Chereads / Ranting - Ranting Patah / Chapter 2 - Roman Alfa

Chapter 2 - Roman Alfa

Kepala bersandar ke kaca jendela menatap gradasi langit yang perlahan turun dan berhenti digaris cakrawala, terkadang jika menuju senja gradasi biru berkolaborasi dengan jingga, entah kenapa aku begitu menikmati langit. Selalu ada ketenangan dirasakan ketika memandangi kumpulan awan dengan latar belakang biru atau tanpa awan. Sudah sangat lama tidak lagi menikmati momen seperti ini.

Mobil yang ditumpangi melaju lancar diantara guncangan aspal yang tidak selalu mulus di lintas Sumatera. Kembali membawa menuju Bandung untuk menjalani kehidupan bergelut dalam rutinitas pasca lebaran. Tidak terhitung berapa rumah yang dilewati dan terjangan lelah mehinggapi. Namun belum bisa kembali tidur bahkan sesaat untuk memejamkan mata.

Hati masih saja gelisah. Joni kekasihku tidak lagi berkabar semenjak petang 2 hari yang lalu. "Alfa sayang, aku ke Pangandaran ya. Mau liburan bersama kawan semasa SMP. Tiara mantanku ikut serta, tapi tenang aku tidak bakal mengecewakan kamu. Karena hatiku sudah seutuhnya milikmu". Pesan dari WA terakhir yang dikirimkan Joni cukup menghilangkan khawatir serta cemburu. Untuk sesaat itu melegakan.

Ritual menatap langit kali ini tidak begitu berhasil meredam kegelisahan. Bagaimana tidak? Tiara mantan Joni selalu hadir dalam hubungan kami beberapa bulan ini, tidak bosan terlontar dari mulut pria yang baru saja membuat aku kembali percaya membuka hati.

Bisikan apa yang akhirnya membuat jemari bergerak penasaran mengetuk follower Instagram Joni terlihat bertambah beberapa angka, satu persatu follower baru ini aku telusuri. Hati berkata ini bisa saja teman perjalanan ke Pangandaran, dan mungkin saja aku bisa mendapat kabar tentang kekasihku.

Bosan mulai melanda ketika akhirnya berhenti melihat Instastories yang terlihat jelas seorang pria sedang memeluk gadis berambut sebahu sambil bersandar pada dadanya. Tubuhku sontak kaku dengan nafas seakan berhenti seketika menyadari Joni kekasihku sedang bermesraan dengan Tiara. Mereka saling tersenyum sumringah. Oh tidak, air bah mulai turun tanpa bisa dibendung oleh pelupuk mata. Pandangan menjadi nanar, linglung seperti kehilangan arah.