Seorang gadis tanpa busana terlihat tergantung terbalik di sebuah langit-langit gedung. Mulutnya mengeluarkan darah yang tampak menghitam, serta beberapa luka kering di beberapa bagian tubuhnya menandakan kalau gadis itu sudah dalam posisi itu selama berhari hari. Gadis itu tak lain adalah Rahma Wulandari.
"Apa kau pikir dia sudah mati Kesha?" Tanya Al sambil memperhatikan tubuh Rahma.
Aku tidak tahu apa Al memperhatikan tubuh Rahma untuk memastikan Rahman benar-benar mati atau Al memperhatikan tubuh Rahma yang sudah tidak berbalut sehelai pakaian pun.
"Tentu saja, dia sudah tergantung seperti itu dari kemarin sore jelas saja dia sudah mati" jawab ku sedikit kesal.
"Ya kau benar, lalu sekarang kita harus bagaimana?" Tanya Al sambil terus memperhatikan tubuh Rahma .
Dasar mesum. Ternyata semua laki laki itu sama saja, lihat yang beginian betah.
"Kenapa kau memperhatikan nya seperti itu, apa tidak ada hal lain yang dapat kau lihat selain Rahma" marah ku.
"Tidak aku sendang berpikir berapa banyak bensin yang kita perlukan untuk menghanguskan Rahma" jawab Al.
"Mungkin lima liter" jawab ku asal
"Sial" umpat Al
"Kenapa?"
"Aku hanya bawa dua liter "
"Lalu kita harus bagaimana?"
Al hanya menatap ku kemudian menyeringai "bagaimana kalau kita mutilasi saja tubuhnya, sebagian kita bakar sebagian kita buang" saran nya
"Tidak buruk" aku menyetujui perkataan Al.
"kalau begitu bantu aku menurunkan mayatnya dan mulailah memotongnya. Pastikan kau bawa pisau di tas mu" lanjut ku.
"Oke "
"Aku akan membuka talinya dan kau menangkap tubuhnya"
"Oke"
Aku melihat Al tampak sangat kesusahan menurunkan mayat Rahma, bisa ku lihat dia tampak kesulitan membuka simpul di kaki Rahma. Terlalu lama.
Aku berjalan mundur dan mengambil pisau ku lalu ku lemparkan pisau ku tepat di tali berdiameter 1 cm itu. Tubuh Rahma pun jatuh dari ketinggian yang hampir tiga meter itu.
Tengkorak Kepala nya hancur menyebabkan seluruh isi Kepala nya keluar. Secara harfiah.
"Seharusnya kau tidak melakukan itu sialan " maki Al.
"Tutududu" aku bersuara abstrak sambil melihat ke arah lain seolah olah aku tidak melakukan apa-apa.
Al tidak terlalu mempedulikan ku, dia memilih untuk lansung memutilasi Rahma dengan pisau miliknya.
"Kenapa kau memulai nya duluan?" Tanya ku kesal.
"Kau hanya diam saja seperti patung " jawabnya
"Aku bukan patung "
"Aku tidak bilang kau patung tapi kau itu diam saja seperti patung"
"Itu sama saja "
"Tidak, itu tidak sama saja "
"Argh sudahlah" aku tidak bisa melanjutkan perdebatan ini dan memilih ikut memutilasi
Sore yang sunyi ini kami habiskan dengan memutilasi tubuh Rahma dan membakarnya. Kami juga membuang potongan lainnya di sungai dan beberapa kami beri makan anjing liar.
Trik membunuh nya selesai, dengan dua liter bensin, tali dan juga pisau. Aku dan Al berhasil melakuan nya.
🔪🔪🔪
Setelah menyelesaikan urusan mengenai Rahma aku dan Al memutuskan untuk pulang saat hari menjelang malam, bukan apa apa sih tapi pakaian dan penampilan kami yang tampak sangat mencurigakan karena di penuhi oleh darah.
Pukul tujuh barulah aku sampai di rumah.
"Besok aku akan menjemput mu ya" kata Al
"Baiklah "
Aku segera masuk ke dalam rumah, yang akan di lakukan sekarang adalah mandi dan makan. Setelah itu barulah aku belajar.
🔪🔪🔪
Suasana malam yang tenang, musik klasik yang di putar, di tambah aroma lilin lavender benar benar mendamaikan jiwa.
Aku sempat berpikir tentang Rahma, dia sudah hilang selama tiga hari. Aku penasaran bagaimana perasaan orang tua Rahma saat mengetahui tentang Rahma.
Bicara soal orang tua, aku tidak tahu di mana ayah dan ibu ku sekarang. Apa mereka sudah pergi lagi? Ah tidak mungkin jika mereka pergi seharusnya mereka menelpon ku.
"KESHA CEPAT TURUN DAN BANTU IBU" teriak ibu ku dari lantai bawah .
Baru juga di bicarakan mereka sudah muncul.
"IYA"
Aku bergegas menuju suara ibu, aku sampai sampai aku harus meninggalkan semua ketenangan ini.
"Ada apa bu?" Tanya ku
"Bantu ibu memasukan mayat ini " tunjuk ibu pada sebuah kantung mayat.
"Ini siapa lagi yang ibu dan ayah bunuh?"
"Oh ini. Dia agent pemerintah yang di suruh memata matai ayah dan ibu " jawab ibu.
Aku memutuskan untuk membuka dan melihat isi kantong itu.
Seorang pria.
"Jay cepatlah buka garasi itu "
"Iya sayang sabar" ayah tampak kesulitan membuka pintu garasi "Kesha seharusnya kau menjaga rumah ini dengan baik "
"Merepotkan"
Sreeet'
Garasi pun terbuka menampilkan berbagai jenis pemandangan yang cukup mengerikan, ada berbagai macam ukuran kepala manusia yang menghiasi bagian dalam garasi, selain itu ada juga sebuah sepeda motor dan beberapa senjata tajam.
"Masukan ke dalam" suruh ibu.
Aku segera memasukan kantung mayat itu ke dalam garasi tak lupa aku menutup nya.
"Aku sangat lelah Audrey " kata ayah pada ibu
"Kau benar Jay, aku ingin segera beristirahat "
"Aku juga "
"Bagiamana dengan berendam di bathtube"
"Iya aku setuju"
Menyebalkan. Mereka bahkan tidak mempedulikan keberadaan ku.
"Ayah dan ibu sangat keterlaluan, kalian bicara seolah olah aku tidak ada di sini. Apa kalian tidak tahu aku di sini" aku tidak tahu kenapa tiba tiba kemarahan ini terucap begitu saja dari mulut ku.
"Kesha apa yang kau katakan ?" Tanya ibu.
"Huh apa maksud ku? Tentu saja ini tentang kelurga kita. Maksud ku ini tentang ayah dan ibu. Kalian terlalu sibuk dengan urusan kalian, kalian bahkan tidak pernah mempedulikan ku. Aku bahkan sempat berpikir apa aku ini anak ayah dan ibu atau bukan"
"Tentu saja kau anak ayah dan ibu. Kami membesarkan mu, mengajari mu membunuh dan mengajari banyak hal" kata ibu
"Tapi aku tidak bisa melihat itu" kata ku dan segera masuk ke kamar.
Aku merasa sangat kesal dengan kedua orang tua ku. Marah? Tentu saja aku pasti marah karena tidak dipedulikan.
Tok tok tok'
Pintu kamar ku di ketuk.
"Kesha apa kau masih marah?" Suara ibu terdengar.
Aku diam saja.
"Apa kau sudah makan ?" Tanya ibu lagi.
Tentu saja sudah . Ini kan sudah jam sebelas .
"Kau masih tidak mau bicara ya" kata ibu.
"Kesha, jika kau tidak keluar kau akan ketinggalan sesuatu" ternyata ayah juga berada di depan kamar ku "kami akan pergi ke kota sebelah dan membunuh beberapa orang" lanjut ayah
Membunuh orang?
"Aku ikut" aku melompat keluar dari kamar "siapa yang kita akan bunuh?"
"Beberapa orang di bar" ayah melemparkan sebuah pistol dan dengan sigap aku menangkapnya.
Ternyata, malam ini aku habiskan dengan bersama keluarga ku. Walau itu untuk membunuh orang.
Dan sepertinya kemarahan ku akan hilang di saat aku melihat darah.
Ini akan seru.
Bersambung...