Chereads / Dokter Izma / Chapter 6 - Dua Tahun Lalu, 2

Chapter 6 - Dua Tahun Lalu, 2

Azam dengan cepat melajukan sedan hitamnya menuju ke mansion milik almarhum Ayah angkatnya. Disana sudah ada bibi menunggu dirinya.

"Apa yang terjadi bi?" Azam berkata dengan cemas.

"Non Izma ,dia pingsan di kamar mandi Tuan, sepertinya dia sangat stres sepeninggal Tuan besar."

Tutur bibi .

"Apa ada orang yang datang kesini?"

Tanya Azam sambil berjalan menaiki tangga.

"Ada pihak Bank mengatakan bahwa rumah ini akan di sita Tuan, dan Nona terlihat sangat terpukul."

Ceklek.

Azam masuk ke dalam kamar Izma. Tercium wangi melon di dalam kamar tersebut. Suasana penuh warna hijau mewarnai seisi kamar. Azam sudah lupa kapan terakhir Azam masuk ke dalam kamar ini, saat itu Izma dan Azam bahkan tidak pernah saling bertegur sapa karena Ibunda Izma yang membatasi Azam untuk dekat dengan Izma.

Azam sama sekali lupa dengan faras wajah sang adik. Adik angkatnya yang kini akan segera menjadi istrinya.

"Itu Izma?" Tanya Azam sambil melihat ke arah bibi dan menunjuk ke arah gadis yang kini tengah berbaring lemah tak berdaya. Bibi mengangguk lalu bibi segera pergi meninggalkan Azam dan Izma berdua.

Azam melihat betapa cantiknya faras Izma. Dengan posisi tidur seperti ini gadis itu seperti seorang bidadari yang tengah tertidur. Bulu mata yang lentik, alis yang tebal dan hidung yang mancung membuat Azam menelan Saliva. Azan melihat bibir Izma yang merah alami serta kulit yang sangat putih seperti susu sudah membuat Azam takjup dan terpesona dibuatnya.

"Izma, kamu tumbuh menjadi gadis secantik ini." Ucap Azam dalam hatinya. Azam lalu melakukan pemeriksaan pada Izma. Memulai Dengan memeriksa tekanan darahnya , suhu nadi dan respirasi.

Azam lalu memberikan kapas Alkohol pada hidung Izma.

"Emmhh." Leguh Izma mulai sadar. Azam sudah duduk di samping Izma dan memperhatikan Izma yang mulai siuman dari pingsan.

"Kamu sudah bangun?" Azam bertanya pada Izma. Azam menatap Izma dengan sangat inten. Azam masih takjup melihat adiknya bisa menjadi secantik ini. Izma layaknya seorang model. Tidak ada cela dan cacat sedikitpun. Izma benar-benar bisa membuat kaum Adam tertarik dan mungkin jatuh cinta pada pandangan pertama. Begitu pula dengan Azam. Azam tertarik dengan Izma pada pandangan pertama.

Namun semua itu bukanlah sebuah rasa cinta. Azam hanya tertarik saja. Karena rasa cinta Azam sudah habis untuk Eliza.

"Kamu siapa?" Ucap Izma dengan suara yang lemah.

"Aku Azam, kakak mu." Ucap Azam sambil menetap Izma peluh.

"Kamu, kamu itu, anak angkatnya Ayah?" Ucap Izma pelan. Azam mengangguk dan tersenyum tipis.

"Maaf aku baru bisa menemuimu, aku sibuk mengurus pemakaman Ayah sampai lupa menyapamu, Dek."

Izma langsung menangis dengan segukan. Izma terbangun dan langsung memeluk sang kakak dengan tangis bahagia.

"Aku pikir aku sendirian di dunia ini, aku sangat takut, aku takut kak." Tangis Izma tak Ter elakan lagi. Azam hanya terdiam menerima pelukan dari Izma. Azam merasa jantungnya berdebar ketika Izma memeluknya seperti itu.

"Jangan menangis lagi, aku berjanji pada Ayah , bahwa aku akan selalu menjagamu." Ucap Azam membalas pelukan sang adik dengan lembut.

Izma masih belum tau kalo Azam adalah calon suaminya. Izma berfikir bahwa Azam hanya akan menjadi kakaknya saja. Karena itu Izma begitu bahagia karena mendadak memiliki seorang kakak.

"Kamu bisa bangun, sebentar lagi akan ada pengacara mengumumkan soal hak waris." Ucap Azam pelan, sambil menatap Izma dengan penuh iba.

"Aku masih lemas kak, tunggu beberapa menit lagi." Ucap Izma pelan. Azampun mengangguk. Dan masih memeluk Izma lembut. Sepuluh menit kemudian Azam memapah Izma turun ke lantai bawah. Disana sudah ada pak Roni seorang pengacara. Beliau pengacara pribadi almarhum Dokter Nuriel. Izma duduk dekat dengan Azam. Izma bersandar di bahu Azam karena kepala Izma masih terasa pening.

Pak Roni lalu membacakan semua pesan almarhum dokter Nuriel.

"Mengatakan bahwa seluruh aset milik pribadi semua akan jatuh kepada Izma." Ucap pak Roni .

"Tapi bagaimana dengan hutang Ayah?" Izma mulai mengisak.

"Karena itulah Nona Izma harus segera menikah dengan Dokter Azam untuk menyelamatkan aset yang kini sisa satu yaitu rumah sakit. Jika anda tidak menikah dengan Azam maka pihak direksi akan mengganti CEO oleh dokter lain yang bukan keluarga kita." Ucap Pak Roni  tegas.

Izma tersentak mendengar ucapan Pak Roni yang mengharuskan dirinya menikah dengan Azam. Izma yang sedang bersandar kepada Azam kini menjauhi Azam.

"Kenapa, tidak mau?" Ucap Azam pelan sambil menatap Izma .

Izma terdiam dalam kebingungan.

"Bukankah kakak sudah menikah dan punya seorang anak, aku sempat mendengar Ayah begitu senang saat mendengar berita kelahiran putri kakak." Ucap Izma dengan mata yang berkaca-kaca. Azam mengangguk halus. Sambil terus menatap Izma inten.

"Aku akan menjadi istri kakak, dan menyakiti hati kakak ipar?" Izma mulai cemas dan air matanya menetes membasahi pipi putihnya.  Azam lalu memeluk Izma lembut.

"Tidak ada jalan lain selain kita menikah, rumah sakit akan terselamatkan, kamu akan terus sekolah, dan kakak janji kamu akan tetap menjadi nona muda dan bukan istri muda." Ucap Azam.

"Maksud kakak?" Izma masih kebingungan Dengan ucapan Azam.

"Kamu bebas tinggal di mana pun yang kamu mau, aku tidak akan mengekang, kamu boleh melanjutkan sekolah di luar negri, aku akan merahasiakan pernikahan kita." Azam berbisik lembut.

"Be, benarkah, apa , apa aku boleh berteman dengan laki-laki?" Izma berkata penuh harap.

"Boleh, asal kamu tidak melewati batas, kamu boleh berteman tetapi kamu harus ingat bahwa kamu adalah istriku, sejauh apapun kamu bermain, ingatlah ada suamimu di rumah." Tutur Azam.

Izma pun begitu senang mendapat kebebasan seperti itu. Izma akan tetap bisa sekolah dan menikmati masa mudanya dengan bebas tanpa kekangan walaupun Izma sudah menikah. Izma menyetujui pernikahan itu. Izma sendiri merasa Azam datang sebagai penyelamat dalam hidupnya. Perahu yang yang hampir karam kini sudah ada penyelamat hidup.

"Besok kita akan menikah." Ucap Azam pelan.

"Apa, secepat itukah?" Izma tersentak . Azam mengangguk dengan senyuman. Azam memang sangat tampan. Namun sayang ketampanan Azam belum bisa membuat Izma jatuh hati padanya. Izma tetap merasa terpaksa menikahi Azam. Karena Izma masih belia. Dan Izma hanya menganggap Azam sebagai seorang kakak saja.

"Semakin cepat semakin baik, aku akan mengundang beberapa direksi untuk menjadi saksi pernikahan kita, dan_." Ucapan Azam terhenti.

"Dan apa?" Tanya Izma.

"Dan besok, sepertinya Aliza dan anaku mawar akan ikut hadir juga."

Deg.

Izma merasakan aura ketakutan mendengar ucapan yang Azam lontarkan barusan. Izma masih belum siap untuk membuat hati perempuan lain tersakiti. Tetapi apalah daya dirinya tidak bisa berbuat apapun lagi. Karena hanya inilah jalan yang terbaik untuk dirinya.

Bersambung.

Hallo kak sudah aku putuskan aku akan mengulangi lagi dari dua tahun yang lalu, karena kasian pada pembaca baru.

Salam sayang dariku.

Evangelin Harvey.