Chereads / Cloning Number One / Chapter 2 - Titisan Dewi Kehidupan

Chapter 2 - Titisan Dewi Kehidupan

Tuan besar berjalan menuju ruang kerjanya sebagai direktur utama perusahaan ini. Ia selalu dihormati oleh semua pegawai dan orang lain yang bekerja untuknya. Ia memiliki banyak kegiatan, tetapi beberapa hari ini Tuan besar tidak bersemangat mengurus pekerjaannya setelah melihat hasil cloning beberapa bulan lalu yang hasilnya juga gagal. Sekarang pun hasilnya gagal, ia benar-benar kecewa dan hampir tak punya harapan lagi untuk hidup.

Di saat keadaan seperti ini, tidak ada seorang pun yang berani masuk ke ruangannya atau bahkan bicara dengannya. Semua orang lebih memilih berdiam diri dan membiarkannya. Mereka semua takut akan dipecat dari perusahaan ini, atau mendapat tamparan dari tuan besar. Perusahaan ini telah memberikan yang terbaik bagi pegawainya tetapi pegawainya hanya bisa bekerja dengan kinerja yang baik, mereka tidak bisa membuat Tuan besar berubah. Karena itulah hukum bisnis dalam bekerja, pegawai dilarang ikut campur urusan pribadi Tuan besar.

Tuan besar duduk di kursi empuknya, sambil menatap pemandangan kota dari ruangannya.

"Hah, kenapa Tuhan tidak pernah mengerti tentang perasaanku? Aku menyesal sekali. Kenapa Tuhan tidak bisa adil padaku? Kenapa disaat aku seperti ini, aku harus kehilangan. Semuanya tidak berharga di mataku"gumannya penuh penyesalan.

Sebuah kehidupan di zaman lampau, kehidupan zaman kuno. 169 M, di bawah pimpinan seorang dinasti. Kehidupan rakyat yang sejahtera dan makmur. Dimana rakyat menjunjung tinggi para dewa.

Di sebuah rumah yang sederhana, tinggal seorang gadis yang memiliki asal usul yang penuh misteri. Ini adalah kehidupan keduanya. Dulu dia adalah seorang perempuan berdarah bangsawan dari keluarga terhormat dan memiliki kakak tiri perempuan. Setiap pagi gadis itu suka pergi ke kuil, ia selalu memberi hormat kepada para dewa. Pagi-pagi sekali sebelum fajar matahari terlihat. Ia juga senang melakukan kebaikan, seperti menolong orang dan melakukan kebaikan lainnya.

Suatu hari seorang pangeran dijodohkan dengannya, ia menerima perjodohan itu. Kakaknya yang mendengar dan melihat perjodohan itu, ia mulai tidak suka padanya. Rasa iri dalam diri kakak tiri itu terus menjadi-jadi. Kakak tirinya terus mencoba mencelakainya hingga hari pernikahannya tiba.

Ia melihat suaminya berselingkuh dengan kakak tirinya, dan di pagi hari ia telah mendapatkan surat cerai dari suaminya. Hatinya hancur seketika itu juga. Pernikahan itu kandas seketika dalam waktu 2 minggu.

Gadis itu pun berlari sejauh mungkin tanpa henti, hingga ia kelelahan dan jatuh pingsan di tengah hutan. Suasana sepi dengan air mata membasahi pipinya, matanya telah merah karena menangis. Hatinya telah hancur, dan cinta memudar dengan cepat untuk sang suami. Ia tidak percaya suaminya menceraikannya hanya karena sebuah alasan yang tidak masuk akal, suaminya tidak menjelaskan alasan perceraian itu. Tetapi gadis itu telah melihat perselingkuhan itu, ia menganggap perceraian ini karena permintaan kakak tirinya dan suaminya lebih mencintai kakak tiri dari pada dirinya yang setiap hari melayaninya sepenuh hati.

Hidupnya pun berada di abang kematian, di tengah hutan dengan tak sadarkan diri mudah sekali untuk menjadi mangsa binatang buas.

Tetapi cahaya terang datang kepadanya, seorang dewi diutus untuknya. Dewi yang tidak menampakan wujud aslinya itu hanya tersenyum manis dalam balutan cahaya terang. Tetapi gadis yang jatuh pingsan itu dapat melihat wajahnya, dia adalah dewi kehidupan.

Dewi kehidupan tersenyum manis padanya sembari memberikan sebuah batu dengan kekuatan yang luar bisa.

Beberapa bulan kemudian, gadis itu tinggal di rumah sederhana jauh dari desa. Gadis itu berubah menjadi gadis yang sangat cantik jelita, ia memiliki kecantikan yang abadi dan ini adalah kehidupan keduanya.

Suatu hari, ia tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang sedang berburu dengan beberapa teman sebayanya. Melihat hal itu, gadis itu segera berlari kembali ke rumah.

Tetapi aroma tubuh yang wangi dan kecantikannya telah memikat seseorang dari mereka, yang membuatnya penasaran lalu mencari gadis itu.

"Kakak pertama, kenapa disini? Bukannya disana buruan kita?"tanya kakak kedua

"Hah, ya aku tahu. Apa kamu tidak melihat ada seorang gadis disini?"

Kakak kedua, ketiga dan keempat menggelengkan kepala.

"Tidak, ada. Kakak salah lihat mungkin!"

"Hah, masa sih? Aku bahkan mencium aroma tubuhnya yang wangi mawar, dan dia cantik bagai bidadari kayangan"

Kakak ketiga dan keempat tersenyum manis, lalu mereka tertawa kecil.

"Hahaha…yang benar saja. Di hutan seperti ini tidak akan ada gadis secantik itu!"

"Kakak pertama, kalau kakak memikirkan seorang gadis disini sangat lah salah. Gadis seperti itu ada di sebuah istana bukan di hutan belantara"

"Ah terserahlah, kalian mau bilang apa juga gak akan percaya padaku"