Chereads / My Deadly Beautiful Queen / Chapter 24 - Jadilah Milku!

Chapter 24 - Jadilah Milku!

"Sudah siap? Kau sudah merencanakan semua ini?"

Huo menatap tajam kepada Raja Artha Pura. Wajahnya tak berubah ataupun terkejut mendengar perkataan Huo.

"Bisakah kita bicara?", tanyanya padaku.

Dalam ketidak yakinan aku meminta Huo pergi meninggalkan kami.

"Tidak peru cemas, dalam keadaan ini justru Raja Artha Puralah yang seharusnya takut. Ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bukan? Bahwa aku ini wanita yang dikutuk. Aku tidak bisa mati. Dan terlebih, ia juga sudah melihatku membunuh beberapa orang penting hari ini. Jadi apa yang kau takutkan?"

"Hamba mengerti", jawab Huo dan kemudian ia pergi.

Raja Artha Pura menunggu pintu kembali tertutup sebelum ia mulai bicara.

"Apa kalian mencurigaiku?", tanyanya lugas.

"Yang Mulia, tidak ada yang mencurigai anda. Kami tiap anggota keluarga kerajaan masing-masing memiliki kisahnya sendiri. Aku yakin, waspada seharusnya menjadi bagian dari nama kita semua."

" Ha ha ha , Kau benar." jawabnya. "Dan menjawab pertanyaan kaki tanganmu, aku memang merencanakan semua ini. Jauh sebelum hal ini terjadi." Katanya lagi.

Tanpa rasa takut dia mendekatiku, tiba-tiba saja ia memeluk dan menciumku.

"Menikahlah denganku", ujarnya.

"Ha? Apa Yang Mulia Raja Artha Pura lupa siapa aku ini? Aku adalah wanita iblis yang tidak bisa mati saat ini. Dan lebih lagi, aku bisa dengan mudah membunuh siapapun yang aku mau. Bahkan kau lihat sendiri, aku melukai penerus tahta dengan sangat mudah. Apa kau sudah lupa semua itu?"

Ia memiringkan kepalanya dan tak berhenti menatapku.

"Benar, tapi kau harus tau. Aku memang membawamu ke pulang bersamaku. Bahkan sebelum insiden ini terjadi. Aku yakin, kau pasti ingat kapan kita pertama kali bertemu bukan?"

Aku mencoba mengingat.

"Oh, saat aku ribut dengan salah satu selir ayahku bukan?"

Raja Artha Pura membenarkan jawabanku.

"Saat itulah, aku segera tahu dan memutuskan untuk membawamu ke istanaku. Tak peduli siapa dan bagimana kau menjalani hidupmu, aku hanya ingin kau tahu. Aku mencintaimu."

Jadi bagiamana aku harus bereaksi? Terkejut? Menangis atau.

"Ku rasa ini adalah efek dari kutukan Selir Njoo." Jawabku singkat. "Kau tiba-tiba jatuh cinta dengan wanita kejam sepertiku."

"Apa?", jawabnya terkejut.

Aku turun dari tempat tidurku, aku mendekatinya dan mencoba mengintimidasi dengan tatapanku. Orang lain, pasti akan merasa takut dengan aku mengitari tubuh mereka.

"Ku dengar, Selir Njoo sangat dicintai oleh ayahku. Sehingga, meskipun ia telah mencoba membunuh permaisuri tak seorang pun menganggapnya bersalah. Terutama ayahku. Bukankah kau sudah dengar sendiri? Yang Mulia Kaisang Yang bahkan ingin membunuhku setelah aku membunuh Selir Njoo. Jadi kesimpulanku adalah, kau tidak benar-benar menyukaiku. Ini hanya efek dari kutukan."

"Benarkah?", katanya meraih tanganku dengan kuat. Aku mencoba menyingkirkan tangannya tapi tidak bisa.

"Aku bahkan sudah mencintaimu sejak pertama melihatmu. Apa kau lupa? Aku bahkan telah memintamu menjadi isteriku kepada ayahmu, sebelum kau membunuh Selir Njoo. Jika memang ini efek dari kutukan seperti yang kau katakan, ku rasa ini akan sangat bagus sekali. Kau tahu kenapa?"

Tak mengerti alasanya aku hanya mengulangi kata-kayanya sebagai pertanyaan.

"Mengapa?"

Ia meraih tanganku yang lainnya.

"Itu artinya, aku akan semakin mencintaimu di dalam istanaku. Biarkan kutukan itu membuatku semakin mencintaimu. Maka kita lihat, apa yang akan terjadi."

"Yang Mulia, lepaskan aku!"

Ia tak mendengarku dan ingin meraih tubuhku. "Huo ada di luar, jika kau macam-macam denganku, ia akan membunuhmu dengan cepat!"

"Kenapa aku harus takut pada Jenderal Huo?", tanyanya.

Ia benar, seorang raja akan dapat membunuh siapa saja dengan mudah.

"Aku sudah bertunangan dengan Pangeran Edward dari Skanidavia."

Ia melepaskanku dan terlihat kecewa.

"Kau?"

"Benar Yang Mulia, saya sudah bertunangan dengan Pangeran Edward dari Skanidavia. Ia memang tidak akan naik tahta. Tapi, kami telah bertunangan."

Ia terlihat marah.

"Apa kau kira aku tidak tahu?", tanyanya balik.

Dia tahu? Aku bahkan hanya berbohong. Pangeran Edward, tidak benar-benar menginginkanku. Ia takut terhadapku. Meski ayahnya menginginkan aku menikah dengannya, tapi Edward sendiri takut kepadaku. Bagimana tidak, ia melihatku membunuh dengan mata kepalanya sendiri saat kunjungannya padaku. Semantara bagi Kaisar saat itu, lebih baik segera menyingkirkanku dari pada terus di istana dan menebar ketakutan.

"Aku tahu dan sudah menyelidiki hal ini. Kurasa, Edward yang kau sebut namanya, tidak sepadan denganku. Ia terlalu lemah. Seorang dari benua Eropa yang hanya mengerti kesenian. Dia bukanlah laki-laki."

"Apa kau laki-laki?", sindirku lagi.

"Siane Yang, aku sama sepertimu. Aku membunuh banyak orang dalam hidupku. Semua wanita memang menginginkanku, tapi mereka semua tak bisa memahamiku. Aku yakin, dengan kau berada di istanaku. Kau akan memahamiku lebih lagi. Kau adalah orang yang pandai, dan mengerti semua hal dengan baik. Dan terlebih lagi, aku mencintaimu. Aku kan melindungimu, tak akan ada satu hal pun terjadi dalam hidupmu. Jika ayah bodohmu itu membuatmu menderita. Itu tidak akan terjadi jika kau menjadi isteriku." Katanya.

"Aku memliki kekayaan yang cukup untuk membuatmu bahagia, aku memiliki kekuasaan dan tidak akan ada seorang pun berani menyentuhmu jika kau berada di siniku. Jadi", katanya lagi.

"Menikahlah denganku."

Pria ini, ia tidak akan pergi jika aku tak menyetujuinya. Terlihat jelas, bahwa ia tidak sedang bercanda. Ia serius. Apa jadinya jika aku menolaknya? Tapi menerimanya juga bukan pilihan yang bagus.

"Apa yang kau tunggu?" tanyannya lagi sambil mengulurkan tangannya.

Aku mengambil kursi dan duduk untuk mengulur waktu sambil berfikir. Aku harus menemukan alasan tepat untuk membuatnya pergi.

Cinta? Huh, apa cinta bisa membuatmu bahagia?

"Apa yang membuat Raja Artha Pura berpikir, aku akan mau menjadi seorang selir?"

Ia menarik tangannya. Terlihat sudah, ia tidak memikikran hal itu sebelum bertanya kepadaku. Seorang Raja? Tentu ia tidak naik tahta tanpa seorang Permaisuri. Jadi apa yang akan kau katakan, Yang Mulia Raja Artha Pura?

"Kau tahu, aku bukan seorang yang bisa ditindas. Menjadikanku Selir, hanya akan membuat orang lain menindasku. Aku tak suka ditindas, aku akan menyebabkan kekacauan di istanamu. Aku yakin, Yang Mulia Raja Artha Pura tak ingin kehilangan kekuasaan hanya karena wanita sepertiku bukan? Mengingat Yang Mulia telah banyak mengorbankan banyak nyawa untuk mencapai semua ini."

Aku berdiri dan mengembalikan kursi ke posisi awal. Aku berjalan perlahan sambil terus menyindirnya. Aku bermaksud keluar dan pergi dari kamar ini, agar aku bisa bebas darinya.

"Yang Mulia lihat sendiri, saat pertama kali bertemu. Meski aku sudah kehilangan gelar bangsawan, aku masih berani melawan seorang Selir Agung. Apa jadinya, jika aku menjadi Selir? Bisa-bisa aku akan membunuh Permaisuri anda. Atau mungkin, Putra Mahkota Anda."

"Tunggu!" katanya padaku, dengan nada memberi perintah.

"Jika kau memang bisa merebut jabatan Permaisuri dengan usahamu, aku akan sangat bersyukur."