"Sial. Kenapa aku terlihat begitu menyedihkan tadi di depan Alfian?" gerutu Debby sambil mengaduk-aduk minuman yang ada dihadapannya dengan sedotan.
Saat ini Debby berada di kantin kampus. Cukup sepi mengingat ia sengaja keluar lebih dulu dari yang lain, dan memilih mangkir di kantin untuk menyegarkan daya pikirnya.
Dengan muka ditekuk, dan mata yang sembab Debby terus berkomat kamit tiada henti. Kekesalannya semakin menjadi saat tiba-tiba saja kedua sahabatnya datang mengagetkan dirinya.
Debby menatap tajam ke-dua sahabatnya itu. "Bisa nggak sih, nggak usah ngagetin orang?!" geram Debby dengan memegang dadanya yang kini berdetak lebih cepat.
Sedang Ani, dan Syifa hanya terkekeh geli melihat tingkah sahabatnya yang menurut mereka begitu menggemaskan.
Ani, dan Syifa yang begitu gemas melihat raut wajah yang ditunjukkan Debby pun langsung mencubit ke-dua pipi Debby di masing-masing sisi.
"Gemes banget sihh ...," ucap Ani, dan Syifa serentak.
Debby mendesis sinis, dan menghempaskan lengan Ani, dan Syifa dengan kesal dari ke-dua pipinya.
"Nggak usah pengang-pengang. Tangan kalian berdua kotor," ucap Debby dengan mata yang melotot galak kepada ke-dua sahabatnya itu.
Yang bisa dilakukan Ani, dan Syifa hanyalah menggelengkan kepala dengan pelan, dan tertawa kencang setelahnya.
"Abisnya elo tuh kenapa lagi sih? Dari tadi muka lu tuh kayak hantu. M-E-N-A-K-U-T-K-A-N," seru Ani dengan menekan kata yang paling akhir.
Syifa hanya bisa terbahak saat mendengar ucapan sahabat satunya itu. Dan seketika tawa mereka berdua terhenti saat mulut mereka dibungkam dengan satu kepalan tisu di masing-masing bibir mereka berdua.
"Makan tuh tisu," ketus Debby dengan jengkel.
"Dih. Gitu aja Bu bos marah," sindir Ani, dan Syifa kompak.
"Masalah buat elo berdua, hah?"
"Iyah. Masalah banget." Giliran Syifa yang mengambil alih menjawab pertanyaan Debby dengan ketus, dan muka yang judes.
"Gue nggak ngerasa gitu tuh." Debby membalas dengan wajah tanpa dosa, dan mulai memainkan ponselnya kembali dengan santai.