Clarish menggerutu kesal setelah membaca chat yang dikirim oleh Langit. 15 chat dan 10 panggilan yang dia kirimkan ke pria itu hanya di balas dengan kalimat singkat 'Gue harus mampir ke tempat lain. Lo naik angkot aja!!!'.
Menyebalkan sekali bukan!!
Pakai tanda seru lagi!!!
Disuruh nganterin ke Rumah Sakit aja nggak mau!!
Mau mampir ke suatu tempat. Kemana??
Nggak mungkin kalau dia jemput pacar, kan dia jomblo. Segelnya aja masih ada di gue, gerutu Clarish tak habis fikir.
Perempuan itu mengomel sembari berjalan gontai menuju halte pemberhentian yang berada di dekat kompleks perumahannya. Terpaksa deh, hari ini dia harus berangkat ke Rumah Sakit naik angkot. Papanya terlanjur berangkat ke kantor sedangkan Ibunya mengajak supir keluarga untuk ke pasar. Jadilah Clarish menggunakan jasa salah satu angkutan umum di Jakarta itu.
Melihat bangku halte ada yang kosong, Clarish pun duduk dengan santai. Berhubung di halte tersebut hanya ada 2 orang lain yang sedang mengobrol disebelah kiri Clarish. Beberapa menit kemudian ada seorang lagi yang ikut bergabung dengan mereka bertiga menunggu angkot di halte tersebut.
"Allahu Akbar!!! Lo lagi!!! Ini gue nggak lagi pakai mobil lho, kok ketemunya lo lagi-lo lagi sih"decak Clarish saat menoleh ke samping. Tak habis fikir, kenapa dia harus bertemu cowok ini lagi dan lagi?? Melihat sosok Sabda yang berdiri disampingnya, membuat mood Clarish semakin buruk.
"Astagfirullahalazim. Perasaan tadi pagi gue udah baca doa sebelum keluar rumah deh, kok masih aja kena sial sih"gumam Sabda pelan.
"Eh, Maksud lo apaan??!!! Lo fikir gue nggak sial, ketemu lo dipag...."ocehan Clarish harus terpotong oleh kedatangan angkot warna biru yang sedari tadi ditunggunya. "Hish"sungutnya kesal. Clarish pun harus rela menelan kembali segala sumpah serapahnya untuk Langit karena dia harus bergegas naik angkot."Eh, lo kok ikut masuk sih. Keluar sana!!"usir Clarish saat Sabda ingin masuk ke dalam angkot.
"Wah, Bang. Masa' saya nggak boleh naik sih sama dia"adu Sabda ke Pak supir angkot.
"Lho, ya boleh tak ye. Mbk, ndak boleh gitu dong. Masa' Mbak bikin rejeki saya seret. Ayo masuk Mas..."sahut Pak supir kental akan logat Maduranya.
Clarish bersungut kesal saat Langit masuk dengan tampang menyebalkannya, duduk di sampingnya lagi.
"Mobil lo belum selesai diperbaiki??"tanya Sabda memecah atmosfir permusuhan antara dirinya dan Clarish.
"Pinky udah gue jual, belum beli yang baru"sahut Clarish masih dengan nada tak bersahabat. "Trus, mobil lo yang merah mentereng itu kemana?? Rusak juga??"tanyanya balik.
"Disita dealer. Nunggak nyicil 3 bulan..."sahut Sabda tersenyum kecut.
"Bukannya lo pengacara ya, kok kere sih"celetuk Clarish pedas.
Nih, cewek bah. Mulut nya!! Ngatain gue kere lagi!!
"Gue kan pengacara baru, belum banyak klien"dengus Sabda kesal, tak terima di sebut kere. Walaupun pada kenyataannya memang begitu...
Ck, sungguh mengenaskan nasib pengacara satu ini.
"Betewe, lo kok naik angkot di Halte Pura. Jangan bilang rumah lo di kompleks Kencana...."tanya Clarish menduga-duga.
"Enggak!! Rumah gue di kompleks Kijang, dua blok dari sini"jawab Sabda.
"Lha terus lo ngapain nunggu angkotnya di deket kompleks Kencana, samping kompleks lo kan ada halte juga"celoteh Clarish tak habis fikir.
"Kepo aja sih lo!!! Bukan urusan lo, gue mau nunggu angkot di halte mana!! Urus aja lipstick lo yang belepotan itu..."
Clarish kontan mengambil kaca dari dalam tas dan langsung memeriksa bibirnya. Ternyata memang ada goresan kecil disudut bibirnya yang menodai kesempurnaan coretan ginchu merah di bibir seksinya.
*****
"Lo ketemu dia lagi!! Jangan-jangan kalian berjodoh!!"seru Ajeng heboh.
Saat ini Clarish dan Ajeng tengah makan siang di ruangan Clarish, memesan nasi kotak dari kantin dan memakannya bersama di ruangan yang lumayan luas tersebut. Clarish mengenal Ajeng sejak dia bertugas di rumah sakit jiwa Cempaka Merah ini. Menjadi rekan kerja yang baik di Rumah Sakit dan berteman akrab di luar pekerjaan. Jadi sudah tak asing lagi kalau Clarish curhat tentang pertemuannya dengan Sabda tadi pagi.
Clarish menatap tajam sahabatnya itu, menghentikan suapan pertamanya. "No way!!!"tolaknya mentah-mentah. "Nggak terima gue, kalau dijodohin sama cowok model kayak dia"sungut Clarish bersungguh-sungguh.
"Jodoh kan ditangan Allah, Cla. Bukan di tangan lo yang penuh kutek itu"cibir Ajeng meledek.
"Gue bakalan nerima dia jadi jodoh gue, kalau emang dia cowok stock terakhir di dunia ini"celoteh Clarish menyombong.
"Gue aminin lho ya... Maksudnya dunia lo kan, Cla??"kekeh Ajeng tersenyum menggoda.
"Berisik lo!!"omel Clarish kembali menyuap makanan ke mulutnya.
"Hahhahha, dasar tukang ngambek an!!"cibir Ajeng "Btw, gimana hubungan lo sama Langit?? Masih sedingin kutub utara??"tanyanya kemudian, mengubah topik pembicaraan sebelum Clarish mengamuk padanya.
"Hehm"gumam Clarish mengangguk lesu. "Ya gara-gara dia kan, tadi pagi gue naik angkot dan akhirnya ketemu Sabda"ocehnya mengomel. Selanjutnya keluarlah curahan hati Clarish tentang manusia sedatar Langit yang membuat hatinya nelangsa,"Itu sih masih mending ya, Jeng. Lebih parah lagi, waktu itu gue lagi makan siang sama Langit. Terus gue cerita tentang..."
Flashback On
"Lang, lo tau nggak?? Semalem gue mimpiin lo"cerita Clarish sembari menikmati makan siangnya.
"Mimpi apa??" Paling juga nggak penting"tanya Langit tak acuh.
"Dosa Lang sama calon istri cuek kayak gitu"celoteh Clarish manyun. Melihat Langit hanya mendengus padanya, Clarish kemudian melanjutkan, "Gue semalem mimpi nikah sama lo, seneng banget sumpah!!"senyum lebar tercetak jelas diwajah ayunya.
"Alhamdulillah. Gue juga seneng Cla"sahut Langit serius.
"Huh?? Demi apa lo juga seneng??!! Berarti lo emang ada niat buat halalin gue dong ya"ucap Clarish sumringah.
"Najis!! Nggak usah kepedean. Gue seneng karena itu terjadi hanya didalam mimpi lo"jelas Langit sontak membuat Clarish cemberut.
"Ah, Langit...Sekali-sekali lo bikin gue bahagia kek. Bikin gue manyun mulu..."keluh Clarish kesal.
"Ya lo bisa nggak, sekali-sekali nggak ganggu hidup gue"balas Langit telak.
"Enggak"Clarish menggelengkan kepala layaknya anak kecil.
"Kalau gitu gue juga nggak bisa. Kan kata lo, kita berdua berjodoh. Jadi jawaban lo itu jawaban gue juga"Langit tersenyum lebar karena berhasil membuat Clarish semakin kesal.
Flashback Off.
"Hahahahha....."tawa Ajeng langsung meledak, "Syukurin!!! Mamam tuh jodoh"ledeknya kemudian.
"Sialan lo!!! Malah ngetawain gue!!!"kesal Clarish.
"Gue sih, sebagai sobat lo cuma mau ngasih dukungan lewat kalimat aja,'Yang sabar ya Cla'...hehehhe..."Ajeng lagi-lagi meledek sahabatnya yang bersungut kesal.
******
"Saya ingin membunuh suami saya. Apa hukumannya kalau saya membunuhnya?"
"Apa??"kaget Sabda
"Berapa lama saya akan dipenjara??"
"Ehm, Maaf tapi sepertinya Anda...."
"Kenapa??? Mas Sabda tidak ingin membela seorang pembunuh. Mas ingin membela suami saya karena Mas juga seorang lelaki. Bajingan itu sudah membuat hidup saya menderita, dia sudah selingkuh dibelakang saya hampir 10 tahun"teriak klien tersebut marah.
"Anda tinggal mengajukan perceraian kalau memang suami Anda selingkuh, Bu Ambar"terang Sabda memberi solusi.
"Dan membuat hidupnya jauh lebih bebas dari sekarang"ucap wanita itu sarkatis. "Saya akan menceraikannya dan kemudian saya akan membunuhnya. Saya akan membunuh bajingan itu..."teriaknya kalab.
Ck, Astagah!!!!
"Yak. Zalvaa!!!!! Kenapa lo ngebiarin ibu ini jadi klien gue??? Lo nggak bisa nemuin orang yang waras, huh"teriak Sabda pada sang asisten.
"Saya tidak gila!!!"teriak sang ibu marah.
Zalfa, asisten pribadi Sabda masuk ke ruangan tergopoh-gopoh.
"Bawa ibu ini keluar sekarang juga!!!"perintah Langit sembari mengusap wajahnya lelah "Lain kali lihat latar belakang calon klien kita dulu, sebelum memutuskan janji temu sama gue..."omelnya pada Zalva.
"Baik Pak"sahut Zalva kemudian segera membawa Bu Ambar keluar ruangan.
Benar-benar hari yang buruk bagi Sabda, pagi.... sarapan suara berisiknya Clarish dan Siang....di kasih lunch ibu-ibu gila. Lengkap sudah penderitaannya. Jangan sampai makan malam nanti di kasih omelannya Sastya, hari ini kan dia belum dapat omelan dari gadis itu. Hhh...