu hal."
"Huh?"
"Kenapa aku membiayaimu untuk menginap!"
"T-tidak apa-apa lah, lagipula kita rekan, aku punya uang hanya saja, [uangku tidak banyak]."
Arneas berbicara sambik mengarahkan pandangannya kearah lain
"Hah, apa? Hanya saja apa, aku tidak mendengarmu."
Arneas segera menatap Renia dan jujur
"Aku bilang! Uangku tidak banyak untuk menyewa sebuah kamar."
"Hahh?! Apa kau bodoh, kau berangkat tidak membawa apapun? Pertama minuman kemudian uang? Dasar."
"Aku bilang aku punya uang tapi hanya 40 silver."
Renia terlihat seperti seorang Ibu yang menceramahi anaknya dengan tegas
"Sebenarnya kau gunakan untuk apa uangmu itu, dasarnya sebagai manusia yang punya mimpi untuk menjadi petualang mereka akan menabung uang untuk mereka bepergian, mungkin karena dirimu bukan manusia kau tidak peduli akan hal itu."
"HAH?! Kau kira aku apa?"
"Seorang monyet."
"HAAAHH? Dasar perempuan yang mempunyai mulut tajam!"
Mereka berdua langsung diam tak bersuara seperti air yang tenang, kemudian Renia berdiri dan meminta maaf ke Arneas karena dia merasa dia terlalu berlebihan
"Arneas, maafkan aku, sepertinya aku berlebihan."
"..."
"Arneas?"
Renia mendekati Arneas dan dia melihat Arneas yang tertidur
"Dasar, padahal sedang ada ditengah debat dan dia tidur begitu saja."
Renia kemudian meninggalkan ruangannya entah kemana, sedangkan Arneas tidur dengan wajah polosnya. Pada sore hari yang dimana matahari akan tenggelam, Arneas pun bangun pada saat jam makan malam
"Huh, hah? Dimana aku."
Arneas segera bangun dan duduk ditempat tidurnya
"Oh, sepertinya aku tertidur, haaaahh! Tidurku sangat nyenyak. Hmm? Dimana Renia? Sudahlah sepertinya sudah jam makan malam."
Arneas segera berdiri dan segera turun kebawah untuk makan malam dipenginapan, dan dia menemukan Renia yang duduk dipojok ruang makan dan sedang membaca bukunya, kemudian Arneas segera menghampirinya
"Boleh aku duduk disini?"
"Tentu."
"Kau sudah makan malam?"
"Belum."
"Kalau begitu mari kita makan malam bersama, permisi!"
"Yaah sesekali."
Seorang pelayan menghampiri Arneas dan Renia untuk mencatat pesanan mereka berdua,
"Baaik, ingin pesan apa?"
"Aku ingin pesan satu nasi dan daging sapi, dan 3 apel."
"Baik, dan mbaknya ingin pesan apa?"
"Kenapa kau pesan apel begitu banyak, mana sisi berhematmu yang kau katakan padaku tadi?"
Renia terlihat mengejek Arneas yang tidak mematuhi omongannya sendiri
"Diamlah, apel adalah sebuah makanan terlezat didunia."
"Hmph, apa rekomendasi disini?"
"Kami merekomendasikan daging kelinci yang lembut dan sup kelinci."
"Aku pesan itu saja."
"Baik totalnya 40 silver."
Arneas tersenyum ke Renia dengan maksud membiayai dia makanan, dan Renia paham tentang hal itu dan Renia segera membuka kantung uangnya
"Dasar, ini 40 silver."
"Terimakasih banyak, silahkan ditunggu."
"Terimakasih banyak putri, hehehe."
Selagi menunggu makanan datang, Renia membaca buku sihirnya lagi sedangkan Arneas melihat keadaan sekitar tempat makan penginapan yang ramai dikunjungi orang-orang tersebut
"Kenapa pada saat jam makan malam sangat ramai padahal saat kita memesan kamar tadi lumayan sepi?"
"Kudengar penginapan ini juga membuka tempat makan umum."
"Hmmm."
Dan tiba-tiba tiga pria dewasa yang terlihat seperti seorang Adventure mendekati Arneas dan Renia
"Heei perempuan yang cantik, maukah kau bergabung untuk minum bersama kami?"
Mereka terlihat ingin menggoda Renia sebagai teman minum bir untuk mereka
"Tidak terimakasih aku tidak tertarik."
"Hei hei jangan begitu dingin dengan kami, kami hanya mengajakmu untuk minum."
"Dia benar, ayo ikut kami daripada dengan bocah berambut hitam ini."
Karena keramaian itu seisi ruangan tempat makan melihat kearah Renia yang digoda sedangkan Arneas hanya duduk dengan wajah polos sambil menunggu makanannya
"Lihatlah paman seisi ruangan itu menonton kalian, apa kalian tidak punya malu?"
"Kaami tidak peduli dengan semua tatapan itu, kami hanya tertarik padamu."
"Aku sedang tidak ingin menggunakan cara kekerasan untuk menolak kalian, sebaiknya kalian pergi, aku sudah bilang aku tidak tertarik ajakan kalian."
Renia yang terlihat menahan emosi karena mereka bertiga semakin digoda oleh mereka
"Cara kekerasan bagaimana? Kau sangat imut saat marah, mungkin aku akan mengajakmu dengan paksa."
"(Kenapa makanannya sangat lama?"
Mereka bertiga pun menarik dengan paksa Renia untuk berdiri dari tempat duduknya, sedangkan para pelanggan diam tidak berani untuk membela Renia, kemudian terlihat Renia mengeluarkan api dari tangan kanannya, saat Renia ingin menyerang mereka, tiba-tiba ada pemuda berambut coklat yang memegang tangan paman yang menarik tangan Renia
"Hentikanlah paman, perempuan ini sudah bilang tidak ingin untuk ikut dengan kalian."
"Hahh, siapa kau bocah? Jangan ikut campur!"
"Dasar paman yang keras kepala."
"Hiaah!"
Salah satu dari mereka memukul pemuda tersebut dengan keras, tapi pemuda itu diam dan berbicara dengan santai
"Kau memukulku duluan."
"Hahh?"
"Aku bilang kau memukulku duluan kan?"
"Memang kenapa, kau tidak suka? Itu karena kau ikut campur urusan kami!"
"Kalau begitu aku bisa memukul kalian juga sampai kalian meminta maaf dengan alasanku untuk pertahanan diri dari kalian."
"HAHH, tangan kirimu ini terdapat emblem, rupanya kau seorang Adventure, ayo selesaikan ini seperti lelaki tanpa senjata, ayo kalian maju!"
"Hiaaaah!"
"Mati kau bocah!"
"Astaga tiga lawan satu, ini bukan cara lelaki paman!"
"(Astaga kenapa ada orang yang berkelahi disini? Apa yang aku lewatkan?)"
Para tiga laki-laki dewasa itu melepaskan tangan Renia dan melayani pemuda yang mencampuri urusan mereka tersebut sedangkan Arneas kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi.
Walaupun perkelahian itu tiga lawan satu, pukulan mereka bertiga tidak ada yang mengenai pemuda itu satupun
"Sial kenapa aku tidak bisa mengenai bocah ini?"
"Pukulanmu itu saja yang lambat."
"Gaahh, aku sudah lelah! Daritadi kita hanya memukul angin dan meja makan disini."
"(Dia sangat cepat menghindar, hebat.)"
"Kalian sudah lelah? Kalau begitu biarkan aku ganti memukul kalian."
Pemuda itu mendekati mereka bertiga yang kelelahan dan mulai memukul mereka dengan sangat cepat
"Nikmatilah hidup kalian dipenjara!"
Pukulan pemuda itu tepat mengenai wajah mereka satu persatu
"Gaakk!!"
"AAWWW!!"
"Uhkk."
"B-bukankah ini terlalu kejam?"
Arneas tidak kuat melihat penyiksaan itu dan memutuskan untuk tidak melihatnya kemudian makanan Arneas dan Renia datang dengan pelayan yang sangat hati-hati karena takut dengan kejadian itu, dengan cepat kilat Arneas langsung makan malam duluan tanpa Renia.
Sedangkan Renia dengan seksama melihat perkelahian itu karena dia terlihat kesal dengan para laki-laki yang menggodanya.
Kemudian mereka bertiga meminta maaf pada pemuda itu dengan badan yang jatuh kelantai dan muka yang hampir tidak bisa dikenali orang
"K-khwami mwinta mwaaf."
"Baiklah jika kalian sudah menyesal."
Para penjaga kota pun datang ke penginapan Rabbit karena kegaduhan yang luar biasa tersebut
"HEI! Ada apa dengan kegaduhan ini, sangat berisik dari luar!"
"Ah waktu yang tepat, pak penjaga tolong tangkap mereka bertiga ini, mereka menggoda perempuan ini dan memukulku!"
"Aahh, tempat ini sungguh kacau, baiklah kalian bertiga ikut denganku!"
Penjaga itu menyeret dengan paksa mereka bertiga yang terbaring lemas dilantai.
Renia dengan cepat menghampiri pemuda itu dan berterima kasih karena telah menolongnya.
"Huff."
"Anu, terimakasih karena telah menolongku sebelumnya."
"Ahh tidak apa-apa aku juga kesal dengan manusia seperti mereka."
"Setidaknya biarkan aku berbalas budi."
"Tidak apa-apa sungguh."
Arneas yang terlihat sudah selesai makan malam berdiri dari kursi dan memberikan pemuda itu satu dari tiga apelnya.
"Mm, apa ini?"
"Ini untukmu, terimakasih atas kerja kerasnya, hihi."
Arneas terlihat tersenyum kepada pemuda itu, dan pemuda itu sedikit tersenyum menerima apel dari Arneas
"T-terimakasih banyak."
"Biarkan aku mentraktirmu makan malam sebagai ucapan terima kasihku."
"Duduklah, ayo makan malam bersama."
"B-baiklah, terimakasih banyak."
"Bukankah makan malammu sudah habis, dasar Arneas."
Saat mereka bertiga sudah selesai makan malam, Arneas menanyai pemuda itu
"Siapa sebenarnya namamu?"
"Ah, namaku Rizen Zenith."
"Salam kenal, namaku Arneas ayo berteman!"
"Tentu."
"Namaku Renia Arichel, salam kenal juga denganmu."
"Salam kenal."
"Kau seorang Adventure ya? Apa keahlianmu?"
"Aku seorang Assasin."
"Heeh, seorang assasin, aku jarang melihat assasin sungguhan karena mereka sangat cepat."
"Haha."
Rizen yang tertawa itu terlihat sangat menikmati obrolannya dengan Arneas dan Renia
"Kalian berdua juga seorang adventure kan?"
"Em, aku seorang Knight dan perempuan dingin ini adalah Magician."
"Hey, kau sangat tidak sopan."
"Ah begitu, kalian berencana tinggal dikota ini sampai kapan?"
"Besok lusa kami sudah berangkat lagi, sepertinya? Atau tidak putri? Aku tidak begitu mengerti tujuannya hehe."
"Hmph, kami memang berencana tinggal disini sampai besok lusa, mungkin besok kami akan pergi berburu quest dari Guild untuk mencari uang."
"Kalau begitu bolehkah aku ikut berpetualang bersama kalian?"
"Tentu, tapi.. Apa kau benar-benar ingin ikut? Apa kau sudah meminta ijin dengan orangtuamu?"
Rizen terlihat memejamkan matanya dengan wajah yang menunduk sedih
"Aku.. Tidak memiliki orang seperti itu, aku dibesarkan oleh kakekku yang kini sudah meninggal karena sakit, aku hidup sebatang kara sejak umurku delapan tahun, kemudian aku memutuskan untuk menjadi seorang Adventure dengan alasan untuk menemukan sebuah keluarga bagiku, karena aku sudah lelah hidup sendiri didunia ini, sejak saat itu aku selalu berlatih dengan boneka kayu yang kubuat sendiri sebagai teman latihan untuk bisa pergi berpetualang sampai akhirnya aku punya bakat sebagai Assasin. Karena itulah aku sangat senang saat kalian berdua mengajakku makan malam bersama, berasa seperti keluarga."
"Ahh, begitu, maafkan aku karena menanyai hal yang membuatmu sedih."
"Tidak apa-apa Renia."
Arneas diam membisu memikirkan cerita Rizen tersebut
"Yahh, kurasa semua orang punya alasan tersendiri untuk berpetualang, alasanku berpetualang hanya untuk menelusuri dunia yang luas ini dan menghilangkan kejahatannya."
"Heehh, alasan yang hebat."
"Apanya yang hebat dari bocah ini."
"Apa kau bilang perempuan!"
"Sudah, sudah, sepertinya sudah malam sebaiknya aku segera pulang."
Rizen segera berdiri dari kursinya dan berterima kasih
"Sekali lagi, terimakasih atas makanannya, aku sangat senang karena sudah lama aku tidak makan bersama."
"Terimakasih juga atas bantuanmu sebelumnya, kalau begitu sampai besok."
"Ya, sampai besok!"
Arneas hanya melambaikan tangannya melihat Rizen pergi meninggalkan mereka berdua
"Aaaahhhh, sebaiknya aku tidur, hei Renia kau juga sebaiknya tidur."
"Aku tau."
Arneas meninggalkan Renia yang sedang membaca buku sihirnya dan naik kelantai dua untuk beristirahat, sesampainya di kamar dia melihat pemandangan kota Seris dari jendela kamarnya yang indah dengan lampu kota yang menyala dan angin yang berhembusan kearah kamarnya.
Arneas terus memikirkan cerita Rizen tentang masa kecilnya yang kesepian, dan memikirkan tentang cerita Petualangan yang disukainya waktu kecil, karena terdapat rekan dari tokoh utama yang memiliki masa lalu yang mirip seperti Rizen.
"Hmh, kurasa aku mendapatkan rekan yang hampir mirip dengan cerita yang kusukai dulu. Ahh sudah cukup, sebaiknya aku segera tidur."
Arneas menutup jendela kamar dan segera tidur ditempat tidurnya.
Keesokan harinya, Arneas bangun dari tempat tidurnya dan melihat Renia yang sedang tidur
"Hoaaamm, oh, rambutku berantakan, sudahlah."
Arneas segera berdiri dari tempat tidurnya dan bersiap untuk mandi
"Hmm kurasa aku akan mandi, agar segar saat quest nanti."
"Hmm? Oh, apakah sudah pagi?"
"Pagi, wah, wajah bangun tidurmu sangat lucu."
"Ehh?"
Wajah Renia tiba-tiba memerah dengan rambut acak-acakannya dan matanya yang masih mengantuk karena ada orang yang melihat wajah tidurnya
"Kyaaaaaaaaaa!!!"
"GWHAGK?!"
Terdengar tamparan keras dari kamar Arneas.
Sesudahnya mereka mandi pagi, mereka bersiap-siap untuk menjalankan quest
"Sialan, kenapa kau menamparku! Rasa sakitnya masih terasa! Sungguh tidak bisa dipercaya."
"Itu karena kau melihat sisi gadis yang tidak boleh dilihat orang lain."
"Omong apa sih?"
Arneas membawa pedangnya dan Renia membawa tongkat sihirnya kebawah kamar untuk persiapan berangkat ke Guild.
Sampainya diluar penginapan terlihat Rizen yang menunggu mereka berdua
"Pagi, oh pipimu merah sekali Arneas, apa yang terjadi?"
"Ahh tidak ada apa-apa, hanya kejutan dipagi hari."
"Hmph."
Mereka bertiga berangkat ke guild dan terlihat sangat ramai didalam Guild tersebut.
"Jadi ini Guild kota Seris, lumayan besar."
Arneas terlihat semangat karena ini adalah questnya untuk pertama kali sebagai seorang Adventure.
Mereka bertiga pun masuk dan segera melihat papan quest dengan quest yang lumayan banyak
"Mau mengambil yang mana?"
Arneas menanyai Renia dan Rizen yang tampak bingung
"Bagaimana dengan ini? Membasmi sembilan ape monster yang mengamuk diluar kota, hadiah uangnya juga banyak, sepuluh gold."
"Yasudah kita ambil itu saja, karena uangku hanya tersisa lima gold berkatmu."
"Maaf maaf."
"Haha."
Mereka bertiga menarik kertas quest itu dan membawanya ke pelapor quest
"Permisi kami ingin mengambil quest ini."
"Baiklah, kalian bertiga? Arahkan emblem ditangan kiri kalian kedepan."
Terlihat pelapor quest tersebut menarik semacam kertas sihir yang terdapat di kertas quest tersebut dan meletakkan kertas sihir tersebut diatas emblem Arneas, Renia, dan Rizen secara bergantian.
Dan emblem mereka terlihat bercahaya hijau disekitar emblem mereka.
"Baiklah kalian sudah bisa menjalankan quest ini, jika cahaya ditangan kalian hijau berarti quest kalian masih belum selesai, jika cahaya kalian berganti dari hijau kemerah berarti quest kalian sudah selesai dan datang kembali kesini untuk mengambil hadiah kalian, jika kalian menemukan sebuah keanehan saat menjalankan quest katakanlah pada pelapor quest karena bisa saja kalian mendapatkan hadiah tambahan."
"Kami mengerti."
"Baiklah berhati-hatilah."
Mereka bertiga berjalan keluar dari Guild dan menuju ke arah tujuan tempat monster ape mengamuk
"Oh, rizen kau tidak membawa senjata apapun?"
"Eh, tentu saja aku membawanya, disini."
Rizen menunjukkan senjatanya dikedua tangannya yang terletak diatas kepalan tangannya yang disembunyikan, senjata itu berupa dagger dengan ketajaman dipucuk daggernya dan dagger itu bisa memanjang dan memendek tergantung kondisi yang diinginkannya
"Ehh, senjata itu keren, pantas kau sangat mahir berkelahi dengan tangan kosong kemarin malam."
"Itu bukan apa-apa."
"Selain itu, Arneas, sejak kapan kau mendapatkan pedang itu sebenarnya?"
"Ini pedang peninggalan ayahku yang dijaga selama ini oleh ayahmu."
"Eh? Ayahku menyimpannya? Aku benar-benar tidak tahu."
Sesampainya mereka ditujuan mereka benar-benar melihat sembilan ekor monster ape yang berkumpul, mereka dengan hati-hati mengawasi kondisinya untuk bersiap menyerang dibalik semak-semak
"Ini pertama kalinya aku melihat monster selain goblin jelek itu."
"Sungguh?"
"Iya."
"Mungkin aku akan menggunakan sihir cahaya untuk membutakan pandangan mereka, lalu kalian berdua cepatlah menghabisi mereka."
"Baiklah."
"Dimengerti."
Dengan strategi yang sudah dibuat Rizen melemparkan batu kecil didekat kumpulan ape agar ape menjadi panik dan melihat kearah mereka agar sihir cahaya Renia mengenai mata mereka
"Ghuh?"
"Bersiaplah kalian berdua mereka sudah mengarahkan matanya kesini. Light of heaven, cepat habisi mereka dalam sekejap!"
"GHUHK!!"
Arneas dan Rizen melesat kearah kumpulan ape dengan cepat dan menghabisi mereka
"Ground impact."
"Phantom Slash."
Skill yang dikeluarkan Arneas mengarahkan pedangnya ketanah dengan cepat dan tanah tersebut terbelah kecil dan dari tanah yang terbelah itu mengeluarkan semacam aura yang meledak, secara cepat membunuh empat ekor ape.
Sedangkan skill yang dikeluarkan Rizen, dia menjadi bayangan hitam dan menebas musuh secara membabi buta dan berhasil membunuh lima ekor ape
"Kerja bagus kalian."
"Bukan apa-apa."
"Nice."
Mereka bertiga kemudian melihat emblem ditangan mereka berganti cahaya atau tidak
"Hmm, bukankah ini aneh, aku yakin dikertas questnya ditulis untuk membasmi sembilan ekor ape dan aku yakin kita sudah membunuh sembilan ekor."
"Iya, kau benar."
Rizen merasakan sesuatu yang aneh, dan dia segera melihat keatas terlihat ape yang besar tiga kali lipat besarnya dari ape yang mereka bunuh sebelumnya sedang memanjat pohon dan ingin melompat kearah mereka
"Kalian berdua, menyingkirlah!"
*Baaaamm.
"Wah dia benar-benar melompat."
"Hei besarnya sangat tidak normal, jenis monster ape harusnya tidak tumbuh sebesar ini, dan matanya terlihat sangat merah."
"Siapa yang peduli soal itu, yang jelas dia ingin membunuh kita."
"Bersiaplah kalian berdua."
Mereka bertiga bersiap bertempur untuk kedua kalinya.
Arneas melesat maju kearah ape besar itu
"GWAAAAAAAHHH!!"
"Hup, X Cross."
Dengan cepat Arneas menghindar serangan ape besar dan menggunakan skill pedangnya secara menyilang tapi serangan Arneas tidak berdampak pada ape itu, sedangkan Rizen melempari shurikennya sebagai pengecoh
"Sialan kulit macam apa itu? Keras sekali."
"Arneas, jangan terlalu ceroboh!"
"Renia, gunakan sihirmu! Kau mau mati konyol?"
"Aku sedang berpikir sihir apa yang paling efektif dengan monster ape.. Ah!"
Renia kemudian fokus untuk mengeluarkan sihir satu kali serangannya ke ape itu
"Baiklah, aku sudah siap, bisakah kalian membuat ape itu tidak bisa bergerak? Karena sihir ini memakan waktu."
"Tentu, Rizen ecohkan kera ini agar aku bisa menyerangnya dari belakang."
"Ya, phantom walk."
Rizen dengan skillnya membuat dia menjadi bayangan yang berjalan dengan cepat dan berhasil mengecoh ape kearahnya
"GGWAAAAAAAHK!"
"Nice Rizen, dengan ini bagian belakangmu terbuka lebar, Heavy Slash!"
Dengan skill yang Arneas keluarkan, dia mengangkat pedangnya yang menjadi terlihat sangat berat kearah kaki ape dan berhasil memotong kakinya dan tidak bisa kemana-mana
"GWAHK?!"
"Kerja bagus, ini penghabisannya, Solar Laser!"
Setelah Renia mengeluarkan sihirnya, tidak terjadi apapun, dan membuat Arneas dan Rizen kebingungan
"Hei, sihir macam apa itu, tidak terjadi apapun, eh, apa ini?"
Tiba-tiba langit berubah menjadi kemerahan dan turun sebuah laser dari langit kearah tepat ape yang lumpuh dan tidak menyisakan apapun dari tubuh ape tersebut selain rumput yang terbakar hangus membentuk lingkaran
"Kau bercanda? Kau berlebihan dasar penyihir, aku kepanasan disini!"
"Diamlah, yang penting ini semua sudah berakhir nanti kau mandi saja, itu akan membuatmu dingin."
"Kerja bagus Renia."
Tiba-tiba terdengar suara misterius yang tidak diketahui darimana asalnya yang membuat mereka bertiga waspada lagi
"Tidak kusangka kalian berhasil membunuh hasil eksperimen kami."
"Hei, siapa kau! Keluarlah!"
"Padahal monster itu harusnya bisa dikalahkan oleh para Adventure kelas A. Kurasa kali ini memang gagal, sampai jumpa."
"Sialan, ini membuatku merinding, ayo cepat kembali."
"Ini sangat aneh."
"Hei cahaya di emblem kita sudah merah, ini sudah selesai."
Mereka bertiga memutuskan untuk kembali dan melapor pada Guild.
Dan selesainya melapor mereka memberitahu kalau ada yang aneh tentang quest ini soal ape yang tumbuh tiga kali lipat dari ape biasanya, dan tentang suara aneh yang mereka dengar.
Oleh karena itu mereka diberi hadiah lebih sejumlah 18 gold.
Kemudian Arneas dan Renia kembali ke penginapan sedangkan Rizen pulang kerumah untuk bersiap pergi berpetualang bersama Arneas dan Renia.
Malam harinya setelah makan malam
"Hei, aku akan tidur duluan."
"Ya."
"Aahh, hari yang melelahkan, kuharap besok akan menjadi hari yang ringan."
"Kau terlalu banyak mengeluh."
"..."
"Haahh, sudah tertidur lagi?"
Keesokan harinya dibawah langit yang cerah didepan gerbang kota Seris yang dijaga, terlihat Arneas dan Renia yang menunggu kedatangan rekan baru yang akan ikut berpetualang bersama mereka, Arneas yang membawa pedang ditangan kanannya terlihat bersemangat dan sedikit tersenyum sedangkan Renia, dia hanya membaca buku sihir dan membawa tongkat sihirnya yang dimana dipucuk tongkatnya terdapat batu sihir dan ia memakai jubah berwarna hitam yang terdapat tudung yang dipakai diatas kepalanya untuk menjaga kepalanya agar tidak terlalu kepanasan.
Dari kejauhan, terlihat Rizen yang berjalan kearah mereka dari arah pusat kota yang ramai
"Selamat pagi."
"Pagi." "Pagi."
"Tujuan kita kemana sekarang?"
"Kita akan pergi ke Kerajaan Terina."
"Ooh, aku tidak tahu itu dimana."
Mereka mulai berjalan keluar kota dan
mulai melanjutkan petualangan didunia ini dengan satu rekan yang baru...