"Kau anak yang malang."
"Ampuni hamba Yang Mulia, hamba bersalah terhadap Putra Mahkota."
Piqwi kecil yang lemah tak berdaya menggosok-gosok kedua tangannya sambil bersimpuh pada Raja Mayapada.
"Ayahanda, dia bersalah terhadapku. Jadi ijinkan Putra Mahkota yang memberi hukuman."
"Baiklah, berikan dia hukuman yang setimpal. Dia ingin melenyapkan Putra Mahkotaku. Berani sekali."
"Terima kasih Ayahanda."
Raja Mayapada meninggalkan ruang eksekusi Piqwi dengan bangga karena Putranya berani meminta hal yang di luar perkiraannya.
***
"Siapa namamu?"
"Ampuni hamba Yang Mulia Putra Mahkota."
"Aku bertanya, namamu?"
"Hamba Piqwi, dari daerah terpencil bernama Glagas."
"Panggil aku Guru."
"Ampuni hamba Yang Mulia Putra Mahkota. Apa?"
"Aku hanya ingin jadi guru, kau sangat beruntung jadi murid pertamaku. Ingat itu!"
Putra Mahkota meninggalkan Piqwi yang kebingungan. Dan ia hanya tersenyum sepanjang perjalanan menuju kediamannya.
Putra Mahkota sangat tertarik dengan anak yang ingin membunuhnya, karena dia pemberani. Makhluk kecil yang malang.
***
#beberapa hari sebelumnya
Di perjalan tugas untuk mengecek wilayah perbatasan rombongan Putra Mahkota melewati desa terpencil bernama Glagas. Desa yang gersang dan sangat miskin.
"Apa kau sudah memeriksa dengan benar Sataee, ini desa yang sangat miskin. Apa ini bagian dari Kerajaan kita?"
"Benar Yang Mulia Putra Mahkota, ini bagian dari Kerajaan kita. Desa ini memang miskin, karenanya upeti yang kita dapat juga sangat kecil."
"Pantas saja mereka tak bisa menyambut kedatanganku?"
"Hamba akan memaksa mereka untuk menyambut Yang Mulia Putra Mahkota."
"Kau akan menambah luka di hati mereka jika kau melakukannya."
"Maaf hamba lancang, ampuni hamba Yang Mulia Putra Mahkota."
"Tak... aapa."
Tiba-tiba pangeran di panah oleh seorang anak kecil yang bermodalkan amarah menggebu-gebu. Pakai yang sangat lusuh dan kepolosan juga rasa sakit terlihat seperti pemberani yang malang.
"Lindungan Yang Mulia, sebagian tangkap anak itu!"
"Jangan sakiti dia!"
Piqwi yang mendengar teriakan Putra Mahkota Mayapada berhenti seketika, dan putar balik berlari kearah Putra Mahkota.
"Cegah dia mendekat!"
Kegesitan yang di latih untuk hari ini pun tak di sia-siakan Piqwi.
Pangeran ada tepat di depannya. "Jika kalian menyerangku, akan ku bunuh Putra Mahkota Mayapada!"
"Dia hanya anak kecil, jangan terintimidasi!"
"Pergilah kalian, aku ingin berbicara padanya."
"Itu tidak mungkin Putra Mahkota."
"Ini adalah perintah!"
"Hamba laksanakan. Beri jalan Putra Mahkota, tapi jangan terlalu jauh."
Putra Mahkota mendengarkannya, tapi di akhir pembicaraan Piqwi mengangkat senjatanya kembali sehingga para pengawal memanahnya dengan obat bius. Piqwi di ikut sertakan dalam perjalanan Putra Mahkota.
Setiap hari dalam perjalanan tersebut Putra Mahkota terus mendekati Piqwi, memberi penawaran yang tak terduga. Sampai dimana kabar tersebut di dengar oleh Raja Mayapada.
***