Malam itu Izma menangis dengan pilu, sang Ayah meninggalkan luka yang mendalam. Selain hutang diapun meninggalkan sebuah pesan agar Izma segera menikah dengan Azam. Azam adalah saudara angkat Izma. Mereka berbeda usia. Perbedaan mereka agak jauh sekitar delapan tahun.
Azam di sekolahkan oleh dokter Nuriel sampai akhirnya menjadi Dokter. Namun Izma sama sekali jarang bertemu dengan Azam karena Azam tinggal di asrama sedari dia kecil. Semua kebutuhan Azam dipenuhi oleh almarhum Dokter Nuriel. Sehingga pas ajal tiba Dokter Nuriel meminta Azam membalas jasanya dengan menikahi putri tunggalnya Izma Shania.
Azam sempat kebingungan dengan permintaan sang Ayah. Pasalnya dia baru menikah dengan Aliza dan baru mendapatkan seorang putri kecil berusia empat tahun. Aliza mengamuk ketika Azam meminta ijin untuk menikah lagi. Aliza menangis sejadi jadinya. Dia tidak mau suaminya menikah lagi. Dia tidak mau berbagi suami.
"Aku tidak mau Mas, aku tidak mau berbagi suami dengan siapapun." Aliza mengamuk dan melempar semua barang yang ada di hadapannya. Azam terlihat begitu frustasi dibuatnya. Azam begitu mencinta Aliza dan putrinya mawar. Tetapi Azam tidak bisa mengabaikan Izma begitu saja. Gadis itu tidak memiliki siapapun selain dirinya.
"Sayang, dengarkan aku, aku akan bersikap adil untuk kalian, dan perlu kamu ketahui kalo semua ini demi sebuah amanat Ayah!" Ucap Azam dengan penuh harap sang istri bisa mengerti semua kondisinya. Namun Aliza masih mengamuk dan terus menangis meraung Raung.
Azam memeluk sang istri dan mengecupnya untuk menenangkanya.
"Aku mencintaimu dan hanya kamu yang aku cintai sayang, kamu dan mawar adalah prioritasku, tapi perlu kamu tau, Izma adalah tanggung jawabku juga, kalau bukan karena Ayahnya Izma, aku tidak akan bisa seperti ini, aku tidak akan berhasil menjadi seorang dokter seperti ini sayang, kamu mengertilah posisiku!" Azam kembali mengecup kening sang istri dengan sangat lembut.
Aliza masih terisak dan memeluk sang suami dengan erat. Dia sungguh tak mau berbagi suami dengan wanita manapun. Dia sangat mencintai Azam. Mereka saling jatuh cinta dan menikah. Tidak menyangka hal yang sepedih ini akan tiba. Sebuah permintaan poligami dari mulut Azam sendiri. Sungguh sangat merobek hatinya.
Air mata Aliza seolah tak ada habisnya. Terus mengalir membasahi pipi manisnya. Wanita yang kini berusia dua puluh enam tahun ini adalah teman kuliah Azam di Harvar university. Mereka mengikat janji lima tahun lalu saat mereka masih kuliah. Dan Azam hendak lulus kedokteran. Tidak butuh waktu lama lahirlah seorang bayi cantik bernama mawar yang membuat hidup mereka lebih berwarna.
"Besok adalah hari ulang tahunku yang ke dua puluh delapan tahun, aku ingin kamu memberi kado untuku sebuah ijin untuk menikahi Izma , datanglah ke rumah almarhum Ayah, aku akan menikahi Izma besok , maafkan aku sayang, aku hanya mencintaimu, aku berjanji akan selalu memprioritaskan kamu dan mawar ."
Ucap Azam dengan lembut sambil memeluk sang istri.
Aliza yang masih terisak tak sanggup untuk berkata-kata. Istri mana yang tak sakit jika mendengar ucapan sang suami yang meminta ijin untuk menikah lagi. Tentunya hati wanita akan sangat perih mendengar itu semua. Sepeti halnya Aliza yang saat ini sangat terluka, seolah ribuan pedang menusuk ke dalam hatinya. Sangat sakit dan tak bisa di ungkapkan lagi.
"Kamu akan melakukanya walau tanpa ijinku?" Ucap Aliza dengan sangat lirih.
Azam menatap Aliza dengan iba. Azam mengangguk dan berkata
"Maaf, itu harus aku lakukan, rumah sakit harus aku ambil alih, untuk membereskan semua kekacauan ini, pihak Bank sudah menyita aset lainya bahkan akan segera menyita rumah Ayah, dan rumah sakit. Aku tidak bisa membiarkan Bank menyita rumah sakit juga, rumah sakit itu milik Ayah dan jerih payahnya Ayah dari nol. Karenanya aku harus mengambil alih rumah sakit. Dengan satu cara yaitu menikahi Izma, karena semua aset atas nama Izma, Izma tidak akan bisa menanggulangi semua ini." Ucap Azam pelan.
"Aku benci gadis itu, aku benci Izma." Teriak Aliza dengan Tangisanya .
"Sayang tenanglah, maafkan aku maafkan aku, aku akan merahasiakan pernikahan kami, hanya dokter senior dan direksi saja yang akan tau pernikahan kami, jadi di mata umum kamu adalah istriku satu-satunya." Ucap Azam kembali memeluk Aliza dengan erat karena Aliza mulai mengamuk kembali.
"Datanglah besok untuk memberi restu, maaf aku harus ke rumah Izma terlebih dahulu, aku mendengar dari bibi di sana Izma pingsan di kamar mandi." Ucap Azam. Lalu Azam segera pergi meninggalkan Aliza menuju ke rumah Izma yang jaraknya kira-kira setengah jam dari rumah Aliza.
Aliza menangis pilu melihat sang suami pergi. Luka hatinya begitu perih dan teramat dalam. Kecemburuan sudah mulai merasuki hawa tubuhnya. Dia sangat terkesan dengan semua rasa sakit ini. Poligami memang tidak akan ada indahnya. Seseorang pasti akan terluka. Apa dan bagaimanapun alasan berpoligami itu sangat tidak baik untuk kesehatan jantung dan hati.
Walau pilihan Azam untuk berpoligami bertujuan baik untuk menolong Izma, tetapi baik Aliza maupun Izma pasti akan sangat sakit dibuatnya. Kelukaan seorang istri yang di poligami akan sangat merusak jiwanya. Aliza seorang dokter yang cerdas dan berbakat pun kini roboh ketika sang suami meminta izin kepadanya untuk berpoligami.
"Mawar." Isak Aliza menyebut nama putirnya yang begitu cantik. Air mata Aliza terus mengalir dan tak ada hentinya. Rasa sakitnya bisa dia rasakan sampai ke tulang dan merasuk ke urat nadinya. Aliza berdiri dengan tubuh yang bergetar. Dia berjalan melangkah pelan menuju kamar sang buah hati. Disana terlihat Mawar dengan lelap tertidur manis. Aliza kembali menangis melihat buah cinta mereka.
Dia tak menyangka hatinya akan serapuh ini. Dia tak kuasa menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh aliran darahnya. Aliza kembali menangis sambil memeluk tubuh mungil sang buah hati. Kelukaanya teramat dalam. Perih dan amat sakit. Gadis kecil ini adalah buah cinta mereka yang kini menjadi penguat untuknya bisa tetap bertahan bersama dengan Azam. Aliza tak henti menangis. Tangisanya kini mulai pelan dan mulai diam karena Aliza sudah mulai memejamkan mata. Tubuhnya lelah karena terus menangis dan mengamuk. Kini Aliza terlelap sambil memeluk sang buah hati dengan mata yang masih basah.
Wanita itu sangat terluka dengan keputusan sang suami untuk menikah kembali. Dengan gadis yang lebih muda dan cantik. Hatinya begitu tercabik dan dia tak bisa menahan rasa sakit itu. Kini Aliza hanya bisa pasrah saja kepada keputusan yang Azam ambil. Tujuan Azam memang baik. Tetapi tidak ada poligami yang indah. Tetap saja menyakiti hati.
Bersambung.
Kakak tolong kasih batu kuasa kakak buat Dokter Izma ya.