"Kau tidak memakai bajumu?" tanya Felix saat Makiel mendekat padanya dengan hanya menggunakan boxer tanpa atasan. Mereka saat ini sedang berkumpul di dalam saung dan meminta Valerie menyimpan pakaian formal mereka dengan aman.
Makiel menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak. Aku takut gatal-gatal. Sangat tidak elegan jika aku memiliki bintik-bintik hitam bekas bentol di dadaku yang bidang ini."
"Begitu?" tanya Alarick. "Aku malah berpikir jika aku tidak menggunakan kaos ini, mungkin saja air kolam akan membuat tubuhku bintik-bintik."
"Aku takut dicabuli jika tidak memakai atasan." Kata Darren.
Makiel berpikir sejenak. Dia menganggukkan kepalanya. "Kau benar juga. Baiklah, aku akan memakainya." Katanya sambil mengambil kantung plastik dan memakai T-shirt nya. "Ah ya, kalian menggunakan celana dalam yang mana? Kalau aku sih melepaskan dulu celana dalamku yang mahal dan steril. Yang aku pakai hari ini. Aku akan menggunakannya lagi saat pulang."
"Aku sama sepertimu." Jawab Darren.
"Aku juga. Aku tidak ingin menggunakan celana dalam yang harganya di bawah 5 dollar itu saat pulang." Kata Alarick.
"Kita sepemikiran. Walaupun terdengar jorok saat Makiel mengatakannya, tapi aku melakukan hal yang sama seperti kalian." Timpal Felix.
Annabelle dan Valerie yang mendengar pembicaraan random dan aneh itu segera menghela napas panjang dan menggeleng prihatin.
"Sabar, Vale. Ini kali pertama mereka. Wajar jika mereka terlihat aneh seperti perempuan galau yang baru saja diperawani."
"Anna! Bahasamu itu!! Ingat jika kau sedang hamil!" balas Valerie sambil menghela napas kesal.
Annabelle tertawa. "Kau tahu sendiri aku se-vulgar apa saat berbicara. Sudah, ayo kita hampiri mereka."
Valerie dan Annabelle lalu menghampiri The Devils yang kali ini membicarakan tentang air kolam dan juga suasananya.
"Jika kalian tidak ingin gatal-gatal, kalian tidak seharusnya mengikuti kami." Kata Annabelle.
"Oh, Angel!" seru Makiel dengen senyuman lebarnya. Dia berjalan mendekati Annabelle dengan senyum mesum. "Aku mengikutimu agar kau tidak kesepian, Angel. Aku melakukannya demi dirimu."
Valerie segera berdiri di depan Annabelle. "Jangan menggoda teman saya, Tuan Makiel. Dia akan menikah." Katanya.
"Ya, aku tahu Vale. Tapi saat ini dia belum menikah."
Felix berdecak kesal. "Makiel, sudahlah. Sebelummya kau mencoba menggoda Valerie. Dan sekarang kau menggoda Pretty."
"Namanya Angel, Felix." Balas Makiel.
"Tidak. Namanya Annabelle." Kata Valerie.
"Terserah aku mau menamainya apa. Itu nama kesayanganku untuknya." Balas Felix.
"Pretty terlalu sedikit maknanya, Felix. Angel lebih dari itu. Dia seorang malaikat."
"Namanya Annabelle. Sudah ada di akta kelahirannya."
"Aku tetap akan menyebutnya Pretty!"
"Angel, Felix. Dia adalah bidadari!"
"Annabelle, namanya. Jangan sembarangan mengubah nama kawanku, tuan-tuan."
"Tidak! Kalian harus memanggilnya Angel!"
"DIAM!!" teriak Annabelle kencang. Tiga pasang mata yang tadi sedang berdebat langsung menatap Annabelle. "Jangan memanggilku dengan panggilan sayang yang kalian buat! Memangnya aku ini boneka barbie yang bisa kalian namai seenaknya, apa? Kalian ini teman calon suamiku! Seharusnya, kalian menamaiku dengan Darren's Wife! Mrs. Reinhard! Jangan seenaknya memanggil namaku dengan panggilan sayang yang kalian buat!"
Alarick yang melihatnya hanya menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya. Dia menatap ke arah Darren yang terdiam. Mata Alarick membulat ketika melihat wajah Darren yang sangat memerah hingga ke telinga. "Darren, kau tak apa? Kenapa wajahmu sangat merah? Apa kau sakit?"
Darren menatap Alarick dengan tatapan tajam. "Tutup mulutmu!"
"Hei, aku hanya sedang mengkhawatirkanmu! Lihatlah wajahmu sangat merah sampai telinga!"
Makiel berkedip sejenak menatap Annabelle. "Tidak mau. Aku ingin memanggilmu Angel. Sampai mati pun aku tak akan memanggilmu dengan sebutan Nyonya Reinhard."
"Anda barusan sudah memanggil Annabelle dengan sebutan itu, Tuan Makiel." Balas Valerie.
"Tidak. Aku hanya memperjelas! Aku tidak memanggil Annabelle dengan Nyonya Reinhard!"
"Anda mengatakannya lagi."
"Err, terserahlah!" kata Annabelle jengah, lalu berjalan meninggalkan orang-orang di sana dengan langkah yang dihentak.
"Angel!"
"Mrs. Reinhard, Makiel. Kau mendengarnya." Potong Darren sambil menatap tajam pada Makiel. "Jangan memanggilnya Angel lagi jika kau masih ingin hidup."
"Kenapa memangnya? Aku akan terus memanggilnya Angel!"
"Kau!!"
"Saya akan menyusul Annabelle." Kata Valerie, dan menjauh saat tersadar jika dirinya sudah ikut gila dengan berdebat hal yang tidak penting dengan Makiel.
"Vale! Tunggu!" seru Felix sambil mengejar Valerie.
"Felix! Kenapa kau mengejar Valerie, brengsek!" teriak Alarick dengan kesal. Dia buru-buru berlari mendahului Felix menuju Valerie.
Sedangkan Darren kini mencengkram kerah baju Makiel saat Makiel masih menyerukan nama kesayangannya pada Annabelle dengan nada seperti mengejek Darren.
Mereka selalu menghabiskan waktu mereka dengan berdebat hal yang sangat amat tidak penting.
***
Valerie berenang ke arah Alarick yang saat ini sedang berada di ujung kolam dengan kepala yang mendongak ke atas seolah menikmati. Tangan Alarick berada di sisi kolam sedangkan punggungnya bersandar dengan nyaman di tembok kolam.
Valerie berdiri di samping Alarick yang kini mengalihkan tatapan pada Valerie. Valerie balas menatap Alarick. "Anda menikmatinya, Sir?" tanya Valerie.
Alarick berdecak. "Aku sudah mengatakan padamu untuk memanggilku dengan nama dan jangan berbicara formal. 6 hari lagi kau akan menjadi Nyonya Damian. Dan jangan memanggil temanku dengan sebutan Tuan. Kau adalah Nyonya, bukan suruhan."
"Saya belum terbiasa."
"Biasakan."
"Baiklah, Alarick."
Alarick tersenyum miring. "Bagus, Valerie."
Valerie mengalihkan tatapannya dari Alarick dan memainkan air di tangannya. "Bagaimana? Apakah seburuk kelihatannya?"
"Tidak juga. Aku tidak menyangka jika tempat kumuh ini sangat nyaman. Dari mana air hangat ini muncul? Apakah mereka memasak air kolam terlebih dahulu?"
Valerie terkekeh pelan, dan sukses membungkam Alarick seketika. "Tidak begitu, Al. Kota Bandung dikelilingi oleh gunung merapi. Dan air ini di dapat dari air hangat gunung tersebut. Anda tidak akan menemukan suasana alami seperti ini di LA atau luar negeri manapun. Suasana air hangat dengan pemandangan alam. Aku sering ke sini untuk menenangkan pikiran." Katanya sambil tersenyum hangat pada Alarick.
Alarick masih bungkam di tempatnya. Dia menatap Valerie lurus-lurus dan membuat Valerie canggung seketika.
Valerie berdeham pelan. Dia bersiap untuk pergi. "Sebaiknya, aku—umph."
Ucapan Valerie terpotong saat Alarick memeluk pinggangnya dan mencium bibir Valerie dengan dalam dan tergesa. Alarick melumat bibir Valerie kasar. Beruntung, mulut Valerie yang terbuka membuat Alarick dapat mudah memasukkan lidahnya ke dalam mulut Valerie. Mengecap lidah Valerie, menjilat sekitar mulut Valerie dan menjilat gigi-gigi Valerie. Mengeksplorasi dalam mengadukan lidahnya dengan lidah Valerie.
"Al... Hah." Valerie mendorong tubuh Alarick hingga ciuman mereka terlepas. "Ini Indonesia. Mereka awam tentang hal-hal seperti ini."
"Aku tahu. Tapi aku tak dapat menahannya. Aku ingin menyentuhmu." Kata Alarick dengan napasnya yang terengah. Dia menggeram kesal. "Tadi sangat singkat sekali."
Alarick kemudian membalikan tubuh Valerie sehingga membelakanginya. Dia memeluk tubuh Valerie dari belakang dan bibir Alarick mengulum telinga Valerie sejenak.
"Al..." peringat Valerie sambil mendesah lirih.
"Aku tak bisa menahannya, Vale." Kata Alarick pelan. Tangannya yang berada di dalam air dan memeluk perut Valerie kini merabanya dan bergerak turun dan menyentuh tepat pada inti Valerie dan mengusap dengan tekanan kuat.
"Aah..."
"Stt, don't make a sound." Serak Alarick berbisik di telinga Valerie. Jari telunjuknya menekan kuat kemaluan Valerie dan menggerakannya maju mundur. Valerie memegang pergelangan tangan Alarick yang memainkan kewanitaannya.
"Al... Hentikan. Nanti ada yang melihat." Ucap Valerie susah payah. Wajahnya memerah dan matanya menatap awas sekeliling.
Alarick menjilat belakang telinga Valerie dan beralih mengusap paha Valerie. "Ya. Bayangkan jika nanti ada yang melihat kegiatan kita." Katanya dengan tangan yang menyusup masuk ke dalam pakaian ketat Valerie lalu menyusup ke dalam celana dalam Valerie. Jari Alarick kini menyentuh langsung kemaluan Valerie.
"Ahh..." tangan Valerie meremas kuat lengan Alarick. Dia menggingit bibir bawahnya kuat-kuat. "Al... Hentikan."
Alarick malah memasukkan jari tengahnya ke dalam vagina Valerie, membuat Valerie makin meremas kuat tangannya. "Aku ingin menciummu. Sangat."
Valerie sibuk menahan desahan saat Alarick mulai mengeluar-masukkan jarinya di dalam Valerie. Sangat pelan dan menyiksa Valerie. "Al... Faster." Lirih Valerie sambil mendesah.
Alarick menyeringai senang. "Di sini sangat sulit, Valerie. Apakah kau tahu tempat yang mudah untuk melakukannya? Aku bisa memainkan lidahku di sana." Katanya sambil menjilat telinga Valerie sekilas.
Valerie menutup matanya erat dan menggigit bibir bawahnya kuat. Punggungnya bersandar pasrah pada Alarick dan Valerie mengeluarkan pekikannya saat Alarick menambah satu jarinya.
"Don't make a sound, baby."
"Al... Please." Desah Valerie frustasi karena Alarick sangat lambat memainkan kedua jarinya di dalam Valerie.
"Kau tidak tahu tempatnya, Vale?"
Valerie mendesah kencang saat Alarick menekan kloritsnya. Dengan susah payah, Valerie menjawab. "Aku tahu."
Alarick menyeringai lebar. Ci manggo, I love you! Batin Alarick senang.
TBC
JANGAN LUPA POWER STONE DAN KOMENTAR POSITIF NYA YAAA BIAR SEMANGAT UPDATE