Sore ini, angkatan yasmin dan teman-temannya sedang mengadakan acara untuk saling mengenal dengan kakak kelas mereka berserta dosen-dosen pengajar. Sebelumnya, yasmin dan dhania janji bertemu diruang diskusi perpustakaan gedung fakultas mereka.
"Ada apa sih dhan ?" tanya yasmin cuek sambil memainkan game diponselnya.
"Se.. sebenernya yas gua mau ngaku sesuatu." jawab dhania dengan suara sedikit bergetar.
"Lu ngapain berkaca-kaca gitu sih ?" yasmin bingung melihat temannya itu mendadak akan menangis, padahal dia belum memulai ceritanya.
"I... ini tentang kak ayden."
DEG...
"Kenapa ayden ? Deketin lu ?" tanya yasmin langsung tepat sasaran, karena jawaban dhania hanya mengangguk sambil menangis.
"Diapain lu sama dia ?" tanya yasmin lagi, merasa lelah menerima kenyataan buruk tentang ayden berulang kali.
"Sebenernya, waktu lu asam lambung kemaren ..... gu..gua dianter pulang sama kak ayden."
"Terus dia jemput gua di stasiun kalo gua baru balik dari Bandung. Terakhir dia main ke kosan gua." lanjut dhania sambil masih terisak.
"Terus ?"
"Dia ngajak dhania kerumahnya juga yas." jessy ikut lanjut menceritakan.
"Bentar deh.. jadi kalian semua ini udah tau ?" tanya yasmin sambil melihat teman-temannya satu per satu, tapi yg lain hanya diam. Jessy dan paulina yg terkadang membantu dhania bercerita.
"Kita semua tau yas, tapi kita masih nunggu waktu yg tepat buat cerita sama lu." kali ini ardina yg membantu menjelaskan.
"Sebelumnya, ayden juga sering ngirim pesan ke gua yas. Beberapa kali nanya alamat rumah juga, lu tau kan rumah kita masih satu daerah. Tapi nggak gua kasih, tenang aja." jelas paulina.
"Lu sama dia barusan aja kan pacarannya ?" tanya jessy.
"Itu kan bukan urusan lu jes, mau gua pacaran dari kapan sama ayden. Gua cuma pengen tau yg sejujurnya aja tentang kalian." tangan yasmin menunjuk dhania dan jessy.
"Dia bukan cowok baik yas, mending lu tinggalin dia."
'Terus dhania yg maju ?' batin yasmin, karna dia tau paulina tidak tertarik dengan ayden. Sudah ada 2 cowok yg mengantri untuknya. Dan dia tau sebenarnya dhania tertarik dengan ayden dalam diam.
"Mau ninggalin atau enggak kan gua yg ambil keputusan jes." yasmin sudah lelah mendengar drama ini.
"Dhan lu sempet kerumah ayden ?"
"Enggak yas, gua tolak. Tapi waktu dia ke kos gua, dia mulai berani pegang-pegang tangan dan nyoba cium gua." jelas dhania sambil menyeka air matanya.
"Terus lu ngapain nangis ?"
"Gua nggak enak sama lu yas."
"Nggak enak kenapa ?" tanya yasmin sambil memperhatikan temannya itu. 'jangan-jangan diapa-apain nih anak polos banget sampe nangis' batin yasmin.
"Yaudah kan terus masalahnya dimana ?" teman-temannya masih diam, tidak percaya dengan reaksi yasmin. Mereka juga tidak tau tentang hubungan yasmin dan ayden yg sebenarnya.
"Hmm.. yg penting kan dia nggak ngrusak temen gua. Jadi yaudah kan." lanjut yasmin enteng sambil berdiri meninggalkan teman-temannya.
Dia menuju ke ruangan tempat acara angkatannya dengan dosen dan kakak kelas mereka. Yasmin masuk tapi merasa tidak nyaman dihatinya, dia gelisah dan kecewa. Secara tidak langsung merasa dibohongi oleh teman-temannya dan juga ayden. Tapi nggak adil buat ayden kalo dia cuma mendengarkan dari salah satu pihak aja.
"Yas, mau kemana ?" tanya ardina yg melihat yasmi berjalan menuju pintu keluar.
"Cuma butuh tanda tangan aja kan buat bukti gua dateng, gua mau ketemu ayden dulu din. Nggak usah bilang yg lain ya."
"Yaudah hati-hati lu yas."
Yasmin berjalan keluar ruangan, sambil mencoba menelfon ayden yg tidak kunjung diangkat.
Tuttt...
Tuttt..
'Halo'
'Lagi dimana kak ?' tanya yasmin.
'Dirumah aja.'
'Aku kerumah ya, mau ketemu bentar.'
'Lama juga boleh yas.' goda ayden.
'Yaudah aku jalan sekarang.' yasmin menutup telfon setelah sampai diparkiran.
Dijalan pikirannya kosong, benar-benar hanya kesal yg ada dihatinya sekarang. Tapi belum tentu yg dia denger itu bener, mungkin ada cerita yg lebih lengkap lagi.
Entah kenapa dia mencoba lebih tenang menghadapi ayden, dia tau resiko ini jika menaruh harapan pada ayden. Bahkan dulu saat yasmin masih bersama ario, dia akan datang sambil marah-marah. Dia sendiri bingung dengan perasaannya sekarang.
Sesampainya dirumah ayden, yasmin sudah ditunggu diteras rumah.
"Kak, aku mau nanya sesuatu tapi janji kamu harus jujur ya."
"Kita ngobrol dikamar aja yuk." sebenarnya yasmin sangat takut jika harus berada didalam kamar bersama dengan ayden lagi, mengingat kejadian terakhir disana saat mahkotanya hilang.
"Disini aja kak."
"Kenapa yas ? Kamu lagi marah ?" ayden memperhatikan wajah yasmin yg serius dan penolakannya barusan.
"Aku nggak nerima penolakan, yuk." ayden menggandeng tangan yasmin menuju kamarnya.
"Ada apa ?" tanya ayden sambil duduk menghadap yasmin.
"Tapi kamu harus jujur ya kak."
"Iya jelek." ayden mencubit pipi yasmin.
"Kamu... mm.. kamu suka sama dhania ?"
"Hah ? dhania siapa yas ?" ayden pura-pura memainkan ponselnya.
"Dhania yg ini, temen aku." yasmin menunjukkan foto dhania kehadapan ayden.
"Oh.. dia.."
"Suka kamu kak ?" yasmin menahan untuk tidak mendesak ayden, pengalaman bersama ario mengajarkan segalanya.
"Enggak cuma iseng aja."
"ISENG ??!?" yasmin kaget mendengar jawaban enteng cowok dihadapannya ini. Hingga dia menanyakan kembali, takut salah denger.
"Iya yas, kamu cemburu ya ?" goda ayden sambil mengelus pipi yasmin.
"Serius kak, kamu kalo suka sama dia aku mundur aja."
"Kok gitu ?"
"Ya aku males aja harus rebutan. Lagian kamu kan nggak pernah anter aku pulang, apalagi jemput aku, oh.. iya atau main kerumah aku."
"Yas, aku deketin dia itu beneran karna iseng. Ya biar dia luluh aja, mangkanya aku bersikap gitu."
"Wow, semua cewek kamu perlakuin kayak gitu kak ? Hebat banget ya skill playboy kamu." sindir yasmin.
"Kan aku ada maunya yas."
"Tapi kenapa harus temen-temen aku sih kak ? Nggak ada yg lain apa ?" yasmin sudah tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.
"Dia cerita apa sama kamu yas ?"
"Ya dia bilang kamu anter dia pulang, jemput di stasiun, kamu main ke kosnya, terakhir sih dia bilang kamu nyoba pegang-pegang dan cium dia." yasmin menyebutkan semua yg dia dengar dari temannya itu.
"Hahaha... yas dia nggak sepolos yg kamu pikir." tawa ayden penuh dengan maksud tersembunyi.
"Maksud kamu gimana ?"
"Dia juga mau yas, kalo dia emang temen kamu harusnya dia nolak dong. Cowok mana yg nggak seneng kalo direspon mangsanya ?" tanya ayden.
"Aku nggak ngerti maksud kamu kak."
"Aku emang sempet nganterin dia pulang, terus aku tawarin jemput dia juga nggak nolak. Terakhir aku paksa main ke kosnya dengan alasan pinjem buku dia juga nggak nolak. Ya yg ada dia malah pake baju rumah yg menurutku 'mengundang'. Terus kamu salahin aku aja nih ?"
"....." yasmin diam saja mencerna kata-kata ayden, sambil menunggunya melanjutkan cerita.
"Waktu itu aku emang iseng ngajak kenalan, karna diantara kalian dia kelihatan menarik karna polos banget. Tapi setelah aku deketin lagi kayaknya aku salah menilai orang. Antara dia nikmatin dan polosnya dia tuh sama aja. Aku emang pegang tangan dia, tapi dia diem aja yas nggak nolak. Sambil ngobrol aku masih pegang tangan dia, waktu aku coba cium dia nolak."
"Kamu tertarik sama dia ?"
"Ya tertarik, cuma sebatas itu."
"Yaudah kamu sama dia aja, nanti juga lama-lama sayang. Toh kita juga nggak ada hubungan." jelas yasmin menahan kecemburuannya.
"Cemburu ya ?" tangan ayden mengusap puncak kepala yasmin.
"Ya lumayan sih." akhirnya yasmin mengatakan kecemburuannya itu.
"Aku seneng dengernya." lalu ayden mencium kening yasmin.
"Kalo paulina ? Kamu juga tertarik ?"
"Ya.... badannya oke sih."
"KAAAAK!!!!" teriak yasmin sambil memukul lengan ayden.
"Yas, aku deketin mereka bener-bener cuma ada maunya aja. Kalo pun mereka nggak mau, aku pasti nggak akan paksa."
"Waktu itu kamu paksa aku."
"Kalo kamu beda cerita yas." ayden mengecup singkat bibir yasmin.
Setelah mendengar semua cerita dari kedua pihak, perasaan yasmin lega. Karna menurutnya ayden salah, dhania juga bersalah. Tidak perlu ada yg dibela, tapi 1 yg pasti yasmin yakin pada kejujuran ayden saat melihat matanya.
**********