"Mungkin sebenarnya kau punya alasan lain mengapa ingin membersihkan Trusxbell. Pengusaha seperti kalian sudah terbiasa dengan cara kotor bukan?"
Pria di depanku tertawa ia menarik tanganku.
"Jangan bilang kau sudah terbiasa dengan cara kotor juga?"
Aku tak menjawab dan pergi meninggalkannya begitu saja. Liong Tsue, kurasa ia memiliki agenda pribadi dalam masalah ini.
"Halo, aku Ayah An Rue, kau Vina Immanuel?" tanya seorang pria.
Aku menoleh.
"Namaku, Keith Rue. Saya dengar anda memengang kendali atas Sleep and See saat ini."
"Benar, apa ada yang bisa saya bantu?"
Pria itu mengangguk. "Saya ada satu permintaan. Tolong, hentikan perusahaan anda dari upaya membunuh orang. Binis seperti itu, memang menghasilkan banyak uang. Tapi, kasihanilah kami keluarga para korban."
"Tuan, pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas saran anda. Kami akan berusaha sebaik mungkin. Tapi seperti yang anda tahu, ucapan saja tidaklah cukup. Persidangan akan berakhir pekan depan. Saya membutuhkan bukti tak bergerak dan saksi."
"Aku dengar dari Tsue, keponakanku itu. Kau akan mendapatkan bukti. Dan aku bersedia menjadi saksi."
Aku tak mengerti dengan orang keturunan Jepang ini. Apa ia tersambar petir.
"Saya sangat menghargai anda tuan Rue, saya akan meminta pengacara saya menghubungi pengacara anda secepatnya mengenai hal ini. Saya hanya bisa mengucapka terima kasih." Kataku basa basi.
Aku segera pergi meninggalkan Tuan Rue. Satu lagi orang yang memiliki agenda pribadi. Aku yakin, Liong Tsue dan Keith Rue masing-masing telah merencanakan sesuatu. Kira-kira apa yang mereka rencanakan? Aku harus mencari tahu.
Setelah mengambil souvenir, aku melihat Liong Tsue memarkir mobilnya tepat di depanku.
"Aku akan mengantarmu pulang. Semua sopir sedang sibuk dan hanya ada mobil ini untuk mengantarmu."
Aku mendekati mobil yang sengaja dibuka bagian atapnya.
"Maka kau sudah siap untuk mati hari ini."
"Nona, aku takut pada apapun. Lagi pula, Hemel Immanuel tak akan pernah mendapatkan hatimu bukan? Jadi mari kita, lihat apa kita memiliki cukup chemistry?"
"Dia akan membunuhmu. Secara langsung maupun tidak langsung."
"Mengapa? Bukankah Sleep and See berada pada gengamanmu?"
Aku menjawab dengan santai. "Aku tak memilikinya. Aku membawanya sebentar. Dunia ini memang dipenuhi pria picik sepertimu ya? Baru saja aku mendapatkan Sleep and See, kau sudah datang merayuku. Mengapa? Apa pria seperti kalian terlalu bodoh untuk mencari uang sendiri?"
Liong terprovokasi. Ia turun dan mendekatiku.
"Aku bukan Andrew Lee, mantan kekasihmu itu!" bisiknya. Ia melewatiku dan meminta seseorang mengantarku.
"Pastikan Nyonya Immanuel sampai dengan selamat. Jangan biarkan sehelai rambutpun jatuh dari kepalnya!"
Aku pulang dengan seseorang yang mengantarku. Tak kusangka, Liong akan membiarkan mobil kesayangannya dikendarai oleh orang lain. Aku bertaruh ia pasti kesal setengah mati.
Di rumah, aku melihat Hemel megambil minuman di bar mini miliknya. Aku tak menyapanya dan langsung naik ke kamar. Ada hal yang harus aku periksa, secepatnya.
"AKu menemukan bukti", kataku mengawali pembicaraan kami. Lux, baru saja masuk. Aku menyerahkan buku yang Liong Tsue berikan untukku.
"Apa ini? Buku harian?"
"Ini adalah catatan bukti kejahatan Nyonya Truxbell. Dialah dalang dari semua ini. Ia yang membuat Healing Departement di Sleep and See serta diam-diam membuat bisnis ini berjalan dengan gila."
Hemel terlihat tak yakin. Ia membuka-buka halaman dan meletakkan buku di tempat tidur.
"Butuh dari sekedar bukti seperti ini."
"Aku tahu" jawabku. "Ini hanya salinannya. Tsue memiliki aslinya. Aku juga akan mencari bukti. Harusnya Moore akan melapor besuk pagi." Jawab Vina singkat.
"Mengapa bocah itu tiba-tiba mau membantumu? Dan jika kau menjadi nyonya Truxbell, kira-kira apa yang akan kau lakukan?"
Aku mengambil buku ditempat tidur dan menarikkanya ke sisiku.
"Aku akan mengancam seseorang dan mendatanginya malam ini. Jika perlu, aku akan membunuhnya."
"Maka Moore dalam bahaya" kata Hemel singkat.
"Aku tahu, hidup ini memang penuh resiko."
Lux terlihat tidak senang.
"Kau tidak suka aku mengendalikan semua ini?" tanyaku.
"Aku bukan orang seperti itu Vina. Aku tak akan menarik kata-kataku."
Aku bangkit dari tempat tidur.
"Bagus, maka aku akan melakukan yang terbaik menurut versiku."
Aku segera meneelpon Moore dan mematikan ia baik-baik saja. Sementara itu Penny terus memohon agar ia diberi pilihan.
"Pilihanmu jelas, katakan kebenarannya atau kau aku pecat!"
"Nyonya, masalahnya bukan masalah di pecat atau tidak. Aku akan mati jika aku mengatakan semuanya. Aku memiliki anak dan suami. Kumohon belas kasihanmu."
Aku tak menjawab, hanya meminta beberapa orang untuk mengawasi keamanan Penny dan Moore. Ku harap ini akan membantu.
"Jika seseorang datang dan menyerang, orang-orang itu akan melindungimu dan istrimu. Tetaplah di Rumah Sakit. Tenang dan jangan panik. Jika hal buruk terjadi, segera hubungi aku."
Moore mengerti dan menurutku ia malah terdengar sangat tenang dan santai.
Waktu sudah lewat tengah malam. Tidak terjadi apapun, apa nyonya Truxbell sudah menyerah? Dia bukan wanita seperti itu. Lux, sudah tertidur di kamar. Aku turun dan merendam kakiku ke dalam kolam ranang.
Telepon tiba-tba berbunyi.
"Kita harus bicara Vina"
Aku tak mengerti bukan Moore, bukan juga Penny yang menelepon. Tuan Budayana, apa yang ia inginkan. Aku segera mengganti pakaian dan meminta Hildan menemaniku.
Lux masih tertidur, aku pergi sendiri dan meminta Moore mengawasiku.
"Dia datang dan memberiku uang dalam tas ini." Kata Tuan Budayana saat aku tiba di rumahnya.
Aku membuka koper besar yang ia maksud. Aku membunkanya, sungguh uang dollar berhamburan.
"Ia menyuap anda?"
"Ia ingin aku mengalahkanmu dalam persidangan."
Aku merapikan uang di dalam koper dan menutupnya kembali. Wanita ini pasti sudah tidak waras. Apakah semua uang ini asli?
"Jika Sleep and See kalah, maka kami akan ditutup. Dia akan kehilangan banyak uang, dan ia akan dipenjara."
"Kau salah sangka Vina. Yang ia maksud adalah, ia memintaku untuk mengalah dalam pengadilan. Jika aku kalah, Sleep and See menang dan ia tak akan tertangkap. Tentu saja, kau yang kalah."
"Lalu? Mengapa anda menghubungiku?" tanyaku padanya.
"Sampai kapan kau akan berpura-pura menikahi Hemel?"