Zaviyar tersenyum melihat Adiba makan dengan semangat. Lihat Istrinya banyak makan padahal sudah habis banyak. Bayangkan saja Istrinya habis 1 porsi bebek goreng, 1 porsi sate kambing dan sekarang tambah satu kotak pizza. Asli dompet Zaviyar menangis keras akan pesanan makanan Adiba.
Heran itulah keadaan Zaviyar akan Adiba begitu menggemaskan. Setelah membayar ia mengajak Istrinya pulang. Dia terdiam sepi melihat Istrinya malah mengajaknya belok membeli permen kapas. Lalu membeli jagung bakar rasa cokelat?
Adiba kenyang akhirnya makan banyak tanpa ada protes. Dia dengan khusyuk makan jagung sembari bersandar di bahu lebar Suaminya. Ia tersenyum manis menyapa pembeli jagung. Sesekali Adiba akan memberikan jagung pada Zaviyar.
Jika mendapat penolakan maka Adiba akan menangis. Otomatis Zaviyar mau makan jagung bersamanya. Ini nikmat sekali bisa menghabiskan waktu bersama Suaminya. Dia tersenyum setelah habis satu dua jangung bakar.
"Dek, ayo pulang sudah mau larut malam," ajak Zaviyar.
"Um, gendong ya Mas, hihihi. Lihat perut Adek terasa penuh pokoknya kenyang maksimal," sahut Adiba seraya menepuk perutnya sedikit membuncit gara-gara kebanyakan makan.
"Jalan sendiri banyak orang," tolak Zaviyar kalem.
Adiba langsung menodong jari telunjuk tepat di depan wajah Zaviyar. Dia merengut sebal mendengar penolakan Suaminya. Ia akan melanjutkan acara marah pada Suaminya yang tertunda. Adiba berpaling sebal lalu meninggalkan Zaviyar sendiri.
Zaviyar melangkah menyusul Adiba. Dia heran kenapa bisa Istrinya rakus sekali dan mudah emosi? Setelah sampai di depan Istrinya ia gendong tubuh mungil sang Istri. Bisa gawat kalau Istrinya yang manja merajuk manja. Zaviyar sampai pusing jika ingat pendebatan konyol sebelum beli bebek goreng.
"Turunkan Adek jangan sentuh. Sekarang Adek sudah kenyang saatnya melanjutkan marah tadi. Adek tidak mau nista sama, Mas!" pungkas Adiba seraya merengut sebal.
"Hn," sahut Zaviyar acuh.
"Mas kok responsnya begitu? Harusnya bujuk dong biar Adek ngga marah," protes Adiba.
"Lalu?" sahut Zaviyar lempeng.
"Ih Mas nakal pokoknya bujuk dong bukan cuma Hn dan Lalu!" frustrasi Adiba.
"Terus?" respons Zaviyar.
Adiba mengerjap sebal melihat Zaviyar begitu lempeng. Bahkan ketika masuk mobil tetap bungkam. Kini saatnya pulang. Dia baru ingat Suaminya adalah gurun es tidak ada manis-manisnya. Ingat Adiba yang manis bahwa Zaviyar itu pahit nan dingin kayak kulkas.
Zaviyar menjalankan mobil tanpa mengelurkan suara. Dia tersenyum tipis melihat Istrinya merajuk manja. Saat lampu merah ia putuskan membuat Istrinya tidak merajuk. Zaviyar tarik tengkuk Adiba lembut lalu mengecup pelan pipi gembil sang istri.
"Jangan marah nanti semakin manis," bisik Zaviyar.
Wajah Adiba bersemu merah mendengar bisikan Zaviyar. Dengan malu-malu ia cubit lengan kekar Suaminya. Ia bersemu merah jika ingat ciuman manis itu. Adiba memilih diqm sembari menyembunyikan wajah meronanya.
"Mas mencuri kesempatan dalam kesempitan," rajuk Adiba
"Sepertinya tidak, Mas mencium tanpa mencuri kesempatan," sahut Zaviyar kalem.
"Tadi itu pencuri ciuman dari Istri merajuk. Mas harus di hukum 1 bulan tidak ada jatah!" tegas Adiba seraya menyeringai penuh kemenangan.
"Memang Adek tahan tanpa sentuhan, Mas?" todong Zaviyar sembari melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Zaviyar mencuri pandang ke arah Adiba ternyata sangat manis ketika wajah itu merona menggemaskan. Dia bicara apa adanya tentang sentuhan itu. Adiba-nya bahkan pernah sekali meminta untuk di sentuh. Menawarkan diri apa dirinya mau melakukan itu? Zaviyar sih kalau puasa satu bulan pasti tidak kuat.
"Kuat, Mas pasti yang tidak kuat," cibir Adiba.
"Hn," sahut Zaviyar.
Perdebatan terus berlangsung sampai apartemen. Pada akhirnya Adiba menyerah berdebat dengan Zaviyar si gurun es tidak manis. Mereka putuskan untuk masuk rumah karena perdebatan selesai.
❤❤❤
Zaviyar melihat Adiba sedang asyik ngemil tahu goreng seraya menonton Tv. Lihat Istrinya begitu khusyuk menatap layar menampilkan aktor dan artis Bollywood. Merasa di abaikan ia memilih duduk di sofa seraya membaca buku hadits.
Adiba mendongak menatap Zaviyar sedang asyik membaca buku hadits. Dia perlahan menaruh piring kosong ke meja. Ia lap tangannya di serbet bersih lalu dengan manja menyelipkan diri berniat minta pangku.
"Mas sayang ngga sama Adek?" tanya Adiba seraya memainkan kancing kemeja Zaviyar.
"Sayang," sahut Zaviyar kalem masih betah membaca buku.
"Buku itu lebih penting ya, Mas?"
"Hn."
"Jahat sekali masak Adek ngga berharga. Buku itu Mas lebih sayangi ketimbang Adek. Merajuk nih!"
"Hn."
Zaviyar bukannya menenangkan malah semakin menggoda Adiba. Dia memilih melanjutkan membaca tanpa peduli Istrinya. Sunguh ia tahu sang Istri kesal padanya. Zaviyar lebih baik terus baca tanpa mau mendengar rengekan Adiba.
Adiba memajukan bibir beberapa senti. Dia menatap kesal Zaviyar terus membaca tanpa peduli rengekan. Ia kesal di abaikan terus oleh gurun es. Ide jahil muncul agar menarik atensi Suaminya. Adiba mendekatkan bibir ke bibir tipis Zaviyar.
"Mas," panggil Adiba dengan suara mendayu.
"Hn," sahut Zaviyar tanpa peduli Istrinya.
"Pilih dada atau paha?" bisik Adiba sembari mengecup sudut bibir Zaviyar.
"Dada," sahut Zaviyar sekenanya.
"Tapi Adek maunya paha, Mas!" tolak Adiba.
"Mas mau dada!" tegas Zaviyar.
"Ish, baiklah Adek pesan KFC dulu."
Adiba hendak beranjak dari pangkuan Zaviyar. Namun, ia tersentak saat tubuhnya terengkuh erat. Dia berkedip beberapa kali merasakan hembusan napas Suaminya. Adiba tersenyum manis saat Zaviyar semakin erat merengkuh erat tubuhnya.
Zaviyar sudah menaruh buku hadits ke meja. Dengan perlahan ia mendekap erat Adina. Ia sesap aroma manis Istrinya di leher dan rambut Istrinya. Dia remas pinggul Istrinya sesekali menggigit kecil leher sang Istri. Zaviyar pada akhirnya berhenti berulah pada Adiba.
"Adek," panggil Zaviyar semakin erat mendekap.
"Dalem, Mas," sahut Adiba.
"Adek," panggil Zaviyar bernada berat.
"Dalem, Mas. Ada apa sih?" tandas Adiba.
"Mas laper," bisik Zaviyar.
"Makan lah Mas, tunggu Adek masakan makan seadanya," jawab Adiba polos.
"Bukan itu," bisik Zaviyar sembari mencuri ciuman di bibir Adiba.
"Mas," rengek Adiba.
Zaviyar menggendong Adiba menuju kamar pribadi. Namun, apa daya hal mengejutkan terjadi tatkala Istrinya mual. Dia langsung beranjak menuju kamar mandi untuk memijat tengkuk Adiba lalu menepuk pelan Istrinya.
Adiba muntah-muntah hebat karena mencium aroma Zaviyar tadi. Dia merasa mual mebuatnya pusing. Sensitif sekali sih sehingga membuatnya berdenyut. Ia merasa frustrasi karena banyak mengeluarkan utahan. Adiba nyaris jatuh jika tidak di tahan Zaviyar.
"Dek, bagaimana sekarang?" tanya Zaviyar.
"Mual, pusing dan Mas jangan dekat-dekat dengan Adek," keluh Adiba.
"Ayo sini Mas pijat Adek biar baikkan," tutur Zaviyar.
"Gendong," lirih Adiba.
Zaviyar menggendong Adiba menuju kamar. Setelah sampai rebahkan Istrinya hati-hati. Dia dengan cepat mengambil minyak kayu putih. Perlaha tetapi pasti ia singkap pakaian Istrinya. Tangan kekar Zaviyar terulur untuk memijat pelan perut Adiba.
Adiba perlahan tidur mendapat usapan lembut dan pijatan Zaviyar. Dia merasa nyaman saat tangan hangat Suaminya memberikan pijatan lembut pada tubuhnya. Kini Adiba tertidur pulas setelah mendapat pijatan lembut Zaviyar.
"Mas khawatir, Dek. Jangan sakit Mas tidak suka karena itu begitu menyiksa batin, Mas."