Dering ponsel tersebut terus saja berbunyi, dan Zio sama sekali tidak bisa menerima panggilan telepon itu.
"Sayang, ponsel kamu terus berdering, ayo cepat terima, siapa tahu itu penting," kata Alea kepada suaminya.
"Tapi itu-itu--" Zio benar-benar tidak bisa melanjutkan ucapannya, tubuhnya tiba-tiba saja bergetar begitu hebat, terlihat tulisan abang Vano di dalam layar ponsel tersebut.
"Siapa yang menelpon kamu, Sayang?" Alea mengerutkan dahinya.
"Lea, ini abang yang menelepon Abang Vano," kata Zio sambil melihat kearah Alea dengan tatapan yang begitu gundah.
"Abang Vano ya, terima saja teleponnya, siapa tahu memang itu sangat penting," tukas Alea kepada sang suami.
"Aku tidak berani menerima panggilan telepon dari abang, dia pasti tahu aku sedang bersamamu," lirih Zio dengan tubuh yang lemas.