Chereads / Cloning Number One / Chapter 3 - Siapa Bidadari Khayangan itu?

Chapter 3 - Siapa Bidadari Khayangan itu?

Berlari menuju rumah, berhenti dengan teregah- erah, menarik napas panjang dan menghembuskannya.

"Ah, apa aku benar- benar sial hari ini? Mengapa ada banyak orang di hutan?"gumanku yang kemudian mengambil air minum.

Duduk di kursi, ruang tamu dan mulai minum.

"Ah, legah sekali. Hampir saja ada yang melihat, mereka itu siapa? Mengapa ada di hutan ini? Apakah mereka pemburu?" gumanku bertanya- tanya tentang mereka.

Namaku An Liu, aku tinggal di gebuk ini seorang diri. Aku melarikan diri dari kehidupanku yang kelam, hampir tak seorang pun berdiri di sampingku saat ini. Aku tidak tahu harus bagaimana, semejak kehidaran ibu dan kakak tiri kehidupanku berubah. Mereka memang tidak memperlakukanku dengan buruk, tapi mereka mengambil separuh kehidupanku. Seperti kakak tiriku yang mengambil suamiku, dan suamiku menceraikanku tanpa alasan yang dapat kuterima. Bagaimana dengan ayahku? Dia lebih percaya pada ibu tiri. Kudengar dari dewi kehidupan, ayahku baik-baik saja bahkan mereka memperlakukan ayahku bagai ayah mereka. Mereka sangat baik, tapi tidak padaku.

Namun disini, aku merasa kehidupanku lebih baik. Dewi kehidupan menolongku, memberikan diriku sesuatu yang luar biasa. Dewi kehidupan mengangkatku menjadi putri angkatnya. Ia ingin aku ikut dengannya tetapi aku menolaknya. Aku tersenyum padanya dalam cahaya putih yang membalut kehidupan kami berdua. Ia mengerti arti senyumku padanya, bahwa ada banyak hal yang harus aku lakukan.

Menjadi putri titisan dewi kehidupan, aku minta untuk di lupakan. Ya di lupakan, aku tidak ingin ayahku terus mempikirkanku hingga ia jatuh sakit. Aku ingin dia melupakanku, aku ingin kehidupanku yang dulu di hapus dalam ingatan mereka menjadi seolah- olah aku tak pernah ada. Sekali lagi namaku adalah An Liu, nama yang tak pernah berubah meski aku adalah putri titisan dewi kehidupan. Nama itu adalah pemberian dari ibuku, dan aku tak akan mungkin melupakannya begitu saja meski duniaku telah berbeda.

Kehidupanku sederhana, tinggal di hutan belantara dan makan secukupnya. Aku tinggal tak jauh dari sungai, ya agar aku tidak berjalan jauh untuk mengambil air. Apa kah kamu bertanya ' tidakah kamu harus pergi ke desa atau kota untuk membeli barang keperluanmu?' ya aku juga mempikirkan itu. Kadang aku mendadak memperlukan sesuatu bahkan menginginkan sesuatu yang baru, tetapi aku tak perlu ke kota. Dewi kehidupan datang menemuiku membawakanku barang- barang yang aku inginkan. Dia adalah ibu yang baik, tetapi dia sangat baik hingga tak mau kusebut sebagai ibu. Ia hanya ingin di sebut sebagai dewi kehidupan. Ia bilang suatu saat nanti ada kalanya kita berpisah.

Ya aku mengerti akan ucapannya itu, tak mungkin seorang dewi akan bersama seorang manusia sepertiku di bumi atau dia akan mendapatkan masalah dari pengadilan para dewa.

Berjalan ke tengku api, dan menyalakan api. Memasukan ke tengku api yang masih membara, dan menyalakannya lalu memasak air. Ya memasak di luar, di halaman rumah. Dan ruang tamu yang kumaksud pun adalah kursi dan meja yang di susun rapi di halaman ini. Aku tak punya ruang tamu dalam rumah, hanya di luar rumah. Tempat memasak, dapur di luar rumah. Sementara rumahku, gebuk ini hanya untuk tempat tidurku. Sisanya kulakukan di luar rumah ini. Gebuk kecil tak akan muat dengan banyak ruangan selayaknya rumah kalian.

Membakar jagung dan membuat teh hangat, lalu menyajikannya di atas meja. Duduk seorang diri di kursi, dan merasakan angin dari alam yang sejuk. Udara disini sejuk sekali hingga aku tak pernah merasakan panas.

"Dia tak kemari beberapa hari ini setelah memberiku banyak bekal makanan, apa mungkin ini sudah waktunya? Atau dia dapat masalah dan di panggil ke pengadilan para dewa- dewi?" gumanku bertanya pada diri sendiri.

Memotong jagung bakar dengan kekuatan yang dimiliki, ya perlu mengarahkan tangan ke jagung dan menunjuknya lalu berfokus memotong jagung dengan kekuatan. Dalam sekejab jagung itu telah terpotong dengan rapi.

"Hah, terima kasih sudah datang menolongku! Aku tidak tahu harus bagaimana. Semuanya membuatku sakit jika aku berpaling ke belakang" gumanku yang kemudian makan jagung, seorang diri disini.