Dia Pati Mada, Putra Mahkota kerajaan Mayapada. Dia adalah sahabat kecilku yang di gosipkan akan hidup denganku selamanya. Gosip itu menyebar bak'virus sampai ke seluruh negeri, karena dia selalu melamarku setiap bertemu.
Dia sangat tahu apa yang ku pikirkan sebelum tindakanku.
"Jika suatu saat aku akan terluka oleh suamiku, apa kau ingin memelukku saat itu?"
"Kau terdengar jahat, sampai aku tak bisa berkata-kata."
Dia adalah yang terbaik hingga aku tak bisa menerima jika suatu saat melukai hatiku, dan sampai dimana dia tak pernah lagi untuk mengatakan apa yang ia rasakan.
***
"Apa kau bercanda, Ratu yang memohon padaku untuk meminta Piqwi jadi pengawal pribadi. Padahal aku sudah mendidiknya dengan sangat baik."
"Terima kasih Putra Mahkota." Piqwi hanya bisa tersenyum di tengah kemesraan antar kedua sahabat itu.
Aku tahu Piqwi adalah mata-mata untuk gerak-gerik dan kerajaanku, tapi aku tak pernah keberatan soal itu. Karena dia bertindak hanya untuk melindungiku.
***
"Aku ikut denganmu ke Kerajaan Dewanta."
"Apa, tidak boleh. Kau hanya akan menghalangi liburan berhargaku."
"Ah, itu juga. Aku juga butuh berliburkan?"
"Tidak, tidak akan aku ijinkan kau mendekat denganku!"
"Baiklah, aku tidak akan mendekatimu."
"Huft, itu lebih baik. Aku ingin berpetualang selagi menunggu acara Putra Mahkota Dewanta. Senangnya."
"Kau mulai lagi, jangan membuatku khawatir!"
"Hamba mohon Putra Mahkota tidak cemas karena hamba akan melindungi Ratu Borneo."
"Kau memang bisa di andalkan Piqwi. Baiklah. Aku akan beristirahat sejenak sebelum pulang."
"Baiklah, aku akan istirahat untuk esok hari perjalanan yang sangat panjang."
***
# di ruang peristirahatan Putra Mahkota Pati Mada
"Sattea menghadap Putra Mahkota."
"Esok hari Ratu Borneo akan pergi lebih dulu ke Kerajaan Dewanta. Muluskan perjalanannya, jika ada yang menghalanginya, habisi saja. Jangan beri ampun. Dan rahasiakan tugas ini dari Piqwi."
"Baik, saya mohon undur diri untuk bersiap-siap."
***
# esok hari
"Beri tahu Sang Ratu aku ingin bertemu."
"Sang Ratu, pagi sekali sudah tidak ada di kamar Putra Mahkota Pati Mada."
"Apa?"
"Piqwi?"
"Tuan Piqwi, juga Putra Mahkota Pati Mada."
"Piqwi, kurang ajar sekali tak berpamitan dulu denganku."
***
#sebenarnya beberapa jam yang lalu di pagi buta
"Ratu Borneo," Piqwi sangat kaget Ratu Borneo ada di kamarnya untuk membangunkannya.
"Hussst, pelankan suaramu. Cepat bersiap, Gurumu itu tidak mungkin tidak ikut. Walau dia bilang tidak. Pasti dia akan membuntutiku terus. Cepat sedikit."
"Tapi,"
"Kau mau aku kembalikan pada Gurumu!"
"Tidak, hamba bisa mati lebih cepat jika Ratu tak menginginkanku lagi. Baik Ratu. Maaf Guru tak pamit."
"Cepatlah!"
***
# saat ini
"inilah yang aku tak bisa percaya lagi dengan Piqwi, dia sangat mudah di ancam oleh Ratu kecil itu. Sial! Cepat ikuti Ratu Borneo segera!"
Putra Mahkota Mayapada itu segera bergegas membawa rombongannya.
***