Pagi itu Dhika tengah melakukan lari pagi keliling komplek rumahnya. Pikirannya melayang memikirkan kejadian semalam. Kenapa reaksinya seperti itu? Apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang dia rasakan? Sikapnya membuatku bingung' batin Dhika.
Dhika mengambil handphonenya dan mengetik pesan untuk Thalita, saat dia sudah berhenti berlari dan sampai di depan rumahnya dengan peluh yang sudah membanjiri seluruh tubuhnya.
From : Putri bintangku
Pukul 7 malam nanti, aku tunggu kamu di Green Café. Kalau seandainya kamu tak datang, aku bisa menyimpulkan kalau kamu tidak menerima pernyataanku yang semalam. Tetapi kalau kamu datang, aku sangat amat bahagia. Aku janji ini yang terakhir, aku akan menunggumu disana. Ku mohon datanglah !!
Setelah mengirim pesan ke Thalita, Dhika beranjak menuju rumahnya. Dhika sangat berharap acaranya malam ini tidak gagal, dan Thalita bisa datang. Berharap statusnya besok sudah berubah.
***
Malam itu Dhika datang ke green café yang sudah di booking khusus untuknya dan Thalita. Sekarang semuanya sudah selesai, setelah di bantu Okta dan Chacha untuk menyiapkan tempat ini seromantis mungkin. Dhika sudah duduk dikursi taman café menunggu kedatangan Thalita yang belum menunjukkan batang hidungnya. Sesekali Dhika melirik jam tangannya dan sudah menunjukkan pukul 19.30WIB. Sudah lewat setengah jam, Tetapi Lita belum datang juga.
Dhika masih setia menunggu kedatangan Lita, waktu sudah berjalan. Kini sudah pukul 20.00 WIB tetapi Lita masih belum menunjukkan batang hidungnya. Dhika sudah harap harap cemas menunggu kedatangan Thalita.
Duarrr Kretak Kretak
Dhika melihat ke langit saat terdengar suara petir. Hujan akan segera turun dan itu membuat Dhika khawatir, karena semua hiasannya akan hancur. Tapi sialnya, hujan deras langsung turun dan mengguyur tubuh Dhika juga mengguyur meja dan hiasan lilin yang sudah dipersiapkan. "astaga kenapa turun hujan sih" gumam Dhika berusaha melindungi hiasan di atas meja dan sebuket bunga yang telah dibawanya. Dhika masih duduk di kursi taman cafe, walau hujan sudah mengguyur seluruh bajunya. Dhika tidak berniat masuk ke dalam café. Ini seperti de javu, saat itu Thalita yang kehujanan di taman menunggu kedatangan Dhika dan sekarang Dhika. Mungkin karma itu memang ada.
Tak lama hujanpun reda, Dhika sangatlah bersyukur hujannya tak lama. Walaupun bajunya sudah basah kuyup, tetapi dhika tidak perduli. Walau badannya sudah menggigil dan rasa dingin menusuk kulitnya, membuat Luka di punggungnya pun terasa perih.
Huaciiih
Dhika berkali-kali bersin karena kedinginan, Dhika kembali menyalakan lilin yang ada diatas meja untuk menghangatkan dirinya.
Tap tap tap
Terdengar suara derap langkah kaki seseorang mendekat, Dhika menengadahkan kepalanya dan melihat siapa yang datang.
Dia...!!!
Dhika mematung tak percaya melihat siapa yang ada di hadapannya bahkan tubuhnya terasa sangat kaku dan tak bisa berkutik apa-apa, tetapi juga di lubuk hatinya.
Dhika sangatlah bahagia sampai bibirnya tidak bisa untuk tidak terus tersenyum menatap orang di hadapannya. "Lita" gumam Dhika segera berdiri dan menghampirinya yang berdiri tak jauh dari meja. Thalita mengenakan mantel dan rambutnya di ikat kuda. Dia sungguh terlihat sangat cantik walaupun tidak memakai gaun. "aku tau kamu pasti akan datang" ucap Dhika dengan senyum yang tak pernah pudar.
"Dhika, aku datang untuk mengatakan kalau aku-" cicit Thalita
"ya Lita, aku paham. Aku tau kamu malu mengungkapkan kalau kamu juga masih mencintaiku. Kamu tidak perlu mengatakannya, sayang. Dengan kamu datang kesini juga aku sudah tau jawabannya," ujar Dhika terus mendekati Thalita untuk memeluknya.
Saat hendak menyentuh pundaknya Thalita mundur menghindari Dhika, membuat Dhika mengernyitkan dahinya.
Kenapa?
"kamu salah paham Dhika" ujarnya dengan tatapan tajam dan berkaca-kaca.
"salah paham apanya Lita? sudah aku katakankan kalau kamu mau menerimaku lagi, kamu harus datang kesini. Dan sekarang kamu datang, itu berarti kamu menerimaku lagi dan memberiku kesempatan kedua. Benarkan?" ujar Dhika
"kamu salah paham Dhika" ujarnya membuat Dhika semakin bingung.
"salah paham? Salah paham apa Lita, kamu terus mengatakan itu padaku" ujar Dhika mulai tak mengerti.
"kamu salah paham, aku datang kesini bukan untuk kembali padamu," ujarnya membuat Dhika terpekik dan mematung di tempatnya.
'a-apa? apa maksud dengan ucapannya itu? Sudah jelas-jelas dia datang untuk kembali padaku'. Batin Dhika.
"aku kesini hanya untuk menegaskan sesuatu, dan aku mohon berhenti melakukan ini, Dhika" ucap Thalita.
"kamu terus saja mengatakan itu, kenapa kamu masih saja terus menolakku? Aku sudah katakan berkali-kali. Berapa kalipun kamu menolakku, aku tidak akan pernah berhenti untuk mengambil cintamu lagi. Aku akan terus berusaha sampai kamu mau kembali padaku, Lita" ujar Dhika menekankan setiap kata yang dia ucapkan agar Lita paham.
"tapi sampai kapanpun itu tidak akan pernah terjadi, yang ada kamu akan memperumit hubungan ini" ujarnya semakin membuat Dhika bingung dan tidak paham.
"maksud kamu apa Lita? aku tidak paham, kenapa kita tidak akan pernah bersama lagi?" Tanya Dhika sudah frustasi.
Thalita terlihat tengah memejamkan matanya membuat semua air mata di pelupuk matanya tumpah membasahi pipi, dia juga tengah menarik nafasnya panjang dan membuka matanya kembali hingga mata hitam bulatnya bertemu dengan mata coklat milik Dhika.
"aku tidak bisa kembali padamu, karena aku sudah memiliki orang lain" ujar Thalita dengan sangat pelan membuat Dhika terkekeh.
"tidak Lita, aku tau kamu belum punya siapa-siapa. Kamu jangan mengatakan omong kosong ini. Aku tidak percaya itu" ujar Dhika masih terkekeh.
" Kamu mengatakan ini untuk menghentikanku kan? Tidak Lita, aku tak akan pernah berhenti." Ujar Dhika penuh penekanan.
"kamu sama sekali tidak berubah, kamu masih saja meragukan dan tidak bisa mempercayaiku" ujar Lita dengan tajam membuat Dhika berhenti terkekeh dan menatap mata Lita lekat-lekat, mencari kebohongan disana tetapi tak di temukan Dhika.
'Apa ini benar? Tapi kalau benar, aku tidak akan membiarkannya. Akan aku rebut thalita dari laki-laki itu, bagaimanapun caranya. Thalita itu milikku hanya milikku.' Batin Dhika. "Aku tidak perduli, aku akan merebutmu kembali. Bukannya ada pepatah mengatakan, sebelum janur kuning melengkung, kamu masih bisa dimiliki oleh siapapun, termasuk aku" ujar Dhika tak kalah tajam.
"tapi sayangnya janur kuning itu sudah melengkung. Kamu lihat di sebrang sana, di restaurant depan ada seorang laki-laki dan seorang anak kecil" Tunjuk Thalita membuat Dhika melihatnya. Setelah itu Dhika kembali melihat ke arah Thalita.
"dia adalah suami dan anakku,"
Deg
Tubuh Dhika menegang kaku tak bisa berkutik, Dhika merasa bumi berhenti berputar. Bahkan Dhika merasa sesuatu yang tajam dan keras menusuk jantung dan hatinya yang sudah bernanah karena luka. Hingga setetes air mata luruh membasahi pipinya.
"mereka adalah masa depanku Dhika, kamu hanya masa laluku yang tak mungkin bisa menjadi masa depanku" ujar Thalita. "hubungan kita sudah berakhir 10 tahun yang lalu, jadi ku mohon hentikan semua ini. Aku datang untuk memberitahu seseorang yang pernah ada di masa laluku. Kalau aku sudah bahagia dengan kehidupanku yang sekarang. Jadi aku mohon hentikan, ini hanya akan sia-sia saja. Sekarang, pikirkanlah masa depanmu dan melangkahlah tanpa harus ada bayang-bayang masa lalu lagi" jelas Thalita membuat Dhika tak memahami ucapan Thalita, Hatinya perih, sakit dan hancur.
'Aku tidak memahami apa arti ucapan Lita itu, apa dia tidak memahami kalau aku begitu mencintainya. Bagaimana bisa aku melangkah tanpa ada dia disisiku?' Batin Dhika. Air mata Dhika terus mengalir membasahi pipinya, Dhika bahkan tidak mampu berkata apapun. Lidahnya terasa kelu sekali, tenggorokannya seakan terhalang sesuatu yang berduri.
"aku mohon Dhika, berhentilah mengejarku. Biarkan aku bahagia bersama keluargaku" ujar Thalita lagi. "aku datang hanya untuk mengatakan itu, permisi" Thalita berbalik memunggungi Dhika dan beranjak pergi.
Langkah Thalitapun terasa sangat berat meninggalkan tempat itu, melihat semua yang sudah Dhika siapkan membuat pertahanannya goyah, hatinya memang sudah kembali terpaut pada Dhika. Tetapi kenyataannya tak memungkinkannya untuk bisa kembali bersama Dhika. Semuanya sudah berubah sekarang ini. Takdirnya yang sudah mempermainkan mereka berdua.
Dhika masih terus menatap Thalita yang semakin menjauh. Di sebrang sana laki-laki dan anak itu keluar dari restaurant dan menghampiri Thalita. Mereka memasuki mobilnya. Sebelum menaiki mobil, Thalita sempat melirik kembali ke arah Dhika yang masih mematung di tempatnya. Setelah mobil yang di tumpangi Thalita menghilang, Tumbuh Dhika mendadak limbung dan dengan segera berpegangan ke kepala kursi yang ada di sana.
Saat ini Dhika merasa mati, Dhika merasa jantungnya berhenti berdetak dan hatinya sudah sangat hancur berkeping-keping bahkan bernanah. Dhika merogoh saku jasnya dan mengelurkan kotak kecil bludru berwarna biru, Dhika membukanya dan terlihatlah sebuah cincin berlian yang telah Dhika persiapkan khusus untuk Thalita, bahkan di sudutnya di beri ukiran nama mereka berdua.
Dhika pikir malam ini akan menjadi malam yang sangat berarti untuk mereka berdua, Dhika hendak melamar Thalita dan mengajaknya untuk hidup bersama selamanya,, selamanya...
'Tapi kenyataannya,,,, kenapa????? Kenapa?????' Teriak batin Dhika.
Dhika beranjak pergi menuju parkiran dengan langkah tertatih, bahkan rasa perih dipunggungnya dan rasa dingin yang menusuk tubuhnya tidak terasa sama sekali. Hanya rasa pedih dari hatinya, dan rasa sakit yang teramat di dadanya. Dhika merasa mati,, Dhika menjalankan mobilnya meninggalkan tempat terkutuk itu.
Bahkan tidak menyadari kalau saat ini mobilnya sudah memasuki pekarangan rumahnya. Dhika keluar dari mobil dengan menjinjing jasnya yang basah,, bahkan 3 kancing kemeja teratas sudah dibuka karena terasa sangat sesak. Dhika memasuki rumahnya tanpa mengucapkan salam. Mulutnya seakan terkunci rapat. Pikirannya terfokus pada perkataan Thalita tadi. Okta dan kedua orangtua Dhika, menghampiri Dhika.
"bagaimana kencannya lancar?" Tanya Okta dengan senyumannya. "Dhik....!!!" Senyuman Okta memudar seketika saat melihat wajah Dhika yang sangat sendu dan hancur. Kedua orangtua Dhikapun hanya mematung melihat Dhika dengan tatapan ibanya.
Tanpa berkata apapun, Dhika beranjak menuju kamarnya.
Blum
Dhika menutup pintu kamar dengan keras dan melempar jasnya ke sembarang arah.
dia adalah suami dan anakku
mereka adalah masa depanku dhika, kamu hanya masa laluku yang tak mungkin bisa menjadi masa depanku
hubungan kita sudah berakhir 10 tahun yang lalu, jadi ku mohon hentikan semua ini. Aku datang untuk memberitahu seseorang yang pernah ada di masa laluku. Kalau aku sudah bahagia dengan kehidupanku yang sekarang. Jadi aku mohon hentikan, ini hanya akan sia-sia saja. Sekarang, pikirkanlah masa depanmu dan melangkahlah tanpa harus ada bayang-bayang masa lalu lagi sepertiku
aku mohon Dhika, berhentilah mengejarku. Biarkan aku bahagia bersama keluargakuaku datang hanya untuk mengatakan itu, permisi
"Aaaarrgghhhhhhhhh!!!" Teriak Dhika seraya meninju dinding di sampingnya sekuat tenaga. Darah segar mengalir dari tangannya yang tengah mengepal hingga memutih. Dhika mengambil gitar yang terpajang disana.
Prankkk prankkk prankkk
"kenapa???????" teriak Dhika sambil menangis dan menghancurkan semua barang di dalam kamarku menggunakan gitar di tanganku.
Praankk Brakkk
Etalase tempat penyimpanan piala di jatuhkan Dhika hingga pecah di lantai. Bahkan kaki Dhika terluka karena pecahan kaca itu. "kenapa kamu melakukannya lagi, Lita !!! kenapa???Aaaarrghhhhhhhh !!!!"
Prank prank bruk bruk
Dhika menghancurkan semuanya, semua yang ada dikamarnya hingga Okta dan kedua orangtuanya memasuki kamar.
"Dhika hentikan!!" pekik Okta memegang lengan Dhika dan merebut gitar yang sebagiannya sudah hancur dari tangan Dhika dan melemparnya kesembarang arah. Dhika terduduk di lantai sambil mengusap wajahnya kasar.
"kenapa????? hikzzzzz" isak Dhika. Okta ikut merasa iba melihat kondisi Dhika, ini pertama kalinya Dhika menangis meraung-raung seperti ini. 'Kenapa kamu lakukan ini lagi lita,,, kenapa kamu menyakitiku lagi? Apa salahku? Ini bahkan lebih pedih daripada 10 tahun yang lalu' Batin Dhika.
"hikzzz....hikzzzz....hikzzzzz...." ini pertama kalinya Dhika tidak mampu menahan tangisnya lagi, Dhika merasakan sakit yang amat teramat pedih. Hati yang terluka dan bernanah ini seakan di remas-remas hingga membuatnya semakin hancur tanpa sisa. Elga yang sejak tadi sudah menangis terisak segera memeluk tubuh Dhika dengan hangat. "mom,, kenapa??? Hikzzz" Dhika terisak dipelukan mommy.
"istigfar nak, istigfar" Elga mengusap kepala Dhika dengan sayang sambil menangis.
"mom, Lita melakukannya lagi. Kali ini lebih pedih mom,,,hikzz" Dhika semakin terisak di pelukan Elga.
"istigfar sayang, istigfar,,hikzzz" Elga juga semakin menangis seraya mengusap lembut kepala Dhika.
"hikzzzzz....hikzzz....aku begitu mencintainya" gumam Dhika seakan meluapkan segala kesakitannya.
"mommy tau, mommy tau nak" ujar Elga.
"apa aku salah karena mencintainya? Kenapa tuhan seakan enggan untuk menyatukan kami berdua?" ucap Dhika.
"tidak nak, kamu tidak salah. Tuhan tau mana yang terbaik untukmu dan mana yang tidak, mommy yakin tuhan tengah merencanakan sesuatu untukmu, untuk kebahagiaanmu" nasihat Elga. Okta yang melihatnya ikut menangis, hatinya ikut sakit dan menangis melihat sahabatnya seperti ini. Bahkan Suryapun berkaca-kaca melihat putranya terlihat sangat hancur.
Aku mencintaimu, lita melebihi apapun. Dan apa artinya sekarang aku tanpa kamu lita... Kamu menyuruhku untuk melangkah dan berbahagia tanpa kamu disisiku,,, itu sangatlah mustahil... Aku tidak bisa tanpa kamu, lita.... Karena hanya kamu yang aku cintai, hanya kamu tujuan hidupku. Hanya kamu....!!! Aku tanpamu kini tak dapat hidup, tanpamu apalah artinya keberadaanku. Jika aku terpisah darimu, maka aku juga akan terpisah dari diriku.Karena hanya kamu, sekarang hanya kamu dan selamanya hanya kamu... Kehidupanku kini hanya kamu seorang, ketenanganku juga rasa sakitku,, kebahagiaan ini hanya untuk kamu. prioritas dan tujuan utamaku adalah kamu.
Bagaimana hubungan kita ini???
Aku tidak bisa jauh darimu walaupun untuk sesaat, untukmu setiap hari aku bertahan hidup. Semua waktuku hanya untukmu, Tiada sedikitpun waktuku tanpa bayanganmu. Namamu ada di setiap hembusan nafasku.Hidupku hanya untukmu, aku telah memberikan hidupku untukmu.
Kesetiaanmulah yang telah menjagaku, menghapus seluruh duka dari dalam hatiku. Bersamamu nasibku terjalin, setelah mendapatkanmu hidupku sempurna...
hanya kamu,,,,
Thalita PutriCasandra
***