Chereads / MY OLD MAN : CINTA KARENA TERBIASA / Chapter 3 - YANG TERLUPAKAN

Chapter 3 - YANG TERLUPAKAN

"Nayla terdiam sejenak, saat mendengar kode yang di berikan Ardian kepadanya.

"Kode angkanya kenapa sama dengan tanggal kelahiranku ya?" tanya Nayla dalam hati.

"Ada apa Nay? kenapa kamu diam saja?" tanya Ardian mengamati wajah Nayla dalam-dalam.

Ardian sedikit kuatir masalah kode yang dia pakai untuk ponselnya, memang kode yang dipakainya adalah tanggal lahir Nayla.

Nayla yang awalnya bertanya-tanya dalam hatinya, tak terlalu perduli lagi toh itu bisa kebetulan saja.

"Ini Pak, sudah aku hubungkan dengan Mak Jum pijat." ucap Nayla memberikan ponselnya pada Ardian.

Ardian menerima ponselnya dengan hati yang sangat lega.

Setelah beberapa detik, panggilan Ardian terangkat.

"Mak Jum." panggil Ardian.

"Ya Pak Lurah, apa ada hal penting pak Lurah?" tanya Makjum.

"Apa Mak Jum bisa ke sini? tangan kanan aku sepertinya terkilir Mak." ucap Ardian menjelaskan tujuannya.

"Baik Pak Lurah, saya segera ke rumah Pak Lurah." Jawab Mak Jum di sana.

"Aku tunggu ya Mak Jum." ucap Ardian seraya menutup ponselnya.

"Trimakasih ya Nay, sudah membantuku." ucap Ardian seraya mencoba untuk duduk bersandar.

"Sama-sama Pak, Oh ya Pak boleh saya ke dapur untuk mengambil air putih, saya sedikit haus pak." ucap Nayla sedikit sungkan karena harus meminta minum pada Tuan rumah.

"Maafkan aku, tidak menjamu kamu Nay, kamu bisa kan ambil sendiri di belakang, kalau ingin sesuatu yang lainnya semua sudah ada di dalam kulkas?" tanya Ardian dengan perasaan yang tidak karena tidak bisa menjamu Nayla dengan baik.

"Apa tidak apa-apa, kalau aku mengacak-acak dapur bapak?" tanya Nayla yang juga merasakan lapar.

Ardian tersenyum lembut.

Nayla melihat ada kebahagiaan terpancar di wajah Ardian yang terlihat begitu sabar.

"Anggaplah ini rumahmu sendiri, kamu bebas melakukan hal apapun." ucap Ardian.

Nayla menelan air ludahnya dengan pikiran yang sama sekali tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Kenapa Ardian mengatakan seperti itu, sedangkan dirinya sama sekali tak mengenal Ardian." batin Nayla dalam hati.

Membalas dengan sebuah senyuman, Nayla keluar kamar dan berjalan mencari-cari tempat dimana dapur berada.

Melewati ruang tengah Nayla melihat sebuah piano besar di sudut pojok ruangan, dinding ruangan yang berwarna biru ocean terpasang banyak foto-foto yang rapi dengan bingkai pigora yang terlihat sangat klasik.

Dengan rasa penasaran Nayla berjalan mendekat dan melihat foto-foto yang terpasang di dinding tersebut, terlihat seperti foto-foto lama dengan warna gambardi buat hitam putih.

Nayla sedikit merasa aneh karena foto-foto tersebut lebih banyak foto kegiatan sekolah di tempat sekolah yang Nayla rasa sangat mengenalnya.

"Bukankah ini sekolahku waktu aku SMA dan ini seperti kegiatan kesenian." gumam Nayla yang semakin heran dengan apa yang di lihatnya.

Di tiap foto kegiatan tersebut selalu ada foto dirinya walaupun foto itu bersama dengan teman-teman yang lainnya.

Ada satu foto yang membuat Nayla lebih mengamatinya, foto dirinya dengan Zanna, Kenzo, Mita, Ello dan seseorang itu Ardian yang posisinya di belakang mereka.

"Ya Tuhan, kenapa aku baru ingat, bukankah Pak Ardian itu guru pengganti pelajaran keseniannya." pekik Nayla dalam hati.

Memang Nayla sama sekali tidak bisa mengenalinya karena penampilan Ardian dulu kurus tinggi dengan rambutnya yang panjang, sedangkan sekarang tubuhnya tinggi berisi cenderung kekar dan rambutnya cepak sangat rapi.

Nayla merasa jadi canggung setelah tahu Ardian adalah guru penggantinya.

Dengan lesu, Nayla berjalan menuju ke ruang dapur yang sudah bisa di lihatnya dari ruang tengah.

Sambil duduk di kursi meja makan, Nayla minum segelas air menghilangkan rasa tegangnya.

"Apa memang kode ponsel Ardian ada hubungannya dengan tanggal lahir dirinya? bisa saja Ardian mendapatkannya dari bio datanya yang ada di sekolahnya, tapi jika itu benar, apa maksud Ardian dengan memakai tanggal lahirnya sebagai kode ponselnya?" pertanyaan demi pertanyaan memenuhi pikiran Nayla.

"Aaahhh, semoga ini tidak seperti yang aku pikirkan." gumam Nayla sambil membuka pintu kulkas untuk mengetahui apa yang di bisa di masaknya untuk makan siang dirinya sama Ardian.

"Ya Tuhan, aku jadi memasak untuk dirinya juga, kalau aku tidak masak lalu apa yang di makannya?" hati Nayla perperang melawan rasa egonya dan hati kecilnya.

"Persetan dengan setan yang jahat, aku orang yang baik hati, aku akan memasak demi rasa kemanusiaan." gumam Nayla lagi sambil mengambil beberapa telor dan sayur wortel untuk di buatnya dadar telor.

Nayla melihat dan Magicom yang sudah ada nasi yang matang, mungkin Bik Ummah sempat memasak nasi untuk Ardian.

Setelah beberapa menit berkecimpung di dapur, dadar telor yang di buat sudah masak dengan bau harum daun bawang.

Nayla berpikir membuat susu hangat juga, sebelum membawa masakannya ke kamar Ardian.

Nayla tersenyum puas, saat semuanya sudah siap di atas nampan.

Dengan langkah pelan, Nayla kembali ke kamar Ardian dengan membawa sepiring nasi dadar telor sayur, dan segelas susu hangat.

Nayla membuka knop pintu kamar Ardian dengan pelan-pelan takut mengganggu ketenangan Ardian.

Di lihatnya Ardian tertidur dengan posisi masih bersandar dengan kepala agak miring tidak pas dengan bantalnya.

Sambil menghela nafas panjang, Nayla meletakkan nampannya di atas meja dekat tempat tidur Ardian.

Nayla berdiri tak tahu lagi apa yang harus di lakukannya lagi, mau membangunkan Ardian juga takut mengganggu tidurnya.

Ketika ada suara Bell berbunyi dari arah luar, Nayla bergegas keluar dan membuka pintu ruang depan, nampak seorang wanita yang sudah berusia 80 tahunan.

"Mak Jum ya?" tebak Nayla sambil membuka pintunya lebar-lebar.

"Ya Non, saya Mak Jum, apa Non pacar Pak Ardian?" tanya Mak Jum tanpa basa-basi.

"Eh, bukan Mak saya anak dari Pak Sasongko Mak." jelas Nayla merasa tidak nyaman.

"Memang wajahku terlihat tua apa? sampai di anggap sebagai pacar Pak Ardian yang sudah tua." gerutu Nayla dalam hati, namun dengan senyum yang nampak di wajahnya.

"Pak Ardian apa di kamarnya Non?" tanya Mak Jum lagi saat sudah berada di dalam rumah.

"Ya Mak, tapi Pak Ardiannya lagi tidur Mak, mungkin Mak bisa membangunkannya." jawab Nayla sambil mengikuti Mak Jum yang masuk ke dalam kamar Ardian.

Di dalam kamar Ardian, Mak Jum dan Nayla tidak melihat Ardian yang seharusnya tidur di ranjangnya.

"Pak Ardiannya di mana Non? katanya tadi tidur?" tanya Mak Jum dengan matanya yang mencari-cari keberadaan Ardian.

"Mak, mungkin pak Ardian ada di kamar mandi, coba dengar Mak ada suara air kan?" ucap Nayla pada Mak Jum yang memasang wajahnya dengan serius.

"Eh ya Non, kalau begitu kita tunggu saja di sini Non, mungkin Pak Ardian lagi buang air kecil." sahut Mak Jum seraya duduk di kursi dekat lemari besar.

Sampai beberapa menit Nayla dan Mak Jum menunggu Ardian yang belum juga keluar dari kamar mandinya.

Nayla dan Mak Jum sudah terlihat tegang dan panik, karena suara air masih terdengar dari kamar mandi namun Ardian masih juga belum keluar.

Hampir setengah jam mereka berdua menunggu, namun Ardian tak kunjung keluar.

"Mak, coba panggil Pak Ardiannya, mungkin tertidur di dalam." ucap Nayla yang jelas itu tidak terjadi.

"Pak Ardian, Pak Ardian...apa Bapak baik-baik saja di dalam?" tanya Mak Jum dengan suara gemetar.

Nayla dan Mak Jum saling berpandangan, tak ada jawaban sama sekali dari dalam.

"Webnovel kontrak"