Kevan dan Freya sudah berada di negeri Paman sam. mereka datang menggunakan jet pribadi, dan Aaron sudah siap siaga menjemput kedua orangtuanya itu dilandasan pacu bersama Daniel.
" hey, ternyata kau sedang berada di Cambridge ?"
Kevan langsung mendekati Daniel, mereka saling menjabat tangan dan menepuk bahu.
" iya Dad, paman Daniel hendak mendaftarkan si kembar ke Harvard."
jawab Aaron terlihat sumringah dengan kedatangan mommy and Daddy nya.
" bagaimana kabarmu, Fre ?"
sapa Daniel mengelus bahu Freya sekilas.
" baik. bagaimana dengan Raya ?"
sahut Freya.
" semuanya baik-baik saja. Raya di New York. bay the way Atreya mana ? apa dia tidak ikut ?"
Daniel mengedarkan matanya.
" dia tidak diperbolehkan ikut. "
jawab Freya seraya mendelik kan matanya ke arah Kevan sekilas.
" dilarang oleh tuan besar."
bisik Freya sedikit memajukan kepalanya ke arah pendengaran Daniel.
" oohh."
Daniel membulatkan bibirnya melirik sekilas pada Kevan yang tengah bertegur sapa dengan Aaron.
Aaron datang mendekati Freya lalu memeluknya. Freya membalas rengkuhan Aaron melepas rasa rindu seorang ibu kepada anaknya. begitu juga sebaliknya.
" Aaron, putraku."
lirih Freya lalu menarik kepala Aaron sedikit menunduk agar Freya dapat menggapai dahi Aaron untuk mengecupnya.
" i Miss you, mom."
" Miss you too, Aaron."
***
sebelum menuju apartemen milik Aaron, mereka berempat memutuskan untuk makan malam dulu sambil berbincang disebuah restoran ternama di Cambridge.
" memang rencananya si kembar mau mengambil jurusan apa, Niel ?"
tanya Kevan seraya menyantap pot roast, makanan khas Amerika itu.
" kedokteran, tapi selanjutnya biar menjadi pilihan mereka hendak mengambil spesialis apa."
" pilihan yang tepat. seharusnya kau memilih kedokteran juga."
ucap Kevan dengan pandangan tertuju pada Aaron yang hendak memasukan burger kedalam mulutnya, namun jadi terhenti karena mendengar ucapan Kevan barusan.
" ayolah, Dad. jangan bahas itu lagi. setiap anak punya cita-cita masing-masing. tidak harus seperti profesi kedua orangtuanya kan."
Aaron terlihat cemberut lalu meletakkan burgernya kembali ke atas piring.
" jangan dengar apa kata Daddy mu. ayo makanlah, sayang !"
Freya menyondongkan tubuhnya sedikit berbisik pada Aaron yang berada dikursi sebelah.
" Aaron akan menjadi bisnis man menggantikan kamu, Kev. bukankah kau juga jadi dokter hanya gelar saja ? profesimu yang sebenarnya juga bisnis man kan."
ucap Daniel menyindir seraya menyunggingkan senyuman miring.
" sialan kau, Niel."
Kevan mendengus.
***
malam kian larut. akhirnya Freya, Kevan dan Aaron langsung menuju apartemennya. sedang Daniel, ia menginap disebuah hotel bintang lima tidak jauh dari apartemen Aaron.
" aku sudah lelah, sayang."
Freya menguap beberapa kali dan terlihat badannya kelelahan.
" tidurlah sayang ! "
ucap Kevan lalu mengecup kening istrinya. Freya pun langsung masuk menuju ke kamar lainnya, selain kamar Aaron yang berada didalam apartemen. tetapi pas hendak membuka handle pintu ternyata pintunya dalam keadaan terkunci.
" Aaron !! apa disini kau tinggal bersama seseorang ?"
tanya Freya karena kamar itu terkunci. ia menautkan kedua matanya curiga.
Kevan yang mendengarnya langsung menatap tajam Aaron yang tengah meneguk air putih dipantry.
Aaron tampak memutar-mutar bola matanya.
" Aaron, apa betul--"
" iya Dad. aku memang tinggal bersama seseorang disini."
Aaron langsung memotong ucapan Kevan seraya menyimpan gelas minumnya ke atas meja lalu berjalan mendekati Kevan.
" jangan bilang kau tinggal bersama wanitamu selama ini, Aaron."
Kevan tampak menaikkan alisnya sebelah penuh curiga dan kecewa.
Aaron terkejut dengan tuduhan Kevan yang sembarangan itu.
" What ? no, dad. aku tidak pernah berhubungan dengan wanita kecuali mommy dan Atreya. kenapa kau menuduhku seperti itu ?"
Aaron sepertinya tersinggung.
" kalau bukan wanitamu lantas siapa yang tinggal bersama mu, Aaron ?"
bentak Kevan dengan sorot mata tajam memandangi putranya itu.
Aaron tak bergeming. terlihat tangannya mengepal dengan muka memerah.
Freya berjalan mendekati Aaron lalu mengelus punggungnya.
" Daddy mu hanya bertanya ? kalau memang dia bukan seorang wanita, ya sudah. kau tinggal jawab yang sejujurnya siapa dia."
ucap Freya. dan Aaron mulai luluh ketika Freya yang mengajaknya berbicara.
tiba-tiba pintu apartemen Aaron terbuka lebar. seseorang telah masuk dengan memencet kata sandinya dari luar.
Reflek Kevan dan Freya langsung menatap ke sosok orang yang baru saja datang. seorang laki-laki paruh baya dengan setelan jas yang rapi.
" kau ?"
Kevan ternyata mengenalinya.
dia adalah Peter, yang ternyata adalah kakaknya Claire. ibu kandung Aaron.
" Dad, Mom. perkenalkan dia paman Peter. beliau staff akademik dikampus. paman Peter tinggal bersamaku di apartemen ini."
ucap Aaron berjalan mendekati pria itu.
" siapa yang memberi ijin orang asing tinggal di apartemen mu ? kau sangat ceroboh, Aaron."
Kevan terlihat marah sekali dengan sikap Aaron.
" dad, dia bukan orang asing. dia sudah ku anggap pamanku sendiri. paman Peter itu sangat baik."
Aaron terlihat emosi lagi.
" sayang, tolong bawa anakmu itu masuk ke kamar!! aku akan berbicara sebentar dengan dia."
ucap Kevan seraya menunjuk ke arah pria yang masih berdiri didepan pintu.
Freya mengangguk. lalu menggiring Aaron untuk masuk ke dalam kamarnya.
" ayo, nak. biarkan daddy mu berbicara dengan dia. sepertinya Daddy mu mengenalnya. "
Aaron lantas melirik ke arah Kevan dan Peter bergantian dengan wajah kesal, lalu masuk ke kamarnya bersama Freya.
setelah Kevan melihat pintu kamar Aaron telah tertutup rapat dari dalam, ia langsung menghampiri Peter dan menarik kemeja dibagian dadanya.
" apa maksudmu kau mendekati Aaron, setelah kau menyabotase rumahsakit ku hingga kebakaran ?"
ucap Kevan menatap tajam padanya
ternyata Kevan sudah mengetahui dalang dibalik semua teror dan ancaman yang selama ini mengganggunya. Ya, Peter ini lah dalang dibalik semuanya. ia seorang anggota mafia yang tak lain adalah kakak kandung dari Claire.
meskipun Kevan sudah tau semuanya, namun ia tidak berani melaporkan karena Peter seorang Mafioso yang sangat berbahaya, dan bisa mengancam keselamatan keluarga nya.
" Kevan, Aaron itu keponakanku. kenapa kau masih bertanya."
ucap Peter menyeringai.
" Aaron itu anakku. dia bukan keponakan mu, Peter."
" Hey, apa kau lupa ? Aaron itu lahir dari rahim adikku yang telah kau lenyapkan. Aaron bukan anak dari istri tercinta mu itu."
ujar Peter sambil mengambil cerutu dari dalam jasnya lalu berjalan santai kearah sofa dan menjatuhkan tubuh gempalnya disana.
" tapi kau tenang saja, Kevan. anakmu itu tidak pernah tau siapa aku sebenarnya. yang dia tau aku hanyalah pria tanpa keluarga yang berkerja sebagai staf akademik dikampus nya."
' ha.ha.ha.ha.'
pria itu tertawa lepas seraya menyembulkan asap cerutu dari mulutnya.
Kevan tampak mengepalkan tangannya geram.
" dasar kau...."