"Alfian!" terdengar suara yang begitu kencang dari arah belakang Alfian berjalan saat menyusuri koridor panjang.
Dan Alfian hanya menghela nafas kesal, juga bercampur lelah. 'Pengganggu telah datang.' batin Alfian kesal.
Yah. Siapa lagi kalo bukan Debby Ayunda Sekar Kinasih. Gadis yang sejak dahulu kala selalu mengintilinya kemanapun Alfian pergi pasti ada Debby yang menemani. Padahal demi apapun. Alfian tidak butuh akan hadir, atau tidaknya seorang Debby.
Gadis itu sendiri sudah di klaim oleh Alfian sebagai gadis pengganggu dalam hidupnya. Namun, apa yang telah dikatakan Alfian sama sekali tidak digubris oleh Debby. Yang terpenting baginya adalah ia selalu bersama dengan Alfian. Bagaimanapun caranya.
"Al! Tunggu! Alfian tunggu! Fiaann ...!" kembali Debby meneriaki Alfian. Dan kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya.
Sampai-sampai mahasiswa yang sedang melewati koridor kampus menatap Debby dengan pandangan penuh bertanya.
Diantara mereka banyak yang mencibir, juga menaruh belas kasihan kepada Debby. Sebab yang dipanggilnya sadari tadi sama sekali tak menggubris panggilan tersebut.
"Alfian tunggu ...!" jerit Debby kembali. Dan itu membuat langkah Alfian seketika terhenti.
Sambil mendengkus kasar. Alfian membalik tubuh tegapnya, dan menatap Debby dengan mata yang berkilat tajam seperti memendam amarah.
Senyum manis Debby seketika melebar saat Alfian berhenti berjalan, dan sekarang telah menatapnya dengan raut wajah yang tak bersahabat. Dan itu membuat Debby seketika mengerucutkan bibirnya.
"Al ...." panggil Debby pelan. Nafasnya masih tersenggal-senggal.
Menatap sinis kepada Debby. Alfian pun berkata, "paan? Lemot banget lo mau ngomong aja," ketus Alfian.
Bibir Debby semakin mengerucut. Dan ia pun langsung mengambil sslangkah maju untuk lebih dekat lagi dengan Alfian.
Seperkian detik gadis itu langsung menghamburkan diri ke dalam pelukan Alfian. Ralat, ia yang memeluk tubuh Alfian dengan begitu erat. Bahkan sangat erat hingga membuat Alfian terkesiap, dan Mengernyit dahi akan sikap Debby kali ini.
*****
Mata Debby memanas saat memandang wajah rupawan milik Alfian. Pria muda yang selama ini sudah berhasil mengisi hati seorang Debby dengan bigitu rapat.
Rindu, dan rasa sakit yang kini menghinggap dalam dada seketika meluap entah kemana saat ia telah memandang wajah yang dirindukan itu.
'Sumua akan baik-baik saja, yah akan baik-baik saja,' batin Debby lirih.
Debby yang sudah tak tahan akan beban yang ia pikul sendiri pun langsung memeluk tubuh Alfian dengan mata yang memerah, dan bilir bening telah berjatuhan satu persatu.
Entahlah yang ingin Debby lakukan saat ini hanyalah memeluk lelaki yang telah menjadi obat penawar dikala ia tidak diinginkan.
Sungguh. Ia begitu membutuhkan sosok yang bisa menerimanya untuk bersandar di saat semua orang pergi meninggalkan.
"Untuk kali ini saja," bisik Debby lirih tepat di samping telinga Alfian. Tubuhnya bergetar, dan bulir bening semakin deras berjatuhan.
"Biarkan seperti ini. Untuk kali ini saja," lirih Debby kembali. Suara yang keluar dari bibirnya begitu serak seolah sedang menahan sesuatu untuk tidak meledak sekarang juga.