-Heart Beat-
"Sembilu yang engkau beri menggores lemas nadi ini.
Menggenggam jauh permukaan epidermis hingga aku tahu ku tak sanggup lagi.
Tak sanggup lagi menahan rindu yang terus memekik hingga isakku tak terdengar lagi.
Terlalu dalam hingga batinku terkoyak, aku ingin... aku sangat ingin... ingin kau tuk pulang.
Maaf, maafkan aku"
•••
Beep... beep... beep
Click
"Aduuh jam berapa sih ini? Jam 8?! Mampus deh telat masuk kelasnya pak Doni," secepat kilat dia lekas bergegas ke kamar mandi.
"Kak, sarapan dulu. Roti sama susunya udah mama siapin diatas meja."
"Iya bentar...."
Duk duk bruuk!
"Ouch!"
"Aduuh gimana sih kak? Hati hati dong turunnya. Lecet kan jadinya itu kaki," sahut Ayahnya dari arah meja makan.
"Hehe segini doang kok Yah, aku gak ikutan sarapan. Aku langsung berangkat, muah-muah bye Ma, Yah," tangannya seraya meraih roti panggang serta kedua tangan orang tua dan bergegas mengambil kunci mobil.
"Hati hati nduk, jangan balap," pesan kedua orang tuanya.
"Enggih," balasnya sopan.
Bruum... brum bruum
I don't care if Monday's blue
Tuesday's gray and Wednesday too
Thursday I don't care about you
It's Friday I'm in love
Monday you can fall apart
Tuesday, Wednesday break my heart
Thursday doesn't even start
It's Friday I'm in love
"Saturday wait and Sunday always comes too late. But Friday i'm in love! Oooh!" timpalnya dalam lagu kesukaannya.
Brak.. beep beep!
Dap... dap... dap...
"Aduh, kudu cepet cepet masuk kelas ini. Duh kayaknya kelas udah mulai deh matih aku," gumamnya sambil berlari di lorong kampus.
Tok... tok...
"Permisi bapak, maaf saya terlambat." ucapnya sambil menyalami tangan dosen.
"Niamh, jam berapa ini? Sudah saya katakan berkali kali, bahwa tidak ada toleransi untuk siswa atau siswi yang telat masuk kelas saya. Silahkan tunggu di luar kelas!" sahut Pak Doni.
"Tapi pak..."
"Tidak ada tapi-tapian!" ketusnya tak kalah cepat.
"Hahaha... walah walah nia telat lagi cah," gelak tawa teman-teman sekelasnya.
"Diem hih! Ngeselin!"
"Apa? Kamu bilang apa?," tanya Pak Doni.
"Hehe ndak pak."
Krieet.. cklek
"Udah bangun kesiangan, di usir pak Doni, diketawain bocah sekelas. Sekarang mau apalagi coba? Kepalaku pusing banget, rasanya pengen rebahan dulu se-jam dua jam," sesalnya.
Setelah kembali menutup pintu dia berjalan ngawur sempoyongan ke hammock yang terikat diantara pohon-pohon seberang sekretariat mapala, letaknya tak jauh dari kelas. Sesampainya disana, dia langsung melompat dan memposisikan diri senyaman mungkin.
Walaupun hatinya sedang kesal, angin sejuk dan rindangnya pohon-pohon di kampus itu lekas mengembalikan moodnya. Dan tak butuh waktu lama, akhirnya Niamh tertidur pulas.
...
Detik ke detik, menit ke menit hingga tak terasa dua jam sudah dia tertidur.
Dari awal dia sama sekali tak menyadari bahwa selama dia tertidur disana, ternyata dari atas pohon ada satu sosok sedang menatap tajam kearahnya. Sosok itu memang sengaja nangkring disana seakan tahu jika Niamh akan tertidur pulas tepat di bawahnya.
Dari raut mukanya, bisa terlihat jika dia akan melakukan sesuatu yang jahat. Dan memang benar adanya, sebelum bergerak dia memandangi sekitar, dia menatap dari ujung ke ujung. Merasa semua aman, secara perlahan dia turun ke bawah dan berusaha tak bersuara, pelan namun pasti akhirnya dia sampai di bawah dan dia berdiri tegak beberapa jengkal dari tubuh putih Niamh.
Sekali lagi, pandangannya tak luput dari sekitar. Merasa aman untuk kedua kalinya, dia mulai melancarkan aksinya. Dengan gerakan yang begitu tenang, dia menyendekatkan mulutnya di kulit Niamh. Entah untuk tujuan apa, dia terkadang juga mengendus-endus aroma tubuh Niamh dan melotot liar ke balik kemejanya yang dimana disitu ada sepasang payudara yang beraroma sedap.
Dia dari awal sadar kalau Niamh memang sedang letih, dan ingin istirahat sebentar. Namun karena keberuntungannya tercium sangat memikat, makin tak tahan lah ia memandang terlalu lama. Akhirnya dia pun mendekatkan kepalanya ke arah buah dada milik Niamh yang menonjol dari balik kain hammock.
Dengan gerakan sedimikian rupa, akhirnya kain licin yang menutupi itu bisa terbuka lebar. Ternyata keberuntungan ganda memang hanya ada di hari Jumat saja, kenapa? Karena saat itu dia melotot terbengong-bengong melihat 2 kancing kemeja putih tipis itu terlepas dari lubangnya dan memperlihatkan sepasang payudara putih kenyal dan sangat menonjol.
Awalnya dia sempat ragu ragu, tapi secara mendadak dia menggapai mereka yang menghiasi tubuh perempuan jelita berambut coklat pendek sebahu itu.
Untuk beberapa lama saat dia melakukan aksinya dengan penuh khidmat. Tak lama kemudian Niamh mulai terganggu dan merasakan ada sesuatu yang berat dan dingin sedang menindih tubuhnya. Sesaat setelah matanya terbuka, sekonyong-konyong dia berteriak sangat kencang serta menggerakkan badan seheboh mungkin sehingga terjatuh dari hammock dan tercebur ke dalam kolam ikan di samping kirinya.
"KIYAA...!! ULAR...!!" teriaknya.
Dia berlari secepat mungkin, menyelamatkan diri dari mahkluk yang menjijikkan itu ke keramaian. Sesampainya di sana, baru lah ia tersadar jika tempat yang mulanya ramai kini menjadi hening seketika. Semua orang yang berada disana diam memandang Niamh dengan tatapan bingung, kaget serta kagum kearahnya. Semua pandangan bukan serta-merta mengarah ke wajah Niamh yang begitu panik dan ketakutan, melainkan mengarah ke tubuhnya yang basah kuyup. Semua melotot ke arah buah dada yang membusung dan hampir terbuka itu.
Kemudian...
"Hihh tutup mata kalian! Dasar cabul! Sialan!"
Kata-kata itu tergelincir begitu saja dan terdengar keras, saking malunya ia berlari ke arah parkiran seraya menggapai kunci mobil lalu mematikan alarmnya.
Beep.. beep
Ckrek, bruk!
Duk duk duk! Brum! saking emosinya, ia memukul-mukul menyalakan mesin sambil memukuli setir mobil.
"Anjing! Anjing! Anjing! Menyebalkan! Hari yang menyebalkan! Jancok! Ada apa dengan hari ini? Ya tuhan, berkali kali aku apes! Aku capek, aku kepingi-.... umhhh hmm umh!!"
Dibalik merdu suaranya, tiba tiba ada telapak tangan besar membius Niamh menggunakan sapu tangan dari belakang kursinya, dan langsung menutup kepalanya dengan kain berwarna hitam lalu memindahkan tubuh lemasnya ke kabin belakang. Secepat itu pula ada dua orang langsung menyusul masuk ke dalam mobil dan lekas menancap gas.
Saat perjalanan, tiga orang itu saling berdiam diri seperti memang tak ada hal yang harus dibicarakan. Pria besar yang duduk di kursi belakang itu sedang sibuk mengikat beberapa kabel ties ke tangan dan kaki Niamh, agar sewaktu Niamh sadar ia tak melakukan tindakan nekat ataupun kabur.
...
Setelah dua jam berlalu, akhirnya Countryman putih bergaris hitam itu sampai di tujuan. Diam-diam mereka pun turun dari mobil, satu dari antara mereka memberi isyarat kepada si Pria besar agar menggotong Niamh di pundaknya. Lalu dengan beriringan mereka memasuki ruangan yang lembap dan gelap.
Di tengah-tengah ruangan yang sebegitu lebar itu ada kursi di bawah lampu gantung. Si pria besar itu menurunkan Niamh di kursi itu kemudian melepas kabel ties dan menggantinya dengan tali yang lebih besar lalu diikatkan ke kursi tanpa membuka kain petutup kepalanya.
"Uhh kepalaku pusing, rasanya aku ingin muntah. Huek...uh tak bisa keluar. Aku dimana? Aku gak bisa melihat apa apa! Tangan kakiku juga gak bisa digerakin. Tolong! Siapa aja tolong aku! Mama! Ayah! Among! Siapa aja tolong aku...! hiks-hiks."
Plok plok plok plok! tiba-tiba suara tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.
"Sayangku sudah siuman ternyata, gimana? Enak perjalanannya? Kamu gak apa apa? Seru kan perjalanannya? Hahaha...!" kemunculan suara yang muncul dari arah depan itu bebarengan dengan beberapa tangan yang menggerayangi tubuh Niamh dari arah belakang, mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala!
"Lepasin! Singkirin tangan kotormu dari tubuhku! Jancok! Lepasin cok! Ahh!"
Tangan-tangan itu tak serasa menurun, melainkan tetap bergerak keatas hingga... berhenti diantara belahan dada dan menarik pelan satu jari diatasnya mengarah ke dagu dan memainkannya perlahan. Tapi tiba-tiba dua orang yang menculiknya ternyata sudah berada di depan tubuh Niamh yang terikat.
Kemudian tangan mereka mulai menggerayangi tubuhnya lebih gila lagi!
Kemejanya ditarik-tarik sedemikian rupa hingga tak berwujud. Pahanya di remas, bibirnya dijilat-jilat, bra-nya digunting dan saling berebut mencumbu serta meremas kedua payudaranya yang sangat membusung itu!
Setelah libido mereka kian memuncak, salah satu diantara mereka berusaha membuka rok Niamh. Mereka menarik paksa, hingga akhirnya robek sebagian dan memperlihatkan celana dalam Niamh yang begitu menyilaukan. Beberapa dari mereka saling berebut lagi untuk memasukkan jemari diantara kedua paha Niamh!
Beberapa orang pun mengalah dan mengantre giliran mereka, orang yang mendapatkan giliran pertama begitu memandang liar gadis muda yang bening itu. Serasa akan mendapatkan apa yang ia mau, secepat kilat seorang itu mulai menggelitik kemaluan Niamh hingga melepas paksa celana dalamnya!
Akhirnya terpampang jelas, apa yang dinamakan sendang itu!
"Hentikan! Jangan kau coba coba! Aaahh..! Mama, Ayah! Huaa..." jeritnya putus asa.
Saat mereka makin beringas lagi, seketika itu Niamh langsung terbangun dari tidurnya, dia tak bisa melihat apa apa selain kegelapan di depan kelopak matanya lalu secara mendadak kepalanya pusing seketika.
"Uhh kepalaku pusing, rasanya aku ingin muntah. Hue-uh tak bisa keluar. Aku dimana? Aku gak bisa lihat, tangan kakiku juga gak bisa digerakin. Tolong! Siapa aja tolong aku! Mama! Ayah! Among! Siapa aja tolong aku...! hiks-hiks."
Plok plok plok plok! tiba-tiba suara tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.
"Sayangku udah siuman ternyata, gimana? Enak perjalanannya? Kamu gak apa apa? Seru kan perjalanannya? Hahaha...!" kemunculan suara yang muncul dari arah depan itu bebarengan dengan sepasang tangan yang mulai memegangi pundaknya.
"Siapa kalian?! Siapa?!" bentak Niamh yang sadar ia sedang disekap.
"Kau tak kan bisa menebak siapa kami sebenarnya, karena kami ingin..."
"MENGUCAPKAN SELAMA ULANG TAHUN NIAMH!"
Secara bebarengan ruangan langsung terang dan kain hitam yang menutupi wajahnya terlepas, ternyata itu semua hanya prank yang disiapkan oleh keluarga, dosen, sahabat, dan teman-teman sekelasnya jauh-jauh hari.
Dia hanya bisa duduk lemas, memandang nanar apa yang terjadi depannya. Tanpa sadar dia menangis, meraung-raung sekencangnya. Ayahnya yang sedari tadi memegang pundaknya langsung melepas tali ikatan yang mengekangnya disusul mamanya yang datang mencium kening dan memeluknya erat.
"Tega sekali kalian memperlakukan aku seperti ini, hiks hiks," tangis Niamh.
"Maafkan kami sayang. Kami hanya bercanda kok, tak lebih dari itu. Kami yakin kalau tak melukai dirimu, benar kan?" balas Mamanya mewakili siapa saja yang berada di ruangan tersebut.
"Tak melukai?! Tak melukai?! Lalu apa maksudnya membiusku dengan Anestesi?Ha?!" bentaknya.
"Anestesi? Apa maksudmu sayang?" balas Ayahnya.
"Sewaktu aku masih berada di dalam mobil tadi seseorang membekapku dengan itu hingga membuatku tak sadarkan diri!"
"Tidak ada yang membuatmu seperti itu sayang! Ayah, Mama dan teman-temanmu ingat betul sewaktu kau tidur di hammock tadi kami langsung mengangkat tubuhmu dan memasukkanmu ke dalam mobil, lalu segera membawamu pulang," penjelasan Mamanya membuatnya makin tak bisa menerima keadaan.
"Aku berani bersumpah kalau aku tadi dibius oleh Anestesi ma! Setelah itu aku juga merasakan ada orang yang menggerayangi tubuhku. Mereka melecehkanku! Mereka ingin membuatku sengsara di depan mata kalian! Aku merasakan banyak sekali tangan saling menjalar ke tubuhku ini ma! Sampai... Sampai mereka... hiks..." bentaknya membekukan seisi ruangan.
"Tidak sayang, tidak ada yang berani melakukan itu kepada anak semata wayangku tersayang. Wong tadi itu Ayahmu yang menggendong kamu ke dalam mobil, di dalam mobil juga sudah ada Putri, Vino, Olga, dan Galih kok," penjelasan mamanya sekali lagi.
"Tapi ma..."
"Sudah-sudah, cup... cup... cup... tidak ada siapapun disini yang melecehkan kamu disini Niamh anak kesayangan Ayah," peluk cium Ayahnya dari balik punggungnya.
"Iya Yam. Mungkin kamu terlalu letih hingga bermimpi yang aneh aneh, suasana disini jadi ndak enak ih. Yuk cus kita mulai perayaan potong kuenya. Ambilin dong ih itu rotinya No,Vino. Ojo plonga-plongo wae koyok kethek ditulup, hih!" seruan si Olga berusaha memecah ketegangan seisi ruangan.
"Iyo-iyo beh!" ketus Vino.
Tak lama pesta pun kembali berjalan dengan normal, tanpa melupakan apapun yang terjadi pada Niamh hari itu.
...
Setelah pesta berakhir, Niamh dan para sahabatnya membereskan sisa-sisa pesta disusul orang-orang mulai berpamitan dan meninggalkan mereka satu-persatu termasuk orang tuanya karena akan menginap di rumah neneknya. Sehabis itu mereka langsung berjalan ke ruangan keluarga untuk menonton televisi, dan mengobrol tentang keisengsan mereka di kampus. Terbesit ingatan siang tadi, Niamh kembali memastikan.
"Hmmm guys, kalian percaya dengan apa yang aku teriakan tadi sewaktu siuman gak?"
"Sebenarnya aku masih berfikir tentang apa yang terjadi dengan Ni. Apa yang terjadi denganmu itu berbalik dengan apa yang kita lakukan kepadamu sewaktu di kampus tadi." Vino menjawab.
"Iya bener banget kata si Pino, kamu tadi masih asyik molor di hammock. Ayahmu coba bangunin ternyata gak bangun-bangun, yaudah akhirnya beliau pindahin deh dirimu ke dalem mobil," jelas Galih.
"Tapi tadi aku sadar banget kalo aku tadi bangun! Aku bangun gegara ada sesuatu yang masuk ke balik kemejaku, dan ternyata itu ular. Aku reflek lompat dan akhirnya masuk ke kolam disana, habis itu aku lari kenceng ke arah parkiran dan masuk ke mobil sendiri. Setelah itu ada orang ngebius aku pake sapu tangan kecil, setelah itu aku udah gak inget apa-apa lagi," Niamh berusaha menjelaskan. "Plis guys, jangan bohong ke aku," pintanya.
"Suwer demi pocong ompong naik skateboard, kita itu gak bohong ke kamu Ni, kita itu lihat pake mata kepala sendiri kalau ayahmu dateng ke kita sambil gendongin kamu. Kita juga bantuin beliau buat masukin kamu ke mobil kok. Kamu di belakang tadi tidur di pangkuanku sama Olga, tanya tuh bocahnya masih idup!" balas Putri.
"Iye sumpiirrr deh, badanmu berat banget buk! Ihh... capek lho akutu mangku awakmu sing luemu koyo..."
"Koyo opo?! Rene tak tapuk lambemu ndut!" ancam Niamh. "Mbuh wes, aku tak berendem banyu anget dulu. Masih cenut-cenut sirahku," imbuhnya.
"Iya sayang, jangan dipikir dulu ya. Jangan lama lama berendemnya, sakit entar," Putri mengingatkan.
"He'em," sahut Niamh cuek.
Krit.. krit.. cuuur...
"Airnya pelan banget, mau balik ke depan rasanya mager pisan. Aku sebenernya masih penasaran sama kejadian pagi tadi, tapi mbuh wes pikir besok aja," batinnya.
Setelah menanggalkan pakaian satu-persatu di depan cermin, alangkah terkejutnya ia saat mengetahui ada tanda aneh dibawah payudaranya.
"KIYAAA...!!"
"Niamh! Kamu kenapa?!"
Bruk... bruk..
Seperti disabar gledek siang hari, mereka langsung berlarian ke arah kamar mandi.
Dan...
"Niamh! Buka pintunya, ini aku Putri. Anak anak tak suruh nyingkir dulu! Biarin aku masuk!"
"HUAA...!"
"Niamh! Plis buka pintunya!" teriak Putri.
Ckrek.. kriet... klap
"Ya tuhan, Niamh. Apa yang terjadi pada tubuhmu itu? Sini aku pe-..."
"Jangan sentuh! Rasanya sakit bukan main Put! Sakit sekali huu... aku takut hiks..." tangis dan teriak Niamh merasakan ngilu seperti golok yang siap menembus perutnya itu terdengar sampai luar ruangan dan membuat anak-anak cowok tambah khawatir.
"Tapi itu apa Ni? Kamu tatoan?"
"Aku gak tau ini apa! Apa ini racun ular yang sempat masuk di balik kemejaku tadi pagi?"
"Kita harus buru-buru ke RS!"
Penjelasan Niamh membuat anak-anak cowok yang sedari tadi panik menunggu makin heboh dibuatnya.
Tiba-tiba....
Bruuk!
"NIAAAMH!"
Vino, Galih, dan Olga langsung memaksa masuk ke dalam dan alangkah terkejutnya mereka melihat Niamh kejang-kejang mengeluarkan darah hitam kental dari mulutnya!!
Akankah Niamh akan baik-baik saja? Lalu apa yang sebenarnya terjadi?
Bersambung ke episode 2
•••