"Nyonya Truxbell, aku akan menuntut anda melakukan kekerasan pada petugas yang berwenang."
Kata kepala polisi santai.
PAkkkk! Wanita gila itu memukulnya untuk yang ketiga kalinya.
Pakkkk! Terdengar tamparan dan bunyi tubuh manusia jatuh.
"Nyonya, jangan mencoba menguji kesabaran saya." Kata kepala polisi. Ia menyuruh anak buahnya menyeret Truxbell yang tersungkur di lantai. Wanita itu mengeluarkan darah dari hidungnya.
Melihat kejadian itu, para pemegang saham lain ketakutan. Mereka yang pada awalnya penuh percaya diri mendadak ciut nyali. Takut dan tak bicara sepatah katapun.
"Aku mohon, wanita gila itu yang memaksaku ikut dalam proyek ini. Hemel, kita adalah teman lama. Tolong selamatkan aku." Rengek Klauss.
"Kau akan membayar semua ini! Lux Hemel Immanuel, kau dan Covina Ven!" teriak Kalleb. "Jangan menyentuhku. Aku bisa jalan sendiri." Teriak pria itu pada para polisi.
Satu persatu mereka semua keluar. Hanya tersisnya aku dan Liong Tsue. Ia mendekatiku dan Angela juga Moore.
"Wah wah, ini duluar dugaan. Hanya tersisa aku dan kau Tuan Immanuel. Kemana istri anda yang cantik itu? Kau tidak mengurungnya bukan?"
Aku menoleh.
"Liong Tsue. Apa kau tak bisa mencari wanita lain selain istriku? Kau sudah ditolak! Tahu dirilah sedikit saja! Memalukan!"
Ia tertawa.
"Kau lebih memalukan dari pada aku Tuan Immanuel. Kau berlindung di balik istrimu selama ini, lihat tanpa dia, kau bahkan tak memiliki keberanian sedikit pun untuk membunuh se-ekor kecoa!"
"Jika kau tidak punya urusan lagi kau boleh pergi." Perintahku padanya.
"Tak perlu repot-repot mengusirku, aku memang muak denganmu. Aku akan pergi." Ujarnya, "Selamat tinggal. Sampai jumpa di persidangan."
Aku menghela nafas, ini terlihat sangat rumit. Hal yang kami takutkan berikutnya dalah nilai jual saham. Kejadian ini pasti akan menjadi pukulan berat bagi nilai saham.
"Moore, awasi terus orang-orang yang mencurigakan."
Kami memutuskan kembali ke rumah dan membawa Moore bersama. Wartawan memenuhi gerbang rumah kami. Ia memberondong kami dengan pertanyaan. Aku langsung masuk dan tak memberikan konfirmasi apapun.
Ku lihat, Sandra terlihat cemas.
"Aku memanggil beberapa petugas untuk berjaga-jaga" katanya. "Ini sangat tidak baik."
"Aku mengerti, saham akan terjun bebas sore ini. Jika pihak pemerintah tidak memberikan pernyataan apapun, kita akan habis. Di mana Vina?"
"Ia ada di kamar."
Aku melangkah naik dan mencari Vina. Ia mengamati setiap berita yang ada.
"Bagimana kabarmu?" tanyaku sambil memeluknya dari belakang.
"Saham Sleep and See akan terjun bebas malam ini" serunya padaku.
"Aku mengerti, tapi kita tak bisa mengabaikan kebenaran begitu saja bukan?"
"Maafkan aku, kau membangunya dan hancur dalam semalam." Katanya lagi.
Aku menjelaskan, bahwa ini bukan salahnya. Cepat atau lambat hal busuk seperti ini pasti akan terungkap. Hanya masalah waktu saja. setelah ini, pasti mereka semua segera melakukan investigasi dan penutupan pada Sleep and See.
Entah berapa kantor yang akan ditutup. Semoga ini tidak berdampak sangat buruk.
"Tuan, beberapa media ingin mewawancarai anda", kata Angela melalui sambungan telepon di kamar.
Aku menolaknya, tapi menurut Vina, akan lebih baik jika keluar dan mejelaskan apa yang terjadi.
"Aku tak memilki cukup keberanian sepertimu Vina. Apapun yang terjadi aku tetap bersalah. Andai saja, aku tidak larut dalam kesedihan karena Georgia, ini semua tidak akan terjadi."
"Maka kau harus mengatakannya." Saran Vina.
"Aku, mengalami hal yang sama. Tapi aku tak memiliki waktu untuk mengetahui semua fakta yang terjadi antara kami. Kau tahu, aku sangat ingin pergi dan menemuinya, serta menayakan langsung mengapa ia meninggalkanku. Tapi aku tak cukup keberanian untuk itu.
Aku tidak menyalahkan siapa saja. Tidak dia tidak Tuhan. Seperti yang kau katakan, segala sesuatu terjadi atas campur tangan Tuhan. Pergilah dan katakana apa yang ingin kau katakan."
Aku terkejut, wanita ini mendadak waras. Ia bisa memberikan saran disaat semua terasa kacau. Memang benar apa yang ku dengar, Tuhan akan mengirimkan orang-orang yang tak terduga untuk menolong dan menguatkan kita. Orang-orang yang tanpa wajah dan mungkin kita tak kenal sebelumnya.
"Vina, ikutlah dengan ku. Kita selesaikan ini bersama-sama."
Ia tersenyum dan menyetujuinya. Sangat berharap ini tidak sangat buruk. Aku menghubungi beberapa orang untuk ikut bersama. Luke dan timnya. Moore serta Penny. Sanyang sekali, pihak kepolisian juga menetapkan Penny sebagai tersangka. Namun, wanita itu bersedia menjawab pertanyaan melalui sambungan langsung. Kami menjamin kelangsungan dan masa depan keluarganya.
"Jadi Tuan Immnuel, bisa anda jelaskan kepada semua yang hadir di studio maupun pemirsa di rumah, mengapa anda melakukan semua ini. Membuka jasa untuk membunuh seseorang dalam perusahaan anda? Apakah nurani anda sudah mati?"
Pertanyaan dari presenter TV ini benar-benar tajam dan membuat semua orang tertegun. Tanpa basa basi, tak heran acara TV nya sangat disukai.
"Healng Trill Departement" kataku mengawali. "Sepertinya kalian semua salah sangka. Saya meninggalkan Sleep and See lima tahun lalu. Sejak saya bercerai dengan Nyoya Snail, mantan istri saya. Sejak saat itu saya tidak lagi menjabat sebagai CEO maupun ikut dalam pengambilan keputusan apapun. Saya saat itu resmi pensiun. Saya depresi dan membiarkan para pemegang saham lain, untuk memperkerjakan seorang CEO baru. Saya benar-benar tidak sadar ada semua hal itu di dalam perusahaan."
"Apakah anda tidak menaruh kecurigaan besar? Nilai saham Sleep and See meningkan drastis sejak kepemipinan CEO Kalleb?"
"Tidak. Saya bukan tipe orang yang suka berspekulasi. Saya tidak begitu mengenal siapa Tuan Kalleb. Saya hanya menghabiskan hari-hari saya di rumah dan merenungi semua masalah saya. Memang saya menerima salinan catatan perkembangan saham tiap bulan. Tapi, saya tidak memperdulikannya. Semuanya diurus oleh pengacara saya. Ia pun hanya menyimpan dan tidak pernah mengecek keanehan atau kejanggalan. Seperti yang kita tahu, jika suatu perusahaan meningkat sahamnya, tentunya itu karena tangan dingin CEO dan tim perusahaan tersebut. Sebagai pemegang saham pasif, kami tidak tahu menahu apa yang terjadi di dalam."
"Apa anda bermaksud cuci tangan?"
"Tidak sama sekali, justru sebaliknya. Jika saya memang ingin cuci tangan, saya bisa saja membungkam Tuan Budayana dengan sekoper uang seperti yang Nyonya Truxbell lakukan. Tapi saya tidak melakukannya, justru mengungkapnya ke publik. Asal anda tahu, nilai saham kami merosot tajam sore ini."
"Itu karena publik tidak percaya pada Anda."
"Benar, saya tidak menyangkal mereka semua. Tapi, kita sama-sama tahu tidak banyak orang yang mau membuka aib perusahaan mereka dan mempertaruhkan masa depan mereka demi nilai kemanusiaan."
"Oh Tuan, anda menganggap diri anda seorang pahlawan?"