Thalita bertanya- tanya pada dirinya sendiri.
Ia memberanikan diri bertanya langsung. "Tuan Furkan kenapa tiba- tiba mengajakku berkuda?"
"Kau bilang ingin mulai belajar berbisnis kan?"
"Lalu apa hubungannya dengan berlatih kuda?"
Furkan yang kini sudah memacu dengan lambat kudanya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan.
"Kau bisa belajar dari sini jika ingin mempelajari bisnis keluarga Atagul."
Thalita tak mengerti maksud dariq Furkan. "Kenapa harus berkuda?"
"Karena Aku yang akan jadi the ruler." Furkan tertawa kecil.
"Aku tahu Kau adalah yang punya aturan, Tuan. Tapi apa hubungannya?" Thalita kebingungan.
"Kau tahu tidak, Kau itu belum mengenalku sepenuhnya."
"Aku sudah cukup mengenalmu!" sahu Thalita lantang.
"No no no!" Furkan memacu kecepatan kuda agar berlari sedikit lebih kencang.
"Tuan, maksud Anda apa ya?"
"Kau harus tahu jika berkuda adalah olahraga favoritku, Orang yang memiliki hobi dengan kuda itu cendrung memiliki sifat yang bebas, independen, suka berpetualang, tegas, namun agak sedikit keras kepala." Furkan memelankan kata- kata terkhirnya.
"Bukan agak keras kepala kurasa, tapi sangat keras kepala!" timpal Thalita.
"Kau adalah wanita pemberani yang sangat ingin dibilang sebagai Wanita yang bisa menakulukan seorang Furkan Atagul, kan?" goda Furkan.
"Tuan, Saya tidak sepicik itu ya!" jawab Thalita tegas.
Furkan kembali memelankan pacu kudanya.
Thalita sebenarnya agak takut namun Dia tak ingin memperlihatkan rasa takutnya tersebut. Dia membuat dirinya seberani mungkin saat Furkan yang memacu kecepatan kudanya.
"Kau seperti tak punya rasa takut, ya?" tanya Furkan.
"Aku tak ingin takut karena sesuatu yang tak seharusnya!" jawab Thalita tegas.
Furkan memberhentikan pacu kudanya dan meminggirkan kudanya.
Ia pun turun duluan dari kuda tersebut, barulah Ia membantu Thalita turun dari kuda tersebut.
Thalita merapikan bajunya yang tertarik sampai pinggang karena menunggangi kuda memang harus membuat bajunya menjadi kriting da lungsut.
"Thalita, peternakan dan perkebunan ini nantinya akan Kau kelola. Kau yang akan memegang kendai di infrastruktur perkebunan dan peternakan keluarga Atagul. Kau harus terbiasa dengan semua keadaan alam di sini."
Thalita terkejut. "Aku? Ini..."
Furkan memotong ucapan Thalita. "Untuk sekarang, Perkebunan dan peternakan ini diurus oleh sepupuku, Neslihan. Namun Nesli ternyata tak dapat mengurusnya dengan baik, Dia lebih sibuk menjadi seorang selebgram dan sosialita di luar sana ketimbang mengurus bisnis keluarga Atagul."
"Tuan, ini sepertinya... terlalu jauh."
"Kau sendiri yang ingin belajar bukan?"
"Iya juga namun..." Thalita hanya bisa mengangguk setuju dengan keputusan dari Furkn tersebut karena memang kenyataannya ini merupakan langkah yang harus diambilnya. Ia tak ingin hanya jadi istri pajangan di rumah keluarga Atagul, Ia haru melakukan sesuatu yang bisa membantu di keluarga Atagul. Mengingat banyak kontroversi yang akan Ia buat jika kelak Ia sah menjadi istri dari Furkan.
Jika Ia memiliki sedikit prestasi, Ia yakin jika segala kontroversi di dirinya mungkin akan sirna perlahan.
**
Di malam hari, Dilraba mengingat kembali kejadian siang hari dimana Ia masih memikirkan keadaan Dilla.
Kini Dilraba sedang sendirian berada di sebuah night club. Ia sendirian di club tersebut tanpa ada yang menemani.
"Dilraba..." Tiba- tiba seseorang menegurnya.
Dilraba pun menoleh.
"Kau siapa?" Dilraba tak merasa mengenali orang yang menyapanya tersebut.
Pria yang mengenakan topi tersebut membuka topinya. "Kau lupa denganku?"
"Aku... Aku benar- benar lupa dengan siapa ya?" Dilraba masih tak bisa mengenali Pria tersebut. Ia pun mengabaikan Pria tersebut dan kembali menenggak wine yang ada di mejanya.
Sang Pria pun menghadang Dilraba di depannya.
"Ini Aku... Victorio Nero." Pria tersebut membuka topinya dan menatap Dilraba dengan tatapan tajam.
Di tengah remang- remang cahaya dari night club tersebut tentu tak mudah bagi Dilraba mengenali orang yang tiba- tiba datang menghampirinya.
"Tuan Nero? But... I don't feel like I know you Sir." Dilraba masih tak dapat mengenali Pria terebut.
"Aku adalah teman kencan dari Zhandos Aibassof. Couldn't You still remember?" Victorio, seorang Pria bertubuh kekar, dengan tinggi sekitar 180 cm tersebut merupakan pasangan dari Zhandos yang merupakan homoseksual.
Dilraba Pun akhirnya mengingat Pria tersebut. "Aku ingat sekarang..."
Pria tersebut menyodorkan tangannya kepada Dilraba.
Dilraba pun bersalaman dengan Pria tersebut.
"Ada apa?" tanya Dilraba.
"Aku hanya ingin berkenalan lebih dekat denganmu, Nona Dilraba..." Victorio pun duduk di sebelah Dilraba sembari memesan minuman vodka.
Sang pelayan menyajikan segelas vodka dengan campuran minuman vodka khas Turkey kepada Pria tersebut.
Ia pun meneguk dengan pelan isi gelas tersebut.
"Tuan, Kau sendiri saja disini?"
"Tadinya sendiri, namun sekarang Kau disini. Kau mau menemaniku, kan?"
Dilraba tersenyum kecil. "Maaf, Aku hanya ingin sendiri disini." Ia menolak dengan halus ajakan Victorio.
"Nona, Kau takut dengan keberadaanku di dekatmu? Seorang intelegent sepertimu tak mungkin kan takut dengan Pria sepertiku..."
Dilraba merasa tak nyaman dengan keberadaan Pria yang tak dikenalnya tersebut.
Ia rasanya ingin beralih dari tempatnya sekarang.
"Ingin berdansa?" tanya Victorio.
"Tidak, Tuan... Saya tidak tertarik."
"Kalau begitu, apa tujuanmu datang kemari jika tidak ingin melakukan apapun?" tanya Victorio sembari tersenyum dan mengangkat alisnya sebelah.
Dilraba yang dari tadi mencoba terus bersikap baik dengan Victorio ulai terpancing emosinya. "Aku sendiri disini juga bukan urusan Anda, Tuan! Lagipula, Anda sepertinya punya niat tidak kepada Saya. Jadi lebih baik Saya pergi!"
"Nona..." Victorio memegang tangan Dilraba.
Dilraba pun menarik tangannya dan segera menampar Victorio yang dianggapnya tak sopan.
Victorio tak terima. Ia pun kembali menarik tangan Dilraba.
"Kau ingin main kasar dengan Wanita?!" Dilraba mengejek Victorio. "Kau ternyata bukan gay kan? Kau berhubungan dengan Zhandos karena memanfaatkannya saja!" ejeknya sembari menuduh Pria tersebut.
Victorio mendekatkan dirinya dengan Dilraba dan membisik ke telinga Dilraba. "Aku Bi."
"Lalu Kau mau selingkuh di belakang Tuan Zhandos?! Maaf Aku tak tertarik deganmu!"
Pria tampan yang gayanya sangat metro seksual tersebut pun mencoba mencium paksa Dilraba.
Namun Dilraba dengan cepat mendorong dan menendang Pria tersebut dan akhirnya mengundang mata para pengunjung night club lainnya.
"Brengsek! Wanita jalang! Bisa- bisanya Kau..." Victorio bersumpah serapah kepada Dilraba. Victorio pun balik mendorong Dilraba.
Dilraba pun terjatuh.
Para pengunjung hanya melihat- lihat saja dan membentuk kerumunan namun tak ada yang berani melerai dan membantu Dilraba
Tiba- tiba Seorang Pria datang dan menolong Dilraba agar keluar dari kerumunan orang- orang yang melihatnya.
Victorio menunjuk- nunjuk kepada Pria tersebut. "Kau siapa..."
Pria tersebut tanpa basa- basi langsung menyelamatkan Dilraba dan membawanya ke tempat yang lebih aman.
Dilraba pun berterimakasih karena telah diselamatkan.
"Anda seorang turis. Anda berani sekali tadi..." puji Dilraba.
**