(Kejadian Sebelum Vino Pulang Ke Rumah)
---
Aku hanya diam di toilet, setelah melihat Daniel di balkon tadi. Dia juga melihatku, namun dengan pandangan yang sayu... Aku hanya merasa bahwa ini semuanya menjadi semakin riuh dengan adanya Daniel masuk ke dalam hidupku lagi.
Ya Tuhan mengapa semua ini terjadi di dalam hidupku, sesuatu hal yang sudah aku kubur sudah lama dulu tiba-tiba sekarang muncul kembali dalam keadaan aku tidak ada rasa sama sekali dengannya.
Hell Vino... Itu tiga tahun lalu lamanya, pada waktu aku masih ingusan dan gak ngerti apa itu arti sebuah pacaran.
Namun mengapa dia begitu terlalu serius menanggapi semua perasaan yang tumbuh di antara kami berdua pada waktu itu. Ya memang aku salah, terlalu menanggapi perasaan Daniel pada waktu itu, karena aku pikir dia hanya seorang bule yang iseng aja.
Namun setelah tahu sekarang ternyata perasaan dia masih ada, apa yang harus aku lakukan.
Tidak tega rasanya, melukai seseorang yamg dulu sempat membantuku dalam menjalani hidup...
Aku memang sering bertukar foto dan video call dengannya di Instagram waktu itu, mangkanya aku tidak lupa pada waktu aku melihat wajahnya untuk pertama kalinya setelah tiga tahun tidak pernah kontak sama sekali. Dan memang dia dulu juga pernah mengatakan kepadaku bahwa dia memiliki saudara kandung yang jaraknya tidak jauh beda dengannya, hanya selisih satu tahun saja. Namun saat itu aku masih bersikap tidak mau terlalu peduli dengan kehidupan orang lain.
Bagaimana ini, aku jadi serba salah dengan semua ini, dan siapa juga yang tahu bahwa ini semuanya akan terjadi. Aku juga tidak menginginkan semuanya ini terjadi.
Hanya diam di toilet Vino menyandarkan kepalanya di tembok yang berada di sebelahnya. Mengingat masa lalu membuatnya bingung akan perasaannya sekarang.
Tak sadar air mata menetes darinya, Isak tangis tidak bisa tertahan olehnya. Ingin mengadu kepada Kakaknya, namun rasanya masalahnya terlalu rumit untuk di ceritakan.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu hal yang sempat di janjikan oleh Daniel padanya.
Ya Tuhan, jangan bilang dia menepati janji yang pernah kita buat dulu?. Batin Vino kaget dengan mata membelalak sembari menggigit jemarinya.
Tiga tahun lalu mereka berdua pernah mengikat sebuah Janji yang di ikrarkan pada waktu malam tahun baru.
Mereka berbincang melewati video call di Instagram.
"Hey You know Indonesia is verry cool, Look the Firework, so beautiful!" Ucap Vino sambil menunjukkan Kembang api yang dia lihat sekarang.
"Wow, Really... I want to go there!" Jawab Daniel menyeringai.
"Ya, You Should move in here, And Stay with me!" Jawab Vino dengan Ceplas Ceplos.
"I Will, U must Wait me... I will go there to meet U and u must Promise me!"
(Suara Hp Mati)
Namun rasanya momen itu tiba-tiba hilang seketika pada saat, Hp Vino tiba-tiba mati karena baterainya habis.
Padahal ada satu hal yang ingin dia katakan kepada Daniel.
Bahwa selama ini dia sebenarnya menganggap Daniel hanyalah seorang kakak yang baik baginya!
Dari malam itulah, Vino tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Daniel. Karena pertama Mama nya mendapatkan suami baru dan Vino juga takut dengan apa yang di katakan oleh Daniel begitu bersungguh-sungguh.
Namun ternyata tidak di sangka, Daniel mengambil semua itu terlalu dengan serius hingga saat ini akhirnya dia benar-benar pindah ke Indonesia hanya untuk Bertemu dengan Vino...
Okay Vino tenang, tenang okay. Kamu pasti bisa meyelesaikan masalah ini. Batin Vino menyemangati dirinya sendiri.
Tak lama kemudian dia langsung bangkit berdiri dan memutuskan untuk keluar dari kamar mandi. Namun sebelum dia keluar, dia berkaca terlebih dahulu, mencoba menyembunyikan mata sembabnya dengan cara mencuci mukanya.
Setelah itu dia langsung keluar dan pada waktu membuka pintu, tiba-tiba Bryant sudah ada di hadapannya sekarang.
"Ahh Bryant kamu buat aku kaget aja!"
"Hei, Tell me What's going on?" Tanya Bryant sambil memegang kedua lengan Vino.
Namun Vino hanya diam, tidak bisa mengungkapkan masalah itu secara langsung kepada Bryant. Karena dia tahu bahwa dia satu keluarga dengan Daniel, gak mungkin dia cerita tentang apa yang terjadi saat ini.
Karena tak mampu menahan, Akhirnya air mata Vino pecah lagi, hingga dia terisak-isak menangis.
Namun Bryant tidak tinggal diam, dia langsung meraih Vino dan memeluknya dengan erat.
Satu hal yang di lakukan Bryant adalah, setidaknya Vino bisa meredakan semuanya dalam pelukkannya.
"Is okay, Am Here For You No matter happen!"
(Is Okay, Aku disini untukmu apapun yang terjadi!)
Vino hanya bisa berserah diri membiarkan dirinya tenggelam dalam pelukannya Bryant. Setelah rasanya puas menangis dalam pelukannya Bryant, Vino melepaskan pelukannya dengan perlahan.
Namun di waktu itu, pada saat Bryant melepaskan pelukannya dia langsung mencium dahi Vino dengan lembut. Vino tidak berkutik dia hanya bisa diam dan memejamkan matanya.
"Daniel!"
Ciuman itu terlepas setelah Vino menyadari bahwa Daniel melihat mereka berdua dari pintu kamar Bryant yang tidak tertutup itu.
Daniel yang melihat itu, Langsung memalingkan wajahnya dan kemudian pergi menuju kamarnya.
BRAKKK
Suara pintu yang terbanting keras itu menggema di ruangan rumah Bryant.
"Bryant Aku harus pulang sekarang!"
"Tapi,.."
"Please aku butuh waktu sendiri!" Ujar Vino sambil nangis meninggalkan Bryant di kamarnya, dan langsung bergegas pergi meninggalkan rumah Bryant.
Tanpa menoleh ke belakang Vino langsung bergegas pergi pulang ke rumah.
Selama di perjalanan pulang, dia hanya bisa menangis dan menangis. Nyetir motor ngebut agar sampai rumah cepet.
Setelah sampai di halaman rumah dia langsung Memarkir motornya dan langsung berlari menuju ke pintu yang terpampang di depannya sekarang.
Namun pada saat dia membuka pintu, ternyata Tristan sudah berada di balik pintu tersebut.
Mati gue, kenapa kak Tristan disini sih! ujarnya dalam hati.
(Kejadian Sesudah Pulang Ke Rumah)
---
Tidak tahu entah mengapa tangisan yang aku coba tahan, malah menjadi pecah setelah kak Tristan mengatakan hal tersebut.
Kak Maafin aku ya, karena aku jengkel sama kamu. Aku gak sanggup mengatakan hal itu padamu sekarang, karena aku benar-benar sudah salah karena marah denganmu tadi malam.
Vino hanya bisa membatin apa yang ia rasakan pada saat berada di dalam pelukannya Tristan.
"Aku sayang sama kamu!" Ujar Tristan sambil mengelus kepala Vino lembut.
"Aku juga sayang sama kakak!" balas Vino sambil memeluk erat tubuh kakaknya itu.
"Ayo masuk ke dalem!?" Ucap Tristan pelan.
Vino hanya bisa menganggukkan kepalanya pelan menuruti apa yang di katakan oleh kakanya itu.
Mereka berdua langsung menuju ke kamar Vino, setelah sampai di kamar Tristan melepaskan tas yang di pakai oleh Vino dan menaruhnya di meja belajar Vino.
Setelah itu dia langsung mengantarnya duduk di ranjang.
"Kamu istirahat gih, dari pada sakit nanti, gak cerita sekarang gak papa, yang penting kamu jangan terlalu kepikiran. Kakak mau mandi dulu!" ujar Tristan sembari berjalan hendak keluar dari kamar Vino.
"Kak!"
"Ya, ada apa?"
Vino tidak menjawab pertanyaan dari Tristan dia hanya diam dan merebahkan dirinya ke ranjang.
"Ada apa?" tanya Tristan sambil mendekat ke arah Vino dan duduk di ranjang sebelah Vino berbaring.
"Bolehkah aku meminta pelukan sekali lagi sebelum kakak mandi?" Tanya Vino malu-malu.
"Tentu saja!"
Tristan langsung meraih tubuh Vino dan memeluknya dengan erat.
Mereka berdua terlihat begitu romantis saat ini, serasa dunia memudar dan dimiliki oleh mereka saja...
Tak di sangka tiba-tiba Vino mencium dengan lembut pipi dekat dengan bibir Tristan. Momen itu membeku beberapa saat, hingga akhirnya Vino melepaskan ciumannya dan langsung menutupi dirinya dengan selimut.
Tristan hanya bisa senyum-senyum sendiri sambil memegangi pipinya bekas ciuman dari Vino.
"Aaa.. aku mandi ddu.. lu" Ucap Tristan terbata-bata sambil meninggal kamar adiknya itu.
.
.
.