Semua mata melirik pada Aldo.
"Kayaknya gue suka sama Jessica. Gue baru tau kalau ada cewek secantik dia disekolah ini!" Padangan nakal Aldo memancing Reynold untuk menghampiri cowok itu dan menghadiahkan sebuah pukulan padanya.
Baik Kevin maupun Yohanes mengakui Jessica memang secantik itu untuk bisa menarik perhatian si pentolan sekolah sekaliber Aldo.
Ya, kalau ceweknya biasa-biasa aja mana mungkin Aldo mendadak berminat seperti itu. Aldo juga tidak kekurangan stok cewek yang bisa dia lirik.
Cewek cantik jaman sekarang itu banyak. Maksudnya banyakan dipolesnnya, jadi keliatan banget usahanya biar jadi cantik. Padahal di poles atau nggak kadang pengaruhnya nggak banyak buat cowok-cowok.
"Udah, do. Bercanda lo saat ini nggak asik," Yohanes melerai mereka.
Bukannya takut Reynold mengamuk, masalahnya kalau lawannya itu Aldo yang bonyok sudah pasti Reynold. Secara Aldo itu pentolannya SMA Buana.
Aldo tidak memberikan pernyataan lanjutan mengenai kalimatnya yang terakhir, dia masih tersenyum nakal pada Reynold.
Dan itu membuat Reynold semakin yakin kata-kata Aldo itu bukan sedekar candaan atau gurauan belaka.
***
SIAL!
Setelah pengakuan Reynlod tadi siang, rasanya Jessica seperti tawanan yang diawasi. Biasanya dia bisa berjalan lenggang tanpa masalah, namun kini beberapa siswa sepertinya mengenali Jessica dan berbisik tentangnya.
Jessica juga berhasil menghindari Erika si cewek aneh itu. Sementara Reynold tidak bergerak saat melihat Jessica, cowok itu menunggu sesuai dengan kata-kata Jessica.
Jessica melirik arloji ditanganya. Sudah hampir satu jam dari bel pulang, namun jemputannya masih belum datang.
"Ayo pulang!" seruan itu dari berasal dari dalam mobil pajero yang tau-tau berehenti didepan Jessica.
Jessica melirik kedalam mobil, "Ngapain lo disini?" entah kenapa Jessica jadi risih sama yang namanya cowok. Jadi melihat cowok lain yang tiba-tiba muncul ini rasa-rasanya bikin moodnya makin berantakan.
"Gue disuruh bokap buat jemput lo. Katanya pak Bani nggak bisa jemput." Cowok itu menjelaskan alasan kenapa supirnya itu tidak dapat menjemput sang nona muda. Namun Jessica tidak mendengarnya sama sekali.
Jessica langsung naik ke mobil dan memberi perintah pada supir untuk menjalankan kemudi.
"Hari ini ada cowok yang nembak lo ya?"
"Tau darimana lo?" Jessica melirik cowok disebelahnya itu. Cowok itu jelas memakai seragam yang berbeda dan setahu Jessica jarak sekolah mereka cukup jauh. Apa berita ini sudah se-viral itu sampai-sampai cowok disebelanya juga tahu?
"Kalau gue bilang, cowok yang nembak lo itu yang cerita sama gue, lo percaya?"
Jessica tidak ingin percaya, tapi itu juga mungkin terjadi. "Lo kenal Reynold?"
"Jadi namanya, Reynold?" Reaksi cowok itu mengkhianati kata-katanya. "Lo percaya kalau cowok itu ngelapor ke gue kalau dia mau nembak lo?"
Sial. Seharusnya Jessica tidak buka mulut atau menangapi cowok yang satu ini. "Terserah," Jessica menutup telinganya dengan airbud dan memejamkan matanya.
***
"Lo niat nggak sih mau anterin gue ke sekolah, Hans!" Jessica memaki cowok rese itu. Cowok yang kemarin menjemputnya sepulang sekolah, pagi ini mucul lagi dirumahnya.
Jessica ingat kata-kata Hans kemarin, "Pak Bani ternyata pergi ke luar kota, jadi besok pagi gue bakal jemput lo. Tungguin gue ya!"
Pukul berapa sekarang? Bisa-bisa Jessica terlambat ke sekolah. Seharusnya Jessica tidak mendengarkan Hans dan langsung berangkat sendiri saja ke sekolah.
Seumur-umur Jessica tidak pernah datang terlambat. Kalau saja Hans bukan anak sekretaris papanya, sudah pasti cowok itu sudah Jessica tendang dari kemarin-kemarin.
"Jalan pak, saya udah telat nih!" Jessica meneriaki supir Hans lagi. Nona muda yang satu ini memang ketusnya bukan main.
Tentu saja, Jessica harus segera berangkat jika tidak ingin terlambat, sedikit ngebut mungkin bisa membantu. Ada cukup waktu jika mereka berangkat dengan cepat
"Tahan dulu pak!" Hans memberi perintah lain pada supirnya.
"Tahan apa lagi sih, kalau gue sampai telat hari ini, abis lo sama gue!" Jessica mengacungkan tinjunya pada Hans.
Huh? Ternyata selain ketus, Jessica juga salah satu tipe cewek yang suka mengancam. Mungkin cenderung otoriter dan kejam. Cewek itu tidak main-main, Hans tahu itu dengan betul. Jessica bisa dengan mudah menghabisinya.
"Kita akan berangkat setelah lo jawab pertanyaan gue!"
Jessica menggeram kesal, sekarang bukan waktunya untuk bermain tanya jawab atau apapun itu. Apa yang Hans inginkan sebenarnya?
"Jadi apa jawaban lo buat pernyaataan Reynold kemarin?" Hans menatapnya intens, seolah menunggu pengakuan seorang narapidana yang telah melakukan pembunuhan berencana.
Reynold?! Astaga, Jessica benar-benar melupakan cowok yang satu itu. Bisa-bisanya dia melupakan pernyataan cinta Reynold kemarin.
Ah, tidak bisa-bisanya Hans menahannya hanya untuk pertanyaan seperti itu.
Apa Hans khawatir Jessica akan menerimanya? Atau cowok ini diam-diam memang mengenal Reynold dan ingin memastikan apakah Jessica akan memberikan jawaban yang diharapkan?
"Kalau gue nggak tanya sekarang, lo pasti nggak akan inget sampai orangnya nagih jawaban lo pas di sekolah. Sekarang gue tanya, lo bakal kasih jawaban apa sama Reynold?"
Jessica tidak ambil pusing tentang pengakuan Reynold kemarin. Sepulang sekolah kemarin Jessica menikmati kehidupan normalnya seperti biasa. Jessica bangun pagi dan berniat berangkat ke sekolah pagi ini seperti biasa. Tak ada yang perlu dia khawatirkan.
Tidak ada, sebelum Hans mengingatkannya akan drama picisan yang kemarin Jessica lakoni gara-gara cowok bernama Reynold itu.
"Maksudnya lo ini sengaja jemput gue mepet-mepet biar gue bisa ngehindarin Reynold?"
Cih. Kenapa dia harus menghindari Reynold? Jessica tidak takut pada Reynold. Jessica punya tiga jawaban alternatif yang sudah pasti bisa dia gunakan tanpa perlu persiapan apapun.
Yang pertama, Jessica bisa saja menerima Reynold. Kedua, Jessica akan menolak Reynold secara jelas dan tegas sampai cowok itu bahkan tidak ingin muncul lagi di hadapannya. Yang ketiga atau yang terakhir, mungkin bukan pilihan yang bagus atau dapat disebut jawaban yang pasti.
Jessica bisa menunda jawabanya lagi dan meminta perpanjangan waktu pada Reynold. Dia bisa meminta waktu beberapa hari lagi, atau beberapa minggu dan kalau mungkin bisa saja jadi berbulan-bulan. Hahaha.
Jessica bisa saja meminta perpanjangan waktu. Ya, waktu yang cukup panjang untuk membuat cowok itu menyerah dan patah hati. Pilihan yang terakhir ini agak sedikit kejam, tak berperasaan dan agaknya akan cukup merepotkan. Jessica tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia memberi Reynold waktu lagi untuk menunggu jawaban darinya.
Tidak ada yang tahu masa depan dan Jessica juga tidak tahu Reynold itu cowok macam apa. Entah dia akan menggila atau bagaimana setelah Jessica memberikan jawaban. Jessica tidak ingin repot-repot memikirkannya. Sungguh bukan urusannya. Salah sendiri, siapa yang menyuruh cowok itu jatuh hati pada cewek apatis seperti Jessica.
Itu akan jadi jawaban yang panjang untuk Hans. Jadi Jessica mempersingkatnya dan langsung mengatakan pada Hans apa jawabanya pada Reynold nanti.
Yang manakah itu, pilihan ke satu, dua atau ketiga?
Silahkan tanyakan pada Hans, dia sudah tahu Jessica akan jawab apa. Hehehe.
"Sekarang jalanin mobilnya karena lo bener-benar bakal buat gue terlambat ke sekolah untuk pertama kalinya. Sialan." Jessica kembali memaki Hans.
Hans menghelak napasnya. Dia masih belum bisa bernapa lega sebenarnya, karena tidak tahu apa yang akan terjadi setelah Jessica memberi jawaban pada cowok bernama Reynold itu. Seperti kataku, kalian tidak akan tahu apa yang akan terjadi dimasa depan.
Akhirnya Jessica benar-benar terlambat ke sekolah karena Hans. Mobil mereka sudah benar-benar ngebut tapi tak banyak membantu sehingga Jessica terlambat hampir lima belas menit.
Jessica turun dari mobil Hans dan membanting pintu mobil dibelakangnya bahkan tanpa mengucapkan terima kasih atau sejenisnya. Cewek itu benar-benar marah dan tunggu saja bagaimana dia akan membalas Hans nanti.
***
Karena ini adalah pertama kalinya Jessica terlambat, ada sedikit pengecualian untuk cewek itu. Apalagi dengan track recordnya yang ternyata memang bukan siswa sembarangan. Jadi sang guru piket memberinya sedikit kelonggaran.
"Woi, lo nggak dihukum juga?" suara itu meneriaki Jessica saat dia melewati koridor yang kosong.
Asalnya dari seorang siswa yang berdiri disebelah tiang bendera. Jessica melirik dengan ekor matanya, yakin cowok itu dihukum karena terlambat atau sesuatu. Hukuman klasik seperti hormat ke tiang bendera.
Maaf ya, tapi Jessica tidak punya waktu untuk menjalani hukuman remeh seperti itu. Jessica kembali melanjutkan langkahnya namun cowok itu kembali meneriakinya, kali ini memanggil namanya.
"Ceweknya Reynold kok sombong banget sih," Jessica bisa mendengar kata-kata cowok itu. Dia berbalik dan melihat cowok itu sudah meninggalkan tiang bendera dan berjalan menghampirinya.
Cowok itu baru saja memanggil namanya dan menyebutkannya sebagai cewek Reynold. Sepertinya cowok ini salah satu penonton drama picisannya kemarin.
"Gue-bukan-ceweknya-Reynold." Jessica memberi penegasan pada setiap kata-katanya dan berbalik untuk sekali lagi.
"Kalau begitu jadi cewek gue mau? Kalau lo nggak mau sama Reynold, gue bersedia jadi pilihan alternatif buat lo."