Buku-buku yang sebelumnya tertata rapi berubah acak-acakan karena ulah seseorang yang tidak bertanggung jawab. Decakan kesal terdengar setiap beberapa menit dari mulutnya. Mata penjaga toko buku sudah mengikuti setiap gerak gerik pemuda itu dengan wajah kesal dan khawatir. Dan sialnya penjaga itu tidak bisa berkata apapun untuk menghentikannya.
Setiap lembaran buku dibolak-balikkan orang itu tanpa minat lalu beralih ke buku lainnya setelah meletakkan buku yang dibukanya tadi dengan sembarangan. Matanya bergerak dengan cepat memindai kata demi kata yang berbaris didalam buku, bibirnya merengut tidak suka. Pasalnya materi yang dicarinya tidak juga muncul dari beribu-ribu kata yang berjejer rapi dalam setiap buku yang dibacanya.
" Tidak ada. Buku-buku ini tidak berguna"
" Kau harus lebih sabar lagi. Aku tidak ingin mendengar gerutuanmu! "
" aku tidak akan menggerutu jika saja buku-buku ini berguna"
" maka carilah buku yang berguna itu dengan baik. jika kau tidak menghentikan gerutuanmu aku memilih pulang"
Jogi mendesah tidak nyaman dan memilih tidak menanggapi sahabatnya, sudah satu jam berlalu sejak mereka memasuki toko buku ini. Satu jam yang mereka habiskan tidak memberi hasil apapun. Kalau bukan karena ancaman wali kelasnya yang akan melaporkan kenakalan Jogi pada kedua orang tuanya, Jogi tidak akan sudi menginjakkan kakinya di tempat ini. Tempat yang sangat membosankan, toko buku.
Doni hanya melirik jogi sekilas mendengar dengusannya yang keras seperti kerbau mengamuk. Kerbau yang menyeruduk siapa saja yang masuk kedalam penglihatannya.
"Aku menyerah, biarkan saja pak Alfon melaporkan kejadian kemarin pada orang tuaku. Aku hanya membolos 2 mata pelajaran dan itu tidak akan bisa membuatku di skors"
"Kau yakin? Kau tak akan mau kesini kalau kau memang berpikir begitu. Kau tidak ingin kan mengingkari janjimu pada ibumu untuk tidak berulah lagi? "
" Sial!. Aku akan menjelaskan pada mamaku kalau aku hanya menolongmu karena kau sakit. Guru sialan itu saja yang tidak percaya, mamaku pasti percaya karena kau memang sering sakit"
"Â Terserah kau saja. Lagipula mencari jawaban dari tugasmu terasa tidak mungkin. Dia hanya mempermainkanmu. aku juga sudah mulai bosan disini"
" Baiklah" kata Jogi. Sesaat kemudian wajah kesal Jogi berganti warna menjadi sumringah.
"ayo kita pergi ke bagian majalah dewasa, karena kita sudah disini ya sekalian saja" jogi cengar-cengir menatap Doni.
"terserah kau saja" kata Doni. jelas Doni sama sekali tidak keberatan dengan ide Jogi.
Doni melangkah dengan malas menuju tempat berbagai gambar perempuan dipajang dengan semenarik mungkin. Doni menghentikan langkahnya karena tidak mendengar celotehan Jogi lagi, berbalik dan menemukan jogi yang tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya dan dengan mata setengah melotot dan mulut yang menganga.
" Apa kau kesurupan? " tanya Doni dengan kerutan di dahinya saat menghampiri jogi.
Jogi tidak merespon pertanyaan Doni, lebih tepatnya indera pendengarannya tidak menangkap satupun perkataan Doni. Matanya hanya fokus pada satu titik, pada sesosok ciptaan Tuhan dengan rambut sebahu, kulit putih pucat, yang mengenakan dres selutut berwarna abu-abu dengan sepatu kets warna hitam. Dia terlihat sangat manis, layaknya gadis Indonesia pada umumnya. Namun, ada magnet yang menyentak jantung jogi yang dipancarkan gadis itu dengan gelombang yang sangat kuat. Jogi sesaat lupa cara bernapas, seakan dengan menatap wajah itu dapat memompa paru-parunya dan membuatnya tetap hidup.
Doni menepuk bahu jogi dengan keras hingga jogi tersentak, karena lambaian tangan dan panggilannya sedari tadi tidak diindahkan oleh jogi. jogi meraup udara dengan rakus saat ingat paru-parunya berontak untuk bernapas. Namun Jogi masih terlihat seperti autis tolol yang berdiri kaku kehilangan orientasi. terpesona.
Doni menatap kearah fokus jogi dan mengerjit. Tidak ada hal yang luar biasa disana, semula dia berharap ada sosok seperti dewi yang bisa membuat sahabatnya menjadi bloon. Doni mengerjit semakin dalam saat mendengar kalimat jogi.
"Bidadariku sudah turun ke bumi"
"Kau memang kesurupan. " Doni menepuk jidat jogi dengan sangat keras. berusaha mengembalikan sahabatnya itu ke alam nyata.
" Bangke, itu sakit" jogi mengelus jidatnya menatap kesal pada doni.
" kau sudah sadar? "
Jogi tidak mengindahkan pertanyaan doni dan kembali menatap gadisnya. Tidak ada. Sekejap rasa panik menyerang Jogi membuat Jogi berlari seperti orang gila kesana kemari berharap menemukan bidadarinya.
Setelah mengitari setiap penjuru toko buku, bidadari yang dicarinya tidak juga dapat ditemukan oleh Jogi. Nafas Jogi terengah-engah menghampiri Doni yang masih berdiri ditempat yang sama sambil mengamati kelakuan sahabatnya yang tidak normal.
" Don, Don. kamu lihat tidak kemana perginya bidadariku?"
" bidadari apa?"
" bidadariku tadi Don, yang berdiri disana, yang memakai gaun abu-abu Don?"
" aku tidak melihat siapapun tadi"
" brengsek Don. tadi yang rambutnya Bob!"
Doni makin heran dengan perilaku sahabat baiknya itu, mengapa pula dirinya harus memperhatikan wanita berambut Bob?.
" sudah kembali ke khayangan, mungkin?"
Seketika wajah Jogi memucat. Bidadarinya kembali ke khayangan?.
" khayangan?"
" Yap. bukankah kau bilang bidadari? jika benar bidadari maka sudah pasti kembali ke khayangan"
wajah Jogi semakin syok setelah diyakinkan oleh pernyataan Doni. kembali ke khayangan?.
" seharusnya kau mencuri selendang miliknya agar dia tidak bisa kembali ke khayangan dan bukannya malah melotot bodoh seperti tadi".
wajah Jogi semakin pias dan mulutnya menganga tidak percaya akan kebodohannya.
" kau benar. kenapa tidak mengatakannya tadi sewaktu dia masih disini?"
Doni yang awalnya hanya mencibir kelakuan jogi, menganga tidak percaya akan ketidak warasan Jogi yang datang tiba-tiba. dengan cemas doni menggenggam kedua pundak Jogi.
" jog. ayo kita pulang aku harus melaporkan sesuatu pada ibumu?"
Jogi dengan lesu bertanya pada Doni,
" melaporkan apa?"
" anaknya kesurupan. upacara pengusiran setan harus dilaksanakan!"
pengusiran setan? melaporkannya pada ibuku?. tunggu ibuku hanya memiliki satu anak dan anaknya adalah aku. berarti pengusiran setan dari tubuhku?.
" yang kau maksud aku?"
" yah, siapa lagi?" tanya Doni yang semakin jengkel.
" bangsat!!!"
Doni langsung berlari keluar menyadari rona waras telah kembali pada paras jogi sebelum dirinya menderita oleh tangan Jogi.
        Â